Penulis: Nurul Azizah
Pada saat menjelang perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) RI ke-77 banyak diadakan lomba-lomba, baik di lingkungan instansi pemerintah dan swasta, sekolah-sekolah, kampung-kampung dan hampir di semua tempat di masyarakat.
Tidak ketinggalan di kampung penulis juga diadakan lomba untuk memeriahkan HUT RI ke-77. Saat itu suasana lomba sangat meriah, semua ibu-ibu yang hadir begitu bahagia dan antusias.
Tiba-tiba ada salah satu ibu-ibu dengan percaya diri menyanyi “Joko Tingkir Ngombe Dawet, Jo dipikir marai mumet”, sontak saja penulis kaget, jiwa ini meronta. Mengapa ibu ini dan masyarakat tidak tahu siapa sebenarnya Joko Tingkir?
Lagu ini lebih viral dari pada Raja Hadiwijaya, ada apa dengan masyarakat sekarang?
Padahal penulis tahu siapa Joko Tingkir itu sejak SD, ketika ikut lomba menyanyi Macapat. Penulis ikut lomba dengan menyanyikan tembang “Sigra Milir”.
“Sigra milir sang gethek sinangga bajul, kawan dasa kang njagani, ing ngarsa miwah ing pungkur, tanapi ing kanan kiring, kang gathek lampahnya alon.”
Demikian bunyi tembang macapat bermetrum Megatruh yang berkisah tentang Joko Tingkir naik rakit di sebuah sungai. Ada yang menyebut sungai itu Kedung Srengenge. Ada pula yang menyebutnya Bengawan Solo. Beliau dikawal 40 buaya putih, di depan, di belakang, di samping kanan dan samping kiri. Rakitnya pun bergerak perlahan-lahan.
Lagu Sigra milir sangat populer bagi anak-anak seangkatan penulis dan akrab di telinga.
Penulis merasa kesal dengan ibu tersebut, kayaknya dia tidak tahu sejarah dari Joko Tingkir yang bergelar Sultan Hadiwijaya. Yang pernah menjadi Raja Demak IV. Karena ada konflik dengan anak cucu Prabu Brawijaya V. Maka pemerintahan dari Demak dipindahkan ke Pajang daerah Sukoharjo – Surakarta Jawa Tengah.
Penulis yakin tidak hanya ibu-ibu saja yang tidak tahu siapa sebenarnya Joko Tingkir. Ternyata pengarang lagu “Joko Tingkir Ngombe Dawet” yaitu mas Tama Halu juga tidak tahu-menahu tentang siapa sebenarnya Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya.
Dalam channel TAMA HALU 008 (18/8/2022), pencipta lirik “Joko Tingkir Ngombe Dawet” meminta maaf.
Pecipta lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet tersebut mengatakan bahwa dirinya membuat lagu atas ketidaktahuan terhadap latar belakang tokoh Joko Tingkir.
Gara-gara lagu ini masyarakat ikut-ikutan menyanyikan lagu ini. Kemudian lagu tersebut menjadi perbincangan publik dan para tokoh masyarakat. Termasuk para ulama NU.
Kontroversi lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet menuai protes para ulama NU dalam penggunaan nama Joko Tingkir yang diparodikan dengan lirik-lirik dalam lagu tersebut.
Beberapa ulama NU protes dengan lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet, di antaranya KH. Anwar Zahid, Gus Muwafiq dan KH. Ma’ruf Khozin serta beberapa ulama lainnya.
Dilansir dari Youtube Channel Jas Hijau, ada beberapa kutipan pernyataan beliau-beliau.
KH. Anwar Zahid, “Joko Tingkir, Sultan Hadi Wijaya itu jalurnya kiai-kiai se-Indonesia. Kok dibuat parodi model seperti itu. Tidak suka sama sekali, diganti.”
Menurut Gus Muwafiq, “Joko Tingkir adalah seorang Ulama Besar pada zamannya serta waliyullah masyhur dan murid kinasih dari Kanjeng Sunan Kalijaga.”
Masih menurut Gus Muwafiq, “Mbah Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) juga keturunan trah Raja Jawa yang kondang, namanya Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir.”
“Lah kok bisa sekarang ada yang ngawur, Joko Tingkir nenek moyang para ulama kok dijadikan ‘Joko Tingkir Ngombe Dawet’ ini maunya apa Kang,” tambah Gus Muwafiq.
KH. Ma’ruf Khozin, “Selama ini orang-orang menganggap Joko Tingkir di film dan memegang pedang, lebih dari itu, Joko Tingkir sosok seorang ulama. Jadi tetap dijaga dan bisa dijaga dengan mengganti redaksi lagu dengan pilihan kata yang lain.”
Gus Muqafiq tegas menyebutkan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) memiliki keturunan langsung dengan Joko Tingkir. Dirinya pun mendesak pencipta lagu tidak lagi menyanyikan lagu “Joko Tingkir Ngombe Dawet.”
Dengan tulisan ini harapan penulis, masyarakat tidak lagi menyanyikan lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet. Tapi lagu itu diganti sholawatan dengan syair islami.
“Joko Tingkir wali Jowo
Muride Sunan Kalijogo
Wus Masyhur ing Nuswantoro
Dadi wali yo dadi rojo
Legendane Joko Tingkir
Joko gagah sregep dzikir
Statuse Yatim piyatu
Biso sukses kerono mituhu
Ngabdini neng Demak Bintoro
Banjur terus diangkat rojo
Misine nyebarke agomo
Agama Islam agama Mulyo
Joko Tingkir wali masyhur
Joko Tingkir Rojo luhur
Joko Tingkir pangkate duwur
Mugo kito ketularan Makmur.
Sekarang masyarakat tahu khan, siapa Joko Tingkir sebenarnya. Seorang Raja Jawa juga Ulama penyebar agama Islam yang menjadi Sultan (Raja) dengan gelar Sultan Hadiwijaya di Kerajaan Demak kemudian untuk menghindari konflik, beliau memindahkan kerajaannya ke daerah Pajang.
Nurul Azizah penulis buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi”, minat hub. penulis 0851-0388-3445 atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.