Penulis: Dahono Prasetyo
Dari kasus “kriminalisasi” Hasto kita bisa melihat tontonan kekuatan besar elite politik yang sedang bertarung. Mereka yang selama ini bersama mengendalikan kekuasaan, namun harus terpisah oleh arah perbedaan membawa biduk berlayar.
Siapa yang mulai meniup genderang perang, perseteruan terbuka Jokowi dan PDI Perjuangan telah terjadi.
Sulit untuk mengatakan Jokowi tidak terlibat dalam kriminalisasi Hasto. Karena Pimpinan KPK baru yang didesain Jokowi 2 bulan sebelum habis masa jabatannya, seminggu setelah dilantik langsung mengeksekusi kasus Harun Masiku. Atau lebih tepatnya membuat rumit dengan menyasar Hasto.
KPK kemudian menjelma menjadi Komisi Politisasi Korupsi, mengusut korupsi yang tidak ada barang bukti kerugian negara. Menjadi letupan dendam politik di tahap awal perseteruan dua kubu.
Mereka kemudian akan saling berbalas menyerang, dari fufufafa, ijasah palsu hingga blok Medan. Lalu disiapkan balasan dengan kasus dugaan korupsi BTS yang melibatkan suami Puan. Dan kembali dijawab dengan bongkaran bisnis “laundry” Sang Pisang.
Misi menenggelamkan PDIP menjadi serius dilakukan oleh “alat pemukul” yang masih dalam kendali Jokowi. Tinggal menekan remote control dari Solo.
Pertanyaan selanjutnya di mana posisi Presiden Prabowo dalam kemelut adu kuat dua kubu yang sedang sama-sama menyala?
Prabowo yang berada dalam lingkaran bangunan oligarki Jokowi tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagaimana dulu mejadi Menhan juga tak berdaya menolak kepentingan korup proyek pesawat tempur bekas dan food estate. Sebagaimana dia juga sebelumnya juga kehabisan akal hingga butuh campur tangan Jokowi untuk bisa menjadi Presiden.
Pada akhirnya bandul kekuasaan yang sedang berayun menjadi lebih penting daripada persoalan kenaikan pajak atau kurs Dollar menuju 17 ribu. Equilibrum dua kubu besar sedang mencari titik keseimbangan. Surplus kekuasaan Jokowi bertemu defisit kekuasaan PDIP terus tergerus.
Di saat parpol lain menyerah, PDI Perjuangan menjadi satu-satunya yang masih bertahan dahsyatnya gempuran dari dalam dan luar. Anggap saja semua partai politik itu korup, namun menjadi satu-satunya yang masih berjibaku mempertahankan demos-kratos dari upaya the most kratos dan para demon-kratos
–
@Dahono Prasetyo