Keluarga dan Anti Korupsi: Ganjar atau Prabowo?

Penulis: La Ode Budi

Pembudayaan anti korupsi adalah tantangan besar Indonesia untuk menjadi negara maju. Budaya melayani, dan tidak mengambil lebih dari hak, adalah hal paling sulit. Negara berkembang manapun tidak mudah untuk membangun budaya anti korupsi ini.

Keluarga adalah faktor yang lazim menjatuhkan seorang pemimpin. Istri yang hidup bermewah, mendorong suaminya untuk korupsi. Istri, anak dan keluarga terdekat, lazim jadi pintu masuk bagi penyuap.

-Iklan-

Terkait “supporting system” keluarga ini, rekam jejak Ganjar jelas unggul dari Prabowo.

Ganjar memiliki keluarga inti dan keluarga besar yang tidak ikut campur pemerintahan, apalagi memfasilitasi.

Tidak adanya keluarga yang berbisnis dengan pemerintah, adalah penghindaran korupsi yang terbaik. Siti Atikoh terbukti sama dengan Iriana (tidak ikut ikut pemerintahan).

Prabowo, memiliki keluarga yang berbisnis. Walaupun tidak ada larangan untuk berbisnis, tapi kalau sudah bersentuhan dengan proyek pemerintah atau bank pemerintah, maka “abuse of power” (penggunaan pengaruh) peluangnya sangat besar. Pasti tergoda, “kenapa berikan kepada orang, kalau peluang ini bisa kita olah sendiri”.

Membudayakan perilaku anti korupsi melalui jabatannya, jelas Ganjar lebih terlihat rekam jejaknya.

Terbukti Ganjar memecat ASN yang menjual namanya. Ganjar meninjau langsung jalan, sekolah atau proyek pemda lainnya, untuk memeriksa kualitasnya, menggambarkan keseriusan Ganjar untuk membangun birokrasi melayani dan tidak korupsi.

“Ojo korupsi, ojo ngapusi”, adalah pembudayaan anti korupsi yang sangat berani. Kasus ASN/BUMD yang ditangkap KPK di Jawa Timur dan Jakarta, tidak terjadi di Jawa Tengah.

Kesimpulan, ditinjau dari “supporting system” keluarga, dan bukti rekam jejak membangun perilaku anti korupsi, JELAS Ganjar lebih unggul dari Prabowo.

Betul???

KIBAR INDONESIA

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here