Inspirasi Penyintas Kanker Payudara, Dinda Nawangwulan

Penulis: Erri Subakti

Sekitar 15 tahun lalu saya pernah mengenal seorang bernama Dinda Nawangwulan. Usianya masih 30an saat dirinya divonis menderita kanker payudara.

Badai itu merupakan gelombang besar yang mencapai puncaknya dalam kehidupannya. Beberapa tahun sebelumnya ibunya meninggalkan dunia. Lalu ayahnya pun meninggal 2 bulan sebelum pernikahannnya. Setelah mencicipi bahagia dalam masa pengobatan kemoterapinya, 2 tahun pasca menikah, suaminya terkena serangan jantung dan meninggal dunia.

-Iklan-

Badai kehidupan bagai komplet menghantam Dinda.

Dinda memutuskan untuk dioperasi pengangkatan sekaligus rekonstruksi payudara, serta serangkaian pengobatan kemoterapi.

Bagian terberat bagi para pengidap kanker itu terletak pada saat treatment atau perawatan, seperti kemoterapi. Proses ini cukup membuat drop. Badan terasa lemas dan semua aktivitas terhambat.

Waktu akan kemoterapi, dirinya takut sekali. Di rumah sakit tambah stres melihat orang-orang yang mau kemo, semuanya tampak pucat seperti mayat. Dinda tak mau kelihatan seperti itu .

Selama menjalani pengobatan, Dinda hampir saja menyerah. Tapi dia masih mengikuti saran dokter untuk mencari kegiatan lain yang membuatnya santai.

Dinda selalu menekankan pada dirinya sendiri untuk percaya bahwa dirinya bisa pulih.

Ia berusaha berpikiran happy terus. Fokus menjalani kegiatan yang bikin senang.

Pukulan demi pukulan rupanya tidak melemahkan Dinda. Dia justru tergerak membantu orang lain yang mungkin mengalami penderitaan serupa.

Sejak itu, meski harus menjalani kemoterapi yang berat, Dinda tetap merias wajahnya ceria dan berpenampilan funky, bahkan di saat seluruh rambutnya rontok akibat kemoterapi. Dengan kepercayaan diri, Dinda tak ragu keluyuran di mal dengan kepala botak dalam dandanan funky. Orang yang melihatnya kerap mengira bahwa kebotakannya adalah bagian dari gaya berpenampilan.

Di rumah sakit pun Dinda kerap menyemangati sesama perempuan penderita kanker untuk tetap optimistis dengan berdandan, yakni membubuhkan make-up di wajah dan berpenampilan apik.

Bekerja sama dengan beberapa yayasan kanker, Dinda dan sahabat-sahabatnya mengampanyekan breast cancer awareness dalam berbagai acara amal. Melalui acara itu, Dinda menebar keceriaannya, menyemangati para perempuan pengidap kanker untuk tetap ceria dan berdandan.

Pengidap kanker kerap merasa amat terpuruk, merasa penampilannya jadi buruk, tersisih. Oleh karena itu, penting sekali menyemangati mereka, kata Dinda dalam salah satu acara amal, Oktober 2010. Dinda merias 12 pengidap dan survivor kanker payudara. Kemudian foto-foto mereka dipamerkan di Grand Indonesia, Jakarta. Foto-foto itu lalu dilelang sebagai bagian dari kegiatan amal.

Hasil lelang mungkin masih belum seberapa dibanding mahalnya pengobatan kanker. Namun, melalui acara itu setidaknya ke-12 perempuan tersebut merasa terdukung secara mental. Mereka bilang, ternyata senang sekali setelah didandani dan difoto dalam ekspresi yang ceria.

Perempuan mana yang tidak hancur saat mengetahui dirinya menderita kanker payudara?

Dinda yang selama perawatan mengalami penurunan kondisi tubuh mau tidak mau harus mengundurkan diri dari pekerjaannya.

Tidak ingin hanya berlarut dengan tindakan perawatan yang harus dijalani, Dinda memilih untuk menyalurkan hobinya.

Dinda yang hobi dandan dan mendandani orang mengambil kursus makeup.

Kekuatan pikiran sangat berpengaruh pada proses kesembuhan. Dokter selalu mengingatkan untuk terus berpikir positif.
Dari pikiran yang positif akan muncul energi positif yang secara tidak langsung memberikan kekuatan pada tubuh untuk sembuh.

Memendam emosi hanya akan menimbulkan stres. Stres inilah yang akan membuat penyakit jadi makin parah.

Dengan selalu bersyukur, Dinda akan terus mendapatkan energi positif untuk sembuh.

Usai kesembuhannya dan badai kehidupan berlalu, sejak 2011 hingga 2024, Dinda kembali bekerja pada bidang pengalamannya. Ia yang berlatar belakang pendidikan sekretaris dan pengalaman dalam administrasi perusahaan migas telah kembali berkarir dan selama 8 tahun ke terakhir di Pertamina.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here