SintesaNews.com – Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menyampaikan rasa bahagianya lantaran teori tentang virus corona benar adanya. Bahwasanya virus mematikan itu merupakan self limited disease atau penyakit yang akan sembuh sendiri.
Kebahagiaan itu disampaikan Terawan dalam konferensi bersama Jubir pemerintah untuk urusan virus corona, Achmad Yurianto di RSUP Persahabatan, Jaktim, Kamis (12/3). Konferensi pers itu untuk mengumumkan kesembuhan sejumlah pasien positif virus Corona.
Kritik dari Parpol
Waketum Partai Demokrat Syarief Hasan mendorong Presiden Jokowi menerbitkan Keppres terkait penanganan dan pencegahan virus corona. Menurut dia, hingga saat ini belum ada langkah signifikan dari pemerintah terhadap pandemi virus corona. Ia membandingkan situasi pemerintah saat ini dengan masa pemerintahan SBY ketika menghadapi wabah virus flu burung. Syarief menuturkan, SBY segera terbitkan Perpres No. 7/2006 tentang Komite Nasional Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza) dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza.
Presiden PKS Sohibul Iman mengkritik penanganan virus corona di Indonesia. Sohibul menilai pemerintah lambat dan terkesan menutupi fakta terkait corona. Menurut dia, pemerintah terkesan menutup-nutupi masalah Corona ketika virus ini pertama kali muncul di Indonesia. Data yang diberikan ke publik juga tidak efektif.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra menyarankan pemerintah tangani virus corona seperti tanggap darurat menghadapi bencana alam. Jika dana kesehatan tak cukup, pemerintah bisa lakukan pembahasan alokasi dana tanggap darurat bencana.
Pemerintah Belum Berencana Me-lockdown
Pemerintah Indonesia memahami cara lockdown dan meliburkan sekolah untuk mencegah penyebaran virus corona sudah dilakukan sejumlah negara. Namun, pemerintah Indonesia sendiri belum berencana melakukan penguncian suatu kawasan seperti itu. “Kita masih belum punya opsi untuk kemudian mengambil suatu tempat kita lockdown, belum mengambil opsi itu, bahkan meliburkan sekolah pun belum juga opsinya,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan corona, Achmad Yurianto, di Istana Kepresidenan, Kamis (12/3).
Opsi me-lockdown wilayah yang ditemukan kasus positif virus corona ( Covid-19) justru akan meningkatkan peluang penyebaran virus di wilayah itu sendiri. Yuri mencontohkan lockdown pada kapal pesiar Diamond Princess. Rupanya, cara itu kurang ampuh dalam mencegah penularan virus corona di antara manusia di dalam kapal.
“Kalau di-lockdown, malah kita tidak bisa berbuat apa-apa. Konsekuensinya, kasus (Covid-19) di wilayah itu bisa jadi naik dengan cepat,” ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Corona Achmad Yurianto dalam konferensi pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (12/3).
Kritik Pengamat dan Peneliti
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengkritik, kebijakan pemerintah dalam menangani penularan virus corona terkesan masih ala kadarnya. Menurut Agus, sejak awal hingga saat ini penanganan pemerintah belum terpadu. Padahal sebenarnya penanganan itu harus jelas dan terpadu.
Peneliti Senior Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman Institute, Herawati Sudoyo, mengimbau pemerintah segera bekerja sama dengan berbagai institusi dan lembaga lain untuk membantu tes spesimen Virus Corona. Herawati menyampaikan pihaknya mampu melakukan uji spesimen dalam waktu empat jam.
Ia berharap ada kolaborasi dalam menanggulangi kasus emerging. Yakni istilah untuk penyakit baru yang menarik perhatian banyak orang karena tidak hanya menyebabkan banyak kematian, tetapi juga memengaruhi dampak sosial dan ekonomi.
Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia Paulus Wirutomo menyarankan pemerintah agar lebih massif dalam mencegah penyebaran virus corona. Salah satunya dengan mencerdaskan masyarakat mengenai cara mengantisipasi agar mereka dapat terhindar dari penularan virus tersebut. Selama ini pemberitaan di media massa lebih banyak mengulas tentang jumlah pasien yang positif virus corona. Namun, edukasi tentang bagaimana virus itu menginfeksi manusia, dan sebagainya justru tidak banyak dijelaskan.
Indonesia Belum Punya Vaksin Cegah Corona
Juru bicara pemerintah khusus virus corona (covid-19) Achmad Yurianto menyebut, Indonesia belum mampu merancang vaksin untuk mencegah corona. Penyebabnya, karena Indonesia belum memiliki banyak spesimen corona untuk diteliti. Hal itu diketahui setelah dia berkomunikasi dengan salah satu profesor peneliti Lembaga Biologi Molekular Eijkman Institute Amin Subandrio.
Penyebaran Corona Berada di Pemukiman Tak Kumuh
Deputi Gubernur Bidang Pengendalian Kependudukan dan Pemukiman DKI Jakarta Sri Suharti menjelaskan, dari hasil pengumpulan informasi dari para pasien, ditemukan bahwa persebaran virus corona di Ibu Kota banyak terjadi di pemukiman yang justru tidak padat penduduk.
Pemeriksaan Spesimen
Balitbangkes Kemenkes sudah memeriksa sekitar 800 spesimen terkait virus Corona (COVID-19). Spesimen diperiksa oleh Balitbangkes. Dari ratusan spesimen itu, ada 2 spesimen yang diperiksa terkait meninggalnya 2 pasien di RSPI Sulianti Saroso. Pemeriksaan spesimen dilakukan untuk memastikan apakah yang bersangkutan positif atau negatif dari virus corona.
