Penulis: Nurul Azizah
Hari ini, Sabtu 18 Februari 2023 atau bertepatan dengan 27 Rajab 1444 H umat Islam seluruh dunia memperingati peristiwa isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana umat muslim sedunia diperingatkan kembali akan peristiwa tersebut, sebuah peristiwa besar dalam sejarah umat Islam.
Sejarah penting dalam sejarah hidup (sirah) Nabi Muhammad SAW yaitu peristiwa perjalanan horisontal (isra’) Kanjeng Nabi dari masjidil Al-Haram di Mekkah menuju masjid Al-Aqsa di Jerusalem. Kemudian dilanjutkan lagi perjalanan vertikal (Mi’raj) dari Qubbah As Sakhrah masjid Al-Aqsa menuju Sidrat Al Muntaha.
Ini adalah perjalanan kekasih Allah SWT yang saking sayangnya Allah memberi cobaan kepada Nabi Muhammad SAW. Kanjeng Nabi kehilangan paman dan istrinya di tahun yang sama. Abu Thalib berusia 80 tahun adalah orang yang paling membela Kanjeng Nabi Muhammad SAW dari serangan kafir qurais. Demikian juga Sayyidatina Siti Khotijah r.a meninggal pada usia 65 tahun setelah mendampingi Beliau selama 25 tahun.
Peristiwa isra’ dan mi’raj terjadi setelah setahun sebelum hijrahnya Rosulullah Muhammad SAW ke Madinah (saat itu bernama Yasrif). Dalam situasi sangat sedih, seakan tiada celah untuk perkembangan agama di masa depan, karena dua orang terkasih yang selama itu melindungi perjuangan dalam menyebarkan agama Islam telah wafat.
Tekanan fisik maupun psikologis dari kaum kafir quraisy terhadap perjuangannya semakin berat. Rasulullah Muhammad SAW seakan-akan kehilangan pegangan, kehilangan arah dan tujuan.
Dalam situasi yang amat sangat sedih suatu malam Rahmat Allah SWT turun. Saat-saat mengenang kegetiran dan kepahitan perjuangan, tiba-tiba Allah SWT mengutus malaikat Jibril untuk mengajak Nabi Muhammad SAW jalan-jalan menelusuri jejak perjuangan nabi-nabi sebelumnya (tapak tilas). Dari perjalanan ini Nabi Muhammad SAW mendapatkan penyejuk dan penenang jiwa yang mujarab. Apalagi setelah melihat langsung singgasana Allah SWT di Sidratul Muntaha. Nabi Muhammad SAW semakin mantap tekadnya untuk melanjutkan syiar Islam ke seluruh pelosok dunia.
Allah SWT mengisahkan peristiwa isra’ dan mi’raj dalam QS Al-Isra’ ayat 1. Yang artinya: “Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya. Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran kami). Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.”
Ketika Nabi Muhammad ke masjid Al-Aqsha, Allah memerintahkan Nabi Muhammad melalui Jibril untuk melaksanakan sholat sunnah dua rakaat, yaitu sholat sunnah tahiyatul masjid. Ketika Nabi sholat, para jamaah jumlahnya banyak mengikuti sholatnya. Setelah salam, mereka langsung meninggalkan masjid. Maka Nabi berkata, “Wahai Jibril aku tidak kenal mereka, tapi mereka begitu akrab dan kenal dengan aku, siapakah dia Jibril.”
Jibril berkata, “Mereka adalah roh para nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad dan para Malaikat. Mereka menjadikan Kamu sebagai pemimpin para Nabi dan Imam bagi mereka.”
Selanjutnya peristiwa mi’raj hati Nabi Muhammad SAW dibersihkan oleh Malaikat Jibril. Hati Beliau dijadikan bersih dan terjaga. Hati Beliau bersifat maksum, benar-benar terjaga dari perbuatan dosa.
Di Sidratul Muntaha Kanjeng Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Allah dan berkomunikasi. Percakapan di Sidratul Muntaha diabadikan dalam bacaan Tahiyyat. Bacaan Tahiyyat adalah bacaan kalau kita sedang sholat baik fardhu maupun sholat sunnah.
Hasil dari peristiwa isra’ dan mi’raj adalah perintah sholat lima waktu. Ini tidak sekedar perintah dari Allah SWT. Sholat lima kali dalam sehari adalah obat bagi jiwa yang lagi tertimpa musibah. Siapa saja yang menjalankan sholat lima fardhu, berarti menjaga kewajiban hamba kepada Sang Pencipta-Nya.
Perjalanan singkat dan penuh hikmah ini, adalah peristiwa penting. Umatnya Kanjeng Nabi yang beragama Islam diwajibkan untuk menjalankan sholat lima waktu yaitu singkatan dari Islam, Isyak, Subuh, Luhur, Asyar dan Magrib.
Ini bukan sekedar perintah, tapi Allah memberikan obat kepada hamba-Nya. Siapa saja yang mau menjalankan sholat lima waktu hidupnya akan tenang, damai dan sebagai obat dari segala obat. Jiwanya akan tenang, hati bersih dan terjaga dari berbuat dosa. Itulah cara Allah menyampaikan perintahnya secara langsung tanpa perantara malaikat Jibril, yaitu perintah sholat lima waktu.
Siapa yang mau menjalankan sholat, maka selamatlah hidupnya baik di dunia maupun akherat. Semoga para pembaca yang budiman selalu mendapatkan hidayah dari peristiwa isra’ dan mai’raj, aamiin.
Nurul Azizah, penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi‘.