Ketua FKUB Jateng: Khilafah Jangan Kau Ganti Garudaku dengan Burungmu

Penulis: Nurul Azizah

Kamis malam dipenghujung bulan Juni 2022 ketika penulis ikut jamaah sholat magrib di aula Al-Fadhilah terasa ada yang berbeda. Setelah sholat maqrib selesai, penulis melirik dua orang yang tidak ikut sholat.

“Ya Allah, itu ada Romo Warto Pandita di Vihara Buddhagaya Watu Gong beserta temannya, ada apa beliau bertandang ke rumahnya pak Iman Fadhilah,” dalam hati penulis bertanya-tanya.

-Iklan-

Setelah pembacaan yaasin dan tahlil selesai (rutinitas malam Jum’at) penulis memberanikan diri menyapa Romo Warto dan kawan-kawan yang lagi diskusi.

Eh ternyata bapak-bapak yang ada di rumahnya pak Iman Meteseh Tembalang adalah pengurus dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Provinsi Jawa Tengah.

Di situ ada ketua FKUB Provinsi Jawa Tengah Drs. Taslim Syahlan, M.Si (Islam), Eko Pujianto, S.Ag dari unsur agama Hindu, ada Romo Warto unsur agama Budha, dan tuan rumah Dr. KH. Iman Fadhilah, M.Si dari unsur agama Islam.

Penulis diajak bergabung untuk membahas program kerja FKUB. Setelah para pengurus FKUB rapat, penulis izin pulang sebentar, kebetulan rumahnya pak Iman dekat dengan rumah penulis.

Penulis memperkenalkan diri sebagai pegiat NU dan NKRI. Buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi’ penulis sodorkan kepada mereka, dan mereka tertarik dengan kiprah penulis selama ini.

Akhirnya atas nama pengurus FKUB, semua sepakat kalau penulis akan dirangkul dan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh FKUB Jawa Tengah.

Pak Taslim ternyata tertarik dengan buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi’ karya penulis.

Dari sinilah diskusi dimulai lagi, tiba-tiba pak Taslim membuka pembicaraan.

“Konten Khilafah kalau ditilik sejarah Islamnya itu bagus, tapi tidak bagus karena ingin mengganti Pancasila dan Burung Garuda mau diganti dengan ‘burungnya,” kata Taslim dengan sedikit bercanda.

Romo Warto dan Pak Eko terkejut dengan pernyataan pak Taslim.

Tiba-tiba penulis nyeletuk, “Burungnya yang dimaksud adalah produk khilafah.” Pak Taslim mengiyakan dan yang lain mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Pak Taslim melanjutkan pembicaraan diskusi FKUB malam itu. Islam itu membawa nilai dan kebenaran dan dibawa oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

“Kalau orang yang teriak memurnikan ajaran Islam kemudian mengkafirkan pemeluk agama lain dan menjelek-jelekkan serta memusuhi pemeluk agama lain, itu bukan ajaran dari Islam rahmatan lil alamin.”

“Itu ajaran apa mbak?” tanya Taslim kepada penulis.

“Islam Monaslimin, Islam yang suka demo di Monas Jakarta, hahaha…,” sahut penulis dengan kelakar.

“Itu Islam radikal intoleransi,” sahut Taslim. “Apalagi memaksa suatu negara untuk mengganti dasar negaranya.”

“Contoh di Indonesia munculnya HTI ingin mengusung khilafahnya, mengganti Pancasila dengan burungnya (ideologi, pen.), ya harus dilawan,” jelas Taslim.

“Khilafah boleh diusung asalkan mereka mau mengajak orang lebih dekat ke Tuhannya, juga memberi kebebasan non muslim mendekatkan diri ke Tuhannya, mengajak kebaikan, toleransi beragama, tidak radikal, dan penuh kasih sayang sesama umat yang berbeda agama dan kenyakinan.”

“Jihad itu bagus, saya sebagai kepala keluarga, tentunya berjihad, bekerja untuk menafkahi istri dan anak-anak saya.”

“Umat Islam itu kurang puas apa ya, mereka jumlahnya sudah banyak, Presidennya dari Islam, mayoritas menteri dan pejabatnya dari Islam,” sahut pak Eko yang bergama Hindu.

“Islam yang mana pak, jangan-jangan mereka yang ingin merusak Islam dengan memakai atribut Islam dan melakukan kejahatan dengan menjual identitas Islam,” sahut penulis. “Islam radikal intoleransi yang merusak Islam sendiri yang selama ini penulis perangi walau lewat tulisan,” kata penulis.

“Mereka kelompok minhum yaitu kelompok yang mengaku paling Islam, paling suci, tetapi malah merusak Islam. Mereka menyebarkan tipu daya dan hoax untuk membuat gaduh negeri ini, mereka berbuat semacam itu karena ada bohirnya (penyandang dana) dan sebagai kepanjangan tangan para proxy luar negeri yang tidak ingin Indonesia damai dan sejahtera.”

“Kalau begitu kelompok tersebut jumlahnya kecil njeh mbak,” sahut pak Eko.

“Njeh bapak, mereka yang suka menyebar hoax dan tipu daya, hindari kelompok wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS, NII, JI, JAD, Al-Qaeda, ISIS dan cheers leaders-nya. Malah akhir-akhir ini ada kelompok dengan bangganya mendirikan Khilafatul Muslimin di beberapa daerah di Indonesia, yang tentunya menolak Pancasila.”

“Oh gitu, jumlahnya sedikit ya mbak, tetapi sangat-sangat gaduh, orang yang tidak tahu, seperti saya, ngertinya mereka dari Islam itu sendiri.”

“Saya sering diteriaki kafir, mereka saya balas dengan kata: saya bangga menjadi kafir,” jelas pak Eko.

“Maaf bapak-bapak, tadi membahas apa ya diskusi malam ini,” tanya penulis.

Meneguhkan moderasi agama, menguatkan keberagaman agama,” sahut pak Taslim.

“FKUB merupakan forum-forum yang digagas oleh tokoh lintas agama, tetapi difasilitasi oleh Kementerian Agama dan Kemendagri.

Dasar pembentukan FKUB adalah Peraturan Menteri agama no 9 tahun 2006 mengenai pendirian rumah ibadah yang bertujuan menciptakan kerukunan umat beragama.

Juga peraturan kementrian dalam negeri (Kemendagri) no 8 tahun 2006, tentang tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama.

Ada tiga mandat pokok dalam FKUB sebagai pedoman kepala daerah tingkat I dan kepala daerah tingkat II untuk merawat kerukunan umat beragama di wilayah masing-masing. FKUB merupakan wadah dari tokoh-tokoh lintas agama, yaitu Islam, Hindu, Budha, Kristen Katolik, Protestan, dan Konghucu.

Tiga tugas FKUB :
1. Melakukan dialog-dialog lintas agama.
2. Menyerap Aspirasi dan menindak lanjuti aspirasi.
3. Sosialisasi program kerja FKUB.

Khusus FKUB Kota dan Kabupaten merekomendasi izin mendirikan bangunan rumah ibadah (Masjid, Gereja, Pura, Klenteng, Vihara, Litdang untuk pemeluk Konghucu). Forum ini juga untuk menjaga dan merawat kerukunan umat beragama.

Nurul Azizah, Penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi‘. Minat, hub. penulis 0851-0388-3445 atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.

Buku

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here