Kisah Neta S Pane: Menolak Bekerja Di Stasiun TV, Demi Kritik Polisi

SintesaNews.com – Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane tutup usia, Rabu (16/6/2021). Selain keluarga, tak sedikit pihak yang merasa kehilangan atas kepergian pria 56 tahun tahun itu.

Salah satunya para jurnalis. Sebab, sebelum menjadi pengamat kepolisian, setidaknya 20 tahun Neta menyandang status sebagai wartawan.

Adapun salah seorang jurnalis yang berduka ialah Sri Wulandari, Pemimpin Redaksi media online Aksikata.com.

-Iklan-

Wulan, sapaan Sri Wulandari, mengaku mengenal dekat dengan Neta. Sebab, ia pernah bekerja di perusahaan media massa yang sama.

“Kita pernah kerja bersama di tabloid Aksi (Koran Aksi Jakarta),” ujar Wulan.

Saat itu, Neta berposisi sebagai redaktur atau wartawan yang bertugas mengedit berita yang dikirim oleh reporter. Posisi yang sama juga ditempati Wulan.

Hubungan pertemanan Wulan dan Neta tak berhenti sampai di situ. Keduanya bahkan sempat melamar pekerjaan bersama di salah satu televisi swasta, sekitar tahun 2003.

“Dulu saya sama Neta diterima bekerja di Lativi (kini TVOne),” ucapnya.

Meski diterima bekerja di stasiun televisi tersebut, kata Wulan, Neta justru memilih tak melanjutkan proses lamarannya. Ia malah memilih mendirikan IPW.

“Tapi Neta nggak ambil (pekerjaan di Lativi). Dia dan beberapa wartawan mendirikan IPW dengan kantor pertama di salah satu ruangan di Istora Senayan,” tuturnya.

Wulan sempat menanyakan maksud Neta menolak pekerjaan di Lativi dan memilih mendirikan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Jawaban Neta, ia ingin mengkritisi kinerja Polri.

“Sempat saya tanya ‘ngapain juga bikin lembaga kayak gitu (IPW)?’. Dia jawab ‘karena ingin mengkritisi kinerja polisi’. Saat itu dia lihat banyak penyimpangan,” tutur Wulan.

Dosen Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) ini belakangan bangga dengan Neta, yang bersama dengan rekan-rekannya, akhirnya mampu membesarkan IPW. Nama Neta pun semakin melambung di republik ini, sebagai salah satu sosok yang berani mengkritik tajam Kepolisian.

Karenanya, Wulan tak ragu memasukkan Neta sebagai salah seorang yang dimintai testimoni akan buku yang ia tulis, ‘212 Undercover’.

“Dia salah satu komentator buku saya,” tandas alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta ini.

Semasa hidupnya beliau adalah sosok orang yang konsisten dan peduli dengan berbagai persoalan, sehingga bisa diajak memcahkan berbagai macam masalah.

“Kalau mau to buka IBW aja, Indonesia Bea Cukai Watch,” ujarnya mengenang obrolan mereka masa lalu.(RIP)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here