Penulis: Janrivai Silalahi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikenal sebagai sosok pemimpin yang kerap turun langsung ke daerah untuk memantau pembangunan dan mendukung kegiatan masyarakat. Salah satu daerah yang sering mendapat kunjungan Presiden adalah Medan, Sumatera Utara, yang menjadi titik strategis di kawasan Barat Indonesia. Namun, ada hal yang menarik perhatian baru-baru ini. Meski kerap berkunjung ke Medan, Presiden Jokowi tidak hadir dalam acara penutupan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut, yang merupakan perhelatan olahraga terbesar di Indonesia.
Ketidakhadiran Jokowi di acara penutupan PON memicu spekulasi di berbagai kalangan. Sejumlah pihak mempertanyakan apakah keputusan Presiden ini terkait dengan kualitas penyelenggaraan PON tahun ini yang dinilai kurang optimal. PON yang diharapkan menjadi ajang prestasi olahraga dan persatuan bangsa, justru dihiasi dengan berbagai masalah yang mengganggu jalannya acara.
PON XXI Aceh-Sumut: Perhelatan yang Sarat Tantangan
PON XXI kali ini digelar di dua provinsi, Aceh dan Sumatera Utara, dengan harapan dapat merangsang pembangunan infrastruktur olahraga dan ekonomi di kedua daerah tersebut. Namun, realitas di lapangan tidak seindah yang dibayangkan. Sejumlah venue di beberapa cabang olahraga dilaporkan belum sepenuhnya siap saat pertandingan dimulai, mengakibatkan penundaan jadwal dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi atlet serta penonton.
Selain itu, masalah teknis lainnya seperti distribusi logistik dan akomodasi juga menuai kritik. Banyak kontingen melaporkan ketidaknyamanan selama berada di lokasi, dengan beberapa bahkan harus menghadapi fasilitas penginapan yang kurang layak. Hal ini membuat banyak pihak mulai mempertanyakan kualitas persiapan yang dilakukan oleh panitia penyelenggara.
Di sisi lain, animo masyarakat terhadap PON kali ini juga tidak sebesar yang diharapkan. Dibandingkan dengan PON sebelumnya, partisipasi dan antusiasme publik di beberapa lokasi pertandingan tampak lebih sepi, memunculkan kekhawatiran apakah ajang ini masih menjadi kebanggaan nasional.
Jokowi Absen di Penutupan: Kebetulan atau Sinyal Kritik?
Dengan semua tantangan tersebut, ketidakhadiran Presiden Jokowi pada acara penutupan PON menjadi sorotan. Beberapa pengamat politik dan olahraga menduga bahwa keputusan Presiden untuk tidak hadir mungkin mencerminkan kekecewaan terhadap penyelenggaraan PON tahun ini. Jokowi dikenal sebagai sosok yang sangat memperhatikan detail dalam setiap proyek pembangunan dan acara nasional, sehingga ketidakhadirannya bisa dipandang sebagai sinyal bahwa ajang PON kali ini belum memenuhi ekspektasi.
Namun, di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa ketidakhadiran Jokowi mungkin lebih disebabkan oleh alasan yang lebih pragmatis, seperti jadwal kenegaraan yang padat. Pada saat yang sama, Presiden juga sedang fokus pada sejumlah agenda penting nasional dan internasional, termasuk penanganan isu-isu ekonomi dan politik yang membutuhkan perhatian penuh.
Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa absennya Presiden di acara sebesar PON adalah hal yang cukup mengejutkan. Penutupan PON adalah momen penting yang biasanya dihadiri oleh pemimpin negara untuk memberikan apresiasi kepada para atlet yang telah berjuang keras dan mengharumkan nama daerah mereka. Kehadiran seorang kepala negara juga dianggap sebagai bentuk dukungan moral bagi dunia olahraga Indonesia.
Masa Depan PON dan Olahraga Nasional
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah, apakah absennya Jokowi di penutupan PON ini akan berdampak pada persepsi publik terhadap acara tersebut dan bagaimana masa depan penyelenggaraan PON di Indonesia? Kritik terhadap penyelenggaraan PON Aceh-Sumut harus menjadi pelajaran penting bagi panitia di masa depan agar perhelatan olahraga terbesar di Indonesia ini kembali menjadi ajang yang membanggakan.
Selain itu, absennya Presiden mungkin bisa menjadi momentum bagi pemerintah daerah dan pusat untuk lebih memperhatikan pengembangan infrastruktur dan manajemen acara olahraga, agar perhelatan di masa depan bisa berjalan lebih baik. Bagi para atlet dan masyarakat, PON bukan sekadar ajang olahraga, melainkan simbol kebanggaan daerah dan persatuan bangsa.
Pada akhirnya, apakah ketidakhadiran Jokowi benar-benar terkait dengan kualitas PON atau semata karena alasan lain, hanya waktu yang bisa menjawab. Namun yang jelas, evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan PON XXI Aceh-Sumut sangat diperlukan untuk memastikan bahwa ajang olahraga nasional ini tetap menjadi kebanggaan Indonesia di masa depan.
Salam Pemuda!!!
______
Penulis adalah Alumni Teknik UI dan Mahasiswa S2 Teknik UI.
Baca juga:
Katering Atlet PON Aceh 2024, Isiannya Sama dengan Katering untuk Kos-kosan