Penulis: Niken Sri Rahayu
Kritik Abas kepada Jokowi baru-baru ini tentang penerima subsidi mobil listrik yang menurut dia tidak tepat sasaran dan pernyataannya bahwa emisi karbon mobil listrik lebih besar dibanding mobil berbahan bakar minyak itu sangatlah absurd dan justru merugikan dirinya sendiri.
Kritik yang bertujuan menyerang Jokowi dan menaikkan elektabilitasnya justru menjadi senjata makan tuan.
Pertama, kritik itu hanya semakin menunjukkan dan membuktikan dirinya yang antitesa Jokowi.
Kedua, hal tersebut menunjukkan sebuah sikap inkonsisten. Karena dulu waktu masih menjabat gubernur DKI dia memberikan perlakuan istimewa kepada pengguna mobil listrik yaitu dengan membebaskan pajak mobil listrik.
Tidak cuma itu dia pun pernah memimpin konvoi mobil listrik di jakarta dan berharap mobil listrik ke depan bisa menjadi alat transportasi para pejabat DKI dan warga Jakarta yang ramah lingkungan.
Dia juga mengadakan event international Formula E yang hingga kini masih menuai polemik berkaitan dengan kejanggalan-kejanggalan masalah anggaran.
Ini era digital yang semua informasi mudah di akses bro. Pikir dan introspeksi diri dulu sebelum berbicara.
Kalau sudah begini kan malah ente yang jadi bulan-bulanan publik.
Apalagi pernyataan bahwa emisi karbon mobil listrik lebih besar daripada mobil berbahan bakar minyak.
Hadeh, apa kata dunia. Sejak kapan mobil listrik berpolusi.
Singkat cerita saya jadi teringat nasehat ulama besar di negri ini yaitu Profesor Quraish Shihab, jangan memilih orang yang menggebu-gebu untuk menjadi pemimpin.
Dan cuma si rambut putih yang selalu rendah hati, santuy tidak menggebu-gebu. Religius tetapi tidak sok agamis. Nasionalis dan toleran sejati bukan pencitraan
TETAP RAMBUT PUTIH BOTEN NGALIH
SALAM RAHAYU🇮🇩🇮🇩❤️❤️