Kabinet Ok Gas Ok Gas, Pejabatnya Joget-joget Rakyatnya Antri Gas

Penulis: Nurul Azizah

Sungguh kasihan rakyat kecil ke mana-mana nenteng tabung gas elpiji 3 kg. Setiap penulis keluar rumah, entah itu ke pasar, ke bank, ke kantor atau ke mana saja, pasti melihat bapak-bapak atau ibu-ibu membawa tabung gas kosong untuk cari gas elpiji 3 kg. Mereka kehujanan dan terus menyusuri warung-warung pengecer tapi yang didapati tidak ada stok gas.

“Kondisi saat ini kacau banget, saya sedih bagaimana rasanya mencari gas elpiji 3 kg. Seharian mencari gas tetapi belum dapat. Pangkalan gas juga tidak tahu tempatnya, terus akan beli gas di mana,” kata ibu-ibu sambil menatap wajah penulis.

-Iklan-

“Bagaimana lagi bu, memang kondisi saat ini lagi susah cari gas. Padahal larangan jual gas di tingkat pengecer sudah dicabut,” kataku sambil menenangkan ibu-ibu.

“Mengapa pak menteri Bahlil membuat keputusan yang tidak berpihak pada rakyat kecil,” katanya.

“Itu hubungannya dengan politik bu,” kataku.

“Saya sebenarnya malas membahas politik, pengennya rakyat tidak tambah susah dengan adanya kebijakan dari pemerintah,” sahut si ibu.

“Heran saya dengan kelakuan dari pak Bahlil, kok tidak ada rasa simpati sedikitpun dengan penderitaan rakyat. Yang ada malah dia memamerkan joget-joget yang mengumbar ketololannya. Jogetnya tidak bermutu, kayak orang mabuk kepayang karena sudah puas membuat rakyat kecil menderita dengan kelangkaan gas elpiji 3 kg.”

“Seharusnya pak Bahlil sebagai menteri ESDM (energi dan sumber daya mineral-pen) turun ke lapangan ngecek ketersediaan gas elpiji 3 kg. Apakah masyarakat yang membutuhkan sudah terpenuhi semua,” tegas si ibu.

“Jangankan turun ke lapangan memeriksa ketersediaan gas elpiji, Bahlil malah cuci tangan alias tidak peduli dengan kondisi ini,” jelas si ibu.

Itulah percakapan penulis dengan ibu-ibu yang setiap hari susah mencari gas elpiji 3 kg. Tentunya unek-unek ibu, penulis dengarkan sambil terus mengorek apa yang menjadi kegelisahan warga. Ada lagi pedagang gorengan dan makanan yang penulis temui.

“Harga makanan naik sedikit bu, karena harga gas yang semula Rp 21.000 naik hingga Rp 26.000 itupun susah didapat. Sebenarnya masyarakat itu mau harga naik sedikit dari harga di pangkalan, asal ada stoknya. Warga tidak keberatan harga gas naik, asalkan mudah dicari. Kondisi sekarang gas susah dicari, kalaupun ada harganya sudah melambung tinggi. Dengan kebijakan pak Menteri Bahlil adalah awal penderitaan rakyat. Walau pak Prabowo hari Selasa, 4 Februari 2025 memberitahukan instruksi bahwa pengecer bisa jual gas elpiji 3 kg lagi, mulai hari ini,” jelas Presiden Prabowo Subianto yang dimuat di media online Kompas (4/2).

Instruksi dari Presiden Prabowo bukannya rakyat semakin mudah mendapatkan gas elpiji 3 kg, tapi malah sebaliknya.

Rakyat yang semakin susah tapi pejabatnya pada joget-joget kegirangan. Pada pertengahan bulan Februari 2025 banyak dishare aksi joget-joget para menteri kabinet merah putih. Dalam hati penulis bergumam, “Itu acara apa? Para menteri kok berjoget sambil berdendang, dan itu sangat mencolok mata rakyat yang lagi galau dengan kondisi perekonomian keluarganya. Harga-harga bahan kebutuhan sehari-hari semakin menanjak naik. Gas melon susah didapatkan. Apakah warga akan kembali memakai arang dan kayu bakar untuk memasak. Apakah para pejabat yang joget-joget punya rasa peduli dengan penderitaan rakyat miskin. Maksudnya apa mengumbar kebahagiaan di atas penderitaan rakyat. Mereka bekerja dibayar pakai uang rakyat, bukan untuk mencari kesenangan tapi bantulah rakyat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi.

Apakah mereka tahu kalau kelangkaan gas melon menyebabkan seorang lansia dan seorang ibu meninggal karena kelelahan ngantri gas melon.

Di saat rakyat hidup susah, malah banyak pejabat berjoget. Apalagi itu pak Menteri ESDM Bahlil juga sering joget-joget. Ini menteri kabinet merah putih atau kabinet ok gas, ok gas tetapi rakyatnya ngantri antri gas. Mereka joget-joget saat menerima tamu negara, seakan-akan para tamu disuguhi kalau di Indonesia itu rakyatnya baik-baik saja. Penulis yakin tamu negara yang datang ke Indonesia faham betul kondisi rakyat Indonesia dan kelakuan pejabat negaranya.

Rakyat diperas untuk membayar semua kenaikan biaya hidup, sementara pejabatnya makan gaji dari uang rakyat yang disetor ke kas negara.

Jangan salahkan rakyat ketika nanti rakyat menuntut untuk mengembalikan uangnya, karena pejabat negara tidak pecus mengolah alam ini untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Jangan pernah sakiti hati rakyat, silahkan terus menerus para pejabat berjoget ok gas, ok gas, tapi rakyatnya antri gas. Lihat saja nanti di atas langit masih ada langit. Hanya yang bijak mampu mengendalikan langit.

Teruslah berjoget wahai para pejabat. Tunggu sang penolong akan segera datang. Walau masih samar-samar, Sang Maha Kuasa akan mengirim seorang ksatria berwatak Semar. Dengan semangat membara Sang Penolong akan segera datang, siapa yang jahat akan segera digulingkan. Lihat saja nanti!!

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan untuk NKRI.

Buku kedua karya Nurul Azizah. “Muslimat NU Militan untuk NKRI”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here