Koalisi Partai-partai Ruwet dengan Capresnya yang Juga Tak Kalah Ruwet, PKS-PD-Nasdem dan Wan Abas

Penulis: Niken Sri Rahayu

Panasnya suhu dunia perpolitikan di kontestasi Pilpres 2024 makin terasa. Partai-partai politik sudah menggandeng rekan koalisi untuk maju di pilpres 2024.

Tidak seperti partai yang lainnya, saat ini cuma PDIP yang masih belum memutuskan untuk berkoalisi dengan partai mana.

-Iklan-

Hal itu wajar karena tanpa berkoalisi pun PDIP sudah memenuhi syarat untuk mengusung capresnya sendiri.

Sementara itu partai-partai yang lain sudah membentuk sebuah koalisi.

Gerindra PKB dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya-nya (KKIR).

GOLKAR PAN dan PPP dengan Koalisi Indonesia Bersatu-nya (KIB).

Lalu ada Demokrat, PKS, dan Nasdem dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan-nya (KPP). Walaupun koalisi KPP belum resmi dibentuk. Hal tersebut di sebabkan karena belum adanya kesepakatan akan posisi wapres.

Dari 3 koalisi tersebut tampaknya KPP yang saat ini sedang mengalami keruwetan di masing-masing partai sehingga menambah rapuhnya koalisi yang belum resmi terbentuk itu.

PKS sedang menjadi sorotan publik terkait pertemuannya dengan Dubes AS beberapa waktu lalu. Hal ini semakin memperkuat opini publik bahwa partai tersebut adalah antek mamarika.

Kemudian Demokrat yang sedang menghadapi pengajuan PK dari kubu Moeldoko, yang membuat partai tersebut terancam berpindah tangan dari AHY ke pihak Moedoko dkk.

Dan Nasdem yang saat ini paling banyak menghadapi banyak masalah, mulai dari para kadernya yang hengkang karena merasa sudah tidak sejalan lagi dengan SP. Ditambah lagi para kadernya yang terlibat kasus korupsi dan menjadi penyuplai senjata bagi KKB Papua.

Dari koalisi partai-partai yang ruwet tersebut, terasa klop dengan capresnya yang juga tak kalah ruwet yaitu wan Abas.

Mulai dari kegagalannya mewujudkan janji-janji kampanye waktu menjabat gubernur. Karya-karyanya yang cuma menghambur-hamburkan anggaran tanpa ada manfaat seperti bambu berpelukan, peti mati, mewarnai genteng dll.

Ditambah lagi gelaran Fomula E yang sedang dalam penyelidikan KPK.

Dan yang paling membuat publik anti terhadap sosok tersebut adalah politik identitas yang melekat pada dirinya.

Dan kalau kita cermati kembali terbentuknya KPP itu karena faktor kepepet.

PKS ditolak mentah-mentah oleh PDIP, AHY gagal mengincar kursi Menpora, dan Mr. Paloh yang tidak digubris Jokowi ketika menawarkan siap cabut pencapresan Abas jika Jokowi inginkan.

Saat ini mungkin fokus para ketum partai yang tergabung dalam KPP tersebut justru kepada penyelamatan partai masing-masing, bukan lagi pada pencapresan Wan Abas. Hehe….

SALAM RAHAYU 🇮🇩🇮🇩❤️❤️

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here