Oleh : Erri Subakti
Kesesatan dalam arti dan makna kata Hijrah
Hijrah itu migrasi. Domisili berubah dari Jakarta ke Jonggol, misalnya.
Hijrah bukan berubah tindakan dan kebiasaan. Itu namanya BERUBAH. Bukan Hijrah. Jadi jangan ngarang-ngarang istilah yang bukan artinya.
“Jilbab syar’i”?
Ini juga karangan.
Syar’i tau gak arti katanya? Artinya sesuai aturan, hukum, legal. Kata syar’i bukan berarti “Islami.”
Orang Arab Saudi menyebut negara Israel itu: “Israel wa syar’i”. Tentu bukan artinya Israel negara Islam. Melainkan “Israel negara yang sah.”
New Born Muslim
Orang-orang yang ngaku “hijrah” selalu mengeksklusifkan diri. Memisahkan gerombolannya dengan yang lain. Bahkan dengan sesama muslim. Membuat segregasi, dan meyakini diri mereka lebih baik, lebih islam, dan melakukan “sunah rasul”, yakin masuk surga.
Baca: Kaum ‘New Born Muslim’: Muslim Norak
Ironisnya akhlak (tindakan) mereka terhadap manusia lainnya sering kasar. Merasa benar sendiri. Semua di luar gerombolan mereka salah bahkan dianggap kafir.
Cadar, bukan ajaran Islam
Jelas sejarahnya. Silakan googling.
Jenggot dan celana ngatung
Cuma bungkus “by design”. Bagian dari nomor “new born muslim” di atas. Cuma itu maksudnya. Mengeksklusifkan diri. Nalar gak digunakan.
Dalil “sunah rasul” juga mesti dengan nalar. Misalnya, ya gak mungkin kita saat ini melakukan semua yang dilakukan rasul sehari-hari. Zaman jauh berbeda. Gak usah naik mobil, onta aja. Gak usah gadgetan sekalian.
Khilafah
Ajaran ngawur. Bukan ajaran Islam. Yang percaya soal ini biasanya memang yang baru belajar Islam, dan celakanya dari orang yang salah.
Agama itu utk dirimu sendiri, bukan utk seluruh negeri.
Negerimu milik banyak orang, bukan milik diri kalian sendiri.
Justru mereka yang ngaku hijrah di hatinya lebih banyak kebencian dan kedengkian terhadap banyak orang di luar gerombolannya, bahkan kebencian dan kedengkian terhadap ulama di luar mereka dan umaro negerinya sendiri.
wah tidak berlandasan nih