Hegemoni Barat Runtuh Bukan dengan Senjata Mesiu Melainkan Pangan dan Energi

Penulis: Ganda Situmorang

Fenomena kebangkitan China (Republik Rakyat Tiongkok) adalah pengecualian negara yang berhasil meloncat dari negara berkembang menjadi negara maju di masa hegemoni Barat. Namun proses itu bukan gampang, seluruh komponen bangsa solid bekerja keras di bawah kepemimpinan kuat Xi berhasil menghapus angka kemiskinan di China sesungguhnya dicapai saat AS melancarkan perang dagang dan proxynya.

Dewasa ini, setelah 25 tahun pasca reformasi khususnya 2 periode administrasi Presiden Jokowi, Indonesia kembali menatap masa depan menuju tinggal landas kelompok negara maju tahun 2045 atau lebih cepat.

-Iklan-

Memang Republik Indonesia bukan China, sistem demokrasi yang diadopsi dari sistem Barat menyisakan ruang gaduh yang oleh China bisa dengan mudah dikendalikan oleh Presiden Xi.

Inilah cacat bawaan demokrasi ibarat perang bermata dua. Dengan dalih kebebasan berpendapat hingga hari ini anjing piaraan Barat dengan bebasnya hingga ke level caci maki kepala negara, narasi segregatif dan provokasi konflik horizontal berbasis SARA tetap marak, tanpa ada instrumen taktis negara untuk meredamnya.

Inilah bedanya kenapa China bisa take off karena energinya bisa fokus bekerja dan bekerja.

Setelah skenario Barat gagal total di Ukraina untuk menciptakan pasar baru senjata dan menjarah gas Rusia, Amerika Serikat kini dengan tatapan nanar menatap “Panda Raksasa” China.

Provokasi murahan ala Yankee dijalankan dengan menjadikan seorang politikus uzur yaitu Ketua DPR Pelosi yang berkunjung ke Taiwan disertakan pengawalan 3 gugus Kapal Induk.

Apa yang dilakukan Republik Rakyat Tiongkok merespon provokasi Pelosi?

Di luar dugaan banyak pihak yang menyangka bahwa China akan serta merta menembak jatuh pesawat Pelosi sehingga memantik lonceng perang militer langsung antara China dan AS. Rupanya China banyak belajar dari taktik dan teknik Yankee untuk menggulingkan pemerintah, untuk membuat negara-negara menghilang, seperti Yugoslavia menjadi 6 negara baru yang berbeda.

Presiden Xi sangat paham bahwa yang menjadi prioritas utama adalah ekonomi, dengan biaya berapa pun, membangun negara, dan mereka bekerja sedemikian rupa sehingga hari ini AS tidak dapat mengalahkan perang ekonomi dengan China. Tetapi tidak hanya ekonomi, kapasitas militer China juga sudah bisa disejajarkan dengan AS. Jika China ingin mengambil Taiwan secara militer, itu sudah dilakukan sejak lama. Hal yang sama terjadi dengan Hongkong dan yang terbaru adalah Taiwan.

Strategi Pembangunan Ekonomi China

Bisnis online mulai berkembang sejak awal tahun 2000-an. Tanpa gembar gembor China membuat sekitar 100 ribu laman pasar online, di situ toko serba ada menjual semuanya, dan lebih banyak lagi. Lokomotifnya adalah Alibaba.

Memang Amazon sudah lebih dulu ada dengan volume pasar yang lebih besar daripada Alibaba. Namun bagi ekonomi domestik China, Alibaba jauh lebih menguntungkan daripada Amazon. Karena bisnis Amazon bukan untuk jual-beli produk, Melainkan bisnis TI, yang meminjamkan platform kepada pedagang yang menjual barang secara online. Jack Ma menertawakan Amazon. Jack Ma menjual produksi China di Alibaba dan Amazon tetapi produk AS tidak ada yang dijual di Alibaba.

Strategi ini tidak ada salahnya dan perlu diduplikasi oleh sepupu dekat Jack Ma di Indonesia bukan?

AS Dalam jerat konsumerisme di atas hutang

Hutang AS tercatat sebesar $1,1 triliun, terbesar kedua, sedangkan sekutunya Inggris berada di urutan ketiga, dengan $622 miliar. Biaya pembayaran bunga utang AS pada tahun 2021, sebesar $562 miliar atas utang tertunggak.

Sekarang bandingkan cicilan bunga utang tertunggak sebesar $562 miliar dengan 811 miliar untuk anggaran Pertahanan. Negara yang mengandalkan gaya hidup konsumerisme dengan utangan dan pasar senjata memang angka-angka di atas seharusnya tidak mengagetkan.

China Menarik AS ke Perang Ekonomi Maha Dahsyat

Kembali ke respon China atas provokasi Pelosi AS atas Taiwan. Dunia kecuali Barat akan melihat bahwa China akan membuat mereka membayar mahal dan berjilid-jilid hingga ekonomi unipolar dengan hegemoni Dollar AS runtuh.

Kenapa berjilid? Karena banyaak sekali varian jurus kungfu Shaolin senjata ekonomi China. Satu contoh, sebagian besar awam mungkin mengira bahwa Ukraina dan Rusia adalah produsen gandum terbesar dunia. Sebenarnya Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia, tetapi produsen terbesar di dunia adalah Cina. Lalu mengapa China tidak mengekspor? Karena Cina menjamin kedaulