Penulis: Erri Subakti
Polemik Piala Dunia U20 sudah lewat. Namun residunya masih muncul di permukaan media mainstream dan medsos.
Banyak yang bilang ini semua hanya drama. Namun gambaran besar yang tercipta pada akhirnya kita melihat contoh yang bisa diteladani dari para elit politik Indonesia dengan elegan, sikap kenegarawanan, cerdas sehat, argumentatif yang kuat, dalam koridor konstitusi, ideoogi, juga prosedural sistem pemerintahan.
Tidak ada yang “bermain” licik di sini, tak ada politik identitas. Semua pemikiran dan langkah aksi politik berdasarkan prinsip-prinsip yang dipegang oleh masing-masing elit politik dengan dasar fondasi pemikiran yang kuat.
Kalau boleh saya sebutkan bahwa ada 3 peran utama di sini, Jokowi, Ganjar, dan Megawati. Ketiganya memiliki latar belakang pengalaman politik yang berbeda-beda juga tantangannya.
Jokowi jelas sebagai salah satu peran utama karena dialah sang kepala negara, yang sudah bersedia dan siap menjadi tuan rumah Piala Dunia U20.
Ganjar, menjadi peran utama ke-2 karena gaung statement dia lebih ngegas di media (mainstream dan medsos) dibanding surat resmi Gubernur Bali I Wayan Koster kepada Menpora soal penolakan Israel.
Ganjar menjadi salah satu sosok yang disorot karena ia juga tokoh politik paling populer sebagai calon presiden RI di Pemilu 2024, meski ia belum dicalonkan secara resmi oleh partainya. Namun elektabilitasnya tetap tak terbendung selama ini. Maka jelas sosok Ganjar adalah “seksi” buat media. Nilai beritanya tinggi. Najwa saja sampai mengundangnya untuk mewawancarai secara eksklusif.
Megawati, meski sosoknya sama sekali tak tampil di media saat polemik terjadi, namun sangat jelas terlihat dari pernyataan-pernyataan kader-kader partainya, dari Sekjen Hasto, Koster, terlebih Ganjar, juga Adian sebagai anggota dewan, tak ketinggalan Rudy FX yang mengambil peran berseberangan dengan Walikota Solo Gibran.
Publik pun baru mengetahui ternyata dari dapur PDIP, Megawati telah mengorkestrasi penolakan terhadap Israel jauh-jauh hari hingga di pertengahan Maret dirinya bertemu Jokowi di istana. Karena apa yang diperjuangkannya sejak bulan-bulan lalu belum juga ada hasil yang fix. Solusi soal Israel tidak bisa bermain di Indonesia.
Sudah jelas terlihat perbedaan di antara elit politik tersebut. Dan kesemuanya politisi PDIP. Politikus partai lain tak bisa menyeruak di antara riuhnya polemik penolakan Israel di Pildun 2024.
Tidak ada yang simpang siur. Semuanya sudah terbuka dengan jelas, kronologi dan sudut pandang, argumen serta fondasi pemikiran. Beberapa ada yang cukup tersirat namun jelas artinya.
Ini semua kedewasaan berpolitik dan pemerintahan. Semua cara dan akhlak politik, adab politik kelas tinggi, elegan, tanpa licik politik identitas sedang dicontohkan PDIP.
Partai banteng merah ini sedang memberi teladan bagaimana perbedaan pendapat dan polemik dijalani tanpa kasak-kusuk dan tikam dari belakang. Karena kesemuanya sejatinya memiliki unjung jalan yang sama, meski caranya berbeda. Semua menuju ke Indonesia Maju dengan peran yang bisa dilakukan masing-masing demi negeri ini.
Memang ada “kerugian”, “korban”, dan orang yang disalahkan…, tapi itu semua ‘kerugian’ yang mungkin lebih baik dari kerugian yang bisa jadi lebih parah… mungkin… ini yang tersirat.
Ada 2 batang rel kereta. Keduanya tak pernah menyatu. Tapi keduanya menuju arah yang sama. Seperti aku dan kamu…. eaaaa….
Baca Topik Hari Ini:
Jokowi ke Pasar Rawamangun dan Johar Baru, Cek Harga di Pasar, Kebanyakan Turun