Apa Kata Menteri BUMN?
Menteri BUMN Erick Thohir melakukan kunjungan ke Stasiun Gambir Jakarta Pusat guna mengajak peran serta seluruh masyarakat Indonesia untuk bahu-membahu dalam mencegah dan memberantas penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia. ‘’Untuk menghadapi Covid-19, kita harus bersatu dan gotong royong,” ujar Erick, Kamis(12/3).
Penomoran Pasien Berbeda antara RSPI dengan Pemerintah
Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso (RSPI SS) memiliki penomoran pasien yang berbeda mengenai kasus positif virus Corona (COVID-19) dengan pemerintah. Dirjen P2P Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan akan mengontrol langsung ke RSPI SS. Sebab, RSPI SS diberi izin mengeluarkan pernyataan untuk meng-update kondisi pasien positif Corona yang dirawat.
WNI Positif Corona di Singapura
Juru Bicara Pemerintah terkait penanganan corona, dr Achmad Yurianto, mengatakan pemerintah sudah meminta identitas WNI positif corona yang dirawat di Singapura untuk kepentingan tracing. Namun, Singapura tak mau membuka identitas WNI tersebut.
Gubernur Banten Umumkan 2 Positif Covid-19
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto mengaku belum memperoleh data terkait dua orang yang diumumkan mengidap Covid-19 oleh Gubernur Banten Wahidin Halim. “Saya tidak dengar, Gubernur Banten dapat dari mana itu periksanya itu. Karena kita tidak pernah menyampaikan data ini kepada gubernur. Data ini disampaikan ke dinas kesehatan untuk kemudian dilakukan tracing,” ujar Yuri di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (12/3).
Pemerintah Siapkan 15 Juta Masker
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto menyatakan, pemerintah telah menyediakan stok 15 juta masker dan menyiapkan 10.000 alat uji infeksi virus corona. Penyiapan 10.000 alat uji infeksi tersebut untuk memastikan status seorang pasien yang diduga terjangkit Covid-19 yang disebabkan virus corona.
Virus Corona di Bali
Komisioner Komisi Informasi Pusat, Arif A Kuswardono meminta pemerintah pusat menguatkan koordinasi dengan Pemda terkait penyebaran informasi kasus virus corona. Hal itu diungkapkan menyusul adanya miskomunikasi antara Pemprov Bali dan pemerintah pusat terkait kondisi pasien positif virus corona nomor 25 yang meninggal dunia.
Kepala Staf Presiden Moeldoko mengakui ada miskomunikasi antara Pemerintah Provinsi Bali dan pemerintah pusat terkait kondisi pasien positif virus corona ( covid-19) nomor 25 yang meninggal dunia. Pemprov Bali sebelumnya mengklaim tak mengetahui bahwa pasien yang merupakan warga negara Inggris itu positif corona. Sementara Jubir Pemerintah untuk Penanganan Corona Achmad Yurianto berdalih bahwa dokter yang menangani memang tak wajib melapor ke pemda.
Kru Kapal Diamond Princess Sehat
Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu (Pangkogasgabpad) Laksamana Madya Yudo Margono mengatakan, sebanyak 68 warga negara Indonesia kru kapal Diamond Princess dinyatakan dalam kondisi sehat. Pria yang juga menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I itu mengungkapkan, 68 WNI tersebut setiap harinya mendapat pengawasan dari Prajurit TNI yang tergabung dalam Kogasgabpad.
Pertemuan Petinggi Parpol Koalisi dengan Presiden
Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin mengatakan, dirinya ikut hadir dalam pertemuan para petinggi partai koalisi dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (6/3) lalu. Menurut Azis, pertemuan tersebut membahas soal penanganan penyebaran virus corona dan perkembangan pembahasan Omnibus Law RUU Cipta Kerja di DPR. Dalam pertemuan tersebut Aziz menyampaikan perkembangan omnibus law RUU Cipta Kerja di DPR.
Imigrasi Tolak 126 WNA
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM menolak 126 warga negara asing ( WNA) masuk ke Indonesia dari enam pintu masuk. Yakni Bandara Ngurah Rai di Denpasar, Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Bandara Kuala Namu di Deli Serdang, Bandara Hang Nadiem di Batam, dan Pelabuhan Batam Center. Mereka ditolak lantaran pernah mengunjungi daerah terlarang di sejumlah negara yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia, di antaranya Daegu dan Provinsi Gyeongsangbuk-do di Korea Selatan.
DBD Lebih Berbahaya
Staf Khusus Presiden Bidang Sosial Angkie Yudistia menegaskan pemerintah juga serius menangani demam berdarah dengue (DBD) di tengah munculnya virus corona atau Covid-19.
Angkie menyebutkan, kasus demam berdarah mulai muncul sejak beberapa wilayah di Indonesia mengalami kebanjiran saat curah hujan tinggi. Situasi ini berlangsung sejak awal tahun 2020. Merujuk data dari Kementerian Kesehatan, ada 17.820 kasus demam berdarah di seluruh Indonesia, dan mengakibatkan 104 orang meninggal dunia.
Imbauan Jokowi
Presiden Jokowi mengimbau masyarakat terus waspada terhadap penyebaran virus corona dengan memperhatikan protokol Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO). Menurut Presiden, masyarakat bisa bergotong royong untuk melawan virus corona. Tiap individu bisa berkontribusi melawan corona dengan lakukan pencegahan sesuai anjuran WHO, di antaranya mencuci tangan dengan sabun, menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, dan lain-lain, serta mencari perawatan medis jika mengalami demam, batuk, dan sesak napas.