Perahu Koalisi Makin Limbung, Anies Baswedan Dikabarkan Segera Diproses Hukum
Publik sudah menduga bagaimana respon atau reaksi Anies Baswedan dalam mengomentari ditetapkanya Johnny G. Plate sebagai tersangka korupsi BTS yang merugikan negara 8 T.
Pertama, konpers Surya Paloh terkesan menyayangkan bahkan merasa sedih karena Sekjennya kena pasal korupsi. Tidak dinyatakan tapi terlihat SP begitu galau dan inginnya baper kepada Pemerintah, seolah dikriminalisasi.
Dari bahasa tubuh dan bahasa narasinya terlihat sekali dia ingin dikasihani diberi simpati. Jelas pula dia tidak bisa terima. Mungkin masih terbawa perasaan yang kemarin-kemarin tidak diajak ‘kongkow’ oleh partai koalisi Pemerintah, merasa juga bisnisnya dihambat tidak mendapat order lagi dari proyek BUMN dsb., merasa pula Jokowi sudah tidak menganggap dirinya. Lalu kini Sekjennya kena kasus.
Dalam perkara lain yang melibatkan kadernya, maka partai akan bersikap biasa dan mengikuti proses hukum yang berjalan. Atau, bahkan ada partai yang tegas, begitu kader berstatus tersangka sudah langsung memberi sanksi pemecatan, alih-alih memberi bantuan hukum. Tidak ada yang baper tidak ada partai yang mengasihi kadernya yang menjadi tersangka korupsi. Sikap ini bisa dilihat publik bahwa SP justru melindungi Sekjennya.
Dulu di tahun 2015 saat Sekjen Nasdem, Patrice Rio Capella tersangkut kasus korupsi, respon SP tidak seperti sekarang ini. Bahkan sebelum PRC tertangkap, SP sempat berkoar akan membubarkan Partai Nasdem jika ada kadernya yang terlibat korupsi, “Tidak pantas partai ini berdiri jika ada kader korupsi”. Mengapa kini tidak mengatakan yang sama? Boro-boro, ingat dengan ucapannya pun tidak. Publik bilang, SP akting.
Sebagaimana dikutip dari komentar Mahfud MD, dia mengatakan penetapan JGP sebagai tersangka sesungguhnya tertunda, karena Kejagung bersikap hati-hati. Jika memang ini politis, maka sudah sejak awal status JGP menjadi tersangka. Sedangkan Sahroni (DPP Nasdem/DPR RI), menyatakan kasus ini tidak ada unsur politis. Tentu pernyataan Sahroni berbanding terbalik dengan yang dikesankan SP. SP masih tidak terima dan anggap ada permainan politik (by design).
Suasana kebathinan SP inilah yang dilihat dan ditangkap AB ketika mendatangi kantor DPP Nasdem. Sejak turun dari mobil sudah terlihat bagaimana raut wajah AB yang tidak ramah tanpa senyum kepada wartawan yang tengah stand by di Warung Buncit. Pemandangan seperti itu sempat di-posting dan menjadi pembicara netizen di medsos. Bahkan fans-nya AB pun berkomentar tidak ingin melihat wajah seperti itu, yang menunjukkan kelemahan seorang calon pemimpin.
Karena ini kasus penangkapan tersangka korupsi, bukan mau melayat seorang tokoh publik yang meninggal. “Kok seperti acara layatan ya?”
Demikian komen seorang netizen yang ngaku pendukung AB. Maka kemudian sudah bisa dipastikan bagaimana komentar AB setelah bertemu SP. Seperti biasa AB berbicara muter-muter yang intinya memuji-muji SP sekaligus turut prihatin dan bersedih. Pendukung banyak yang kecewa.
AB ketika itu terlihat lebih seorang “petugas partai” daripada petugas partai yang sebelumnya dikritik AB. Istilah Jawa-nya, AB begitu “munthuk-munthuk” terhadap SP.
Apa takut tidak cair dana sosialisasinya? Takut dicabut mandat pencapresannya? Atau takut apa?
Harusnya AB berani bersikap tegas dan lantang berteriak, “Kita bersama aparat membasmi korupsi!” Jika saja ada Novel Baswedan, sepupunya AB, pastilah dia tertawa, kok ada koruptor yang tertangkap tapi malah dikasihani?
Harusnya ini menjadi timing tepat bagi AB jika ingin mengusung ide perubahan. Dia harus berani bahkan jika perlu menghujat perilaku yang ditunjukkan oleh tersangka JGP karena sudah makan uang rakyat. Atau, jangan-jangan apa yang diduga publik (seperti artikel yang lagi viral terkait hubungan kasus JGP dengan dana Timses AB), adalah benar adanya?
AB turut bersedih karena sumber logistik untuk kebutuhan mobilitasnya akan terpotong karena JGP tertangkap?
Bisa saja AB mengatakan tetap maju, tidak ada yang ditunda, tidak ada yang terhambat dan tidak ada yang melambat. Namun aura (suasana kebathinan) yang tertangkap sudah tidak seperti yang dikatakan AB. Semangat SP terlihat memudar.
Bahkan SP tidak turut mendampingi AB dalam jumpa pers-nya.
Kini publik bertanya, siapa pengganti kursi JGP? Apakah masih jatahnya Nasdem? Mestinya bukan jatah Nasdem lagi. Tapi feeling saya, SP berharap bisa ketemu Jokowi.
Persoalannya, setelah apa yang dilakukan SP, masih punya muka-kah dia ketemu dengan Jokowi?
Perahu Koalisi Perubahan semakin limbung diterpa badai.
Sumber dari “pasar gelap” yang saya terima, mengapa AB memuji-muji SP dan bertampang lesu? Ternyata dari sumber rahasia menyatakan bahwa SP sudah tidak bisa ‘menjamin’ kasus yang menimpa AB yakni Formula E.
Selama ini, SP sebagai penjamin agar Formula E tidak diutak-atik atau Nasdem mengancam mencabut dukungan.
Kasus JGP menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa menjadi jaminan untuk sebuah kasus korupsi. Jadi, setelah Andi Arief yang dipanggil KPK kasus gratifikasi, kini bersiaplah AB menyusuri proses hukum selanjutnya.
Oleh Mahfud MD sudah dikatakan bahwa setiap mau usut kasus AB oleh KPK, selalu dibilang kriminalisasi oleh pendukung AB. Menurut Mahfud, jalan saja terus tidak peduli siapa pelakunya. Untuk itu KPK tidak perlu bertanya ke Pemerintah.
(Mahendra)
Baca juga: