Penulis: Nurul Azizah
Ada sebuah group di Facebook yaitu Ilmu Tauhid dan Sunnah, yang menurut penulis group itu dibuat oleh orang-orang pecinta Wahabi. Memamerkan ajaran-ajarannya dan menyebarkan ke kalayak ramai bahwa ajaran Wahabi itu keren dan asyik, itu menurut pendapat mereka. Tetapi kenyataannya tidak begitu. Malah mereka membongkar sendiri tipu daya dan hoax selama ini.
Penulis pernah ditawari teman Nahdliyin untuk gabung di group itu, bahkan sering di tag untuk bisa komen dan lain-lain, tetapi tidak penulis gubris. Males saja berdebat dengan para anggota group yang rata-rata anggota kelompok Wahabi.
Ciri-ciri dari kelompok Wahabi selalu mengklaim bahwa kata sunnah, hijrah, salafi, manhaj salaf, itu sudah menjadi miliknya. Belum lagi kata-kata yang bernada kearab-araban umi, ukhti, antum dan lain-lain yang semakin menjadikan kepalanya tambah besar.
Sesuatu yang selalu berbeda dengan pemahaman mereka dianggap bid’ah. Termasuk mencari ilmu di Pondok Pesantren NU dalam hal ini disebut sebagai Ponpes Lirboyo, juga dianggap bid’ah.
Kata-kata dalam unggahan group Wahabi tersebut: “Mondok bertahun-tahun, pulang bawa amalan bid’ah.”
Sudah menjadi rahasia umum kalau Wahabi itu suka membid’ah-bid’ahkan amaliyah warga Nahdlatul Ulama (NU).
Mereka hanya hafal hadis, “Kullu bid’atin dholalah,” setiap bid’ah adalah kesesatan. Itu potongan hadis yang tidak utuh, tapi sudah menjadi icon Wahabi yang suka membid’ah-bid’ahkan orang yang tidak sefaham.
Padahal kalau mau mempelajari hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad, As Nasai dan Ibnu Majjah bukanlah sepenggal hadis yang tidak ada lanjutannya. Wahabi menutupi lanjutan hadis tersebut.
Kalau hadis itu dibaca utuh maka akan memiliki makna sebagai berikut: “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak akan menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallahu’ alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan tempatnya di neraka (HR. Muslim, Ahmad, An Nasai’, Ibnu Majjah).
Sejak kapan mondok di pesantren NU menjadi bid’ah. Nyatanya banyak alumni Ponpes Lirboyo yang menjadi ulama besar di negeri ini. Bahkan para alumni telah membentuk Himpunan Alumni Santri Lirboyo yang diberi nama HIMASAL, singkatan dari Himpunan Alumni Santri Lirboyo.
Mengutip dari lirboyo.net, Himasal didirikan pada tanggal 26 Syawal 1416 H atau 15 Maret 1996 M. Organisasi yang bersifat kekeluargaan dan beraqidah Islam menurut faham ahli sunnah wal jama’ah dan berazaskan Pancasila.
Para alumni Ponpes Lirboyo Kediri Jawa Timur, banyak yang menjadi ulama besar diantaranya Mbah Maimoen Zubair.
Kiai Haji Maimun Zubair, kadang ditulis menggunakan ejaan lama Maimoen Zoebair atau akrab dipanggil Mbah Moen, adalah seorang ulama dan politikus Indonesia. Beliau pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan hingga ia wafat pada tanggal 6 Agustus 2019 di Mekkah dan di makamkan di Jannatul Mualla, Mekkah Arab Saudi.
Warga masyarakat harus tahu ada tiga alumni Lirboyo yang menjadi Paku Indonesia, yaitu Mbah Moen, Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) dan KH. Said Aqil Sirodj. Masih banyak ulama-ulama kharismatik lainnya alumni Lirboyo.
Apakah sudah benar kata bid’ah disematkan pada Pondok Pesantren Lirboyo. Para ustad dan santri Wahabi cobalah berkunjung ke Lirboyo Kediri, berdiskusi dan bertukar pandangan tentang Islam Rahmatan Lil Alamin.
Jangan cuma berani membid’ah-bid’ahkan ajaran yang diberikan di Lirboyo. Tolong bercermin pada diri sendiri, apakah Wahabi bisa mencetak ulama yang bisa mengayomi umat Islam seluruh Nusantara. Mbah Moen sudah membuktikan.
Lirboyo di fitnah dan dihina tidak tumbang, apalagi yang menghina kelompok Wahabi. Oh biasa saja tuh, malah semakin ngetop, beriklan tanpa harus membayar.
“Dihina tidak tumbang, difitnah tetep berjuang malah semakin terkenal, ketika dipuji tidak terbang.”
Penulis yakin Lirboyo tetep fokus menjadi pemenang dan mampu menghidupi banyak orang. Mengapa harus susah payah meladeni ujaran kebencian yang dilontarkan oleh oknum Wahabi. Tampang penghina Lirboyo sudah beredar di sosmed, mungkin sebentar lagi dia minta maaf atas postingannya di group Ilmu Tauhid dan Sunnah.
Tulisannya sebagai berikut sambil mengunggah profil Pondok Pesantren Lirboyo: “Pondok ini mengajarkan amalan-amalan bid’ah. Semoga pondok ini dirujuk ke Manhaj Salaf… , MONDOK BERTAHUN TAHUN PULANG BAWA AMALAN BIDAH.”
Coba amalan Wahabi diejek orang, pasti orang Wahabi tidak terima. Apakah Pondok Pesantren Manhaj Salaf sudah mengajarkan apa yang tertulis dalam Al-quran dan Al-hadis.
Mereka sendirilah pelaku bid’ah (sesat), karena Kanjeng Nabi tidak pernah mengajarkan perbuatan yang menghina dan memfitnah suatu pendidikan di Pondok Pesantren. Apakah zaman Kanjeng Nabi sudah ada Pondok Pesantren kok beraninya menghina dan membid’ah-bid’ahkan amalan orang NU termasuk mencari Ilmu di Pondok Pesantren NU sekelas Lirboyo. Menuduh bid’ah mondok di Lirboyo juga bagian dari bid’ah sendiri.
Nurul Azizah penulis “Muslimat NU di Sarang Wahabi”, minat hub. penulis atau SintesaNews.com 085-1022-0132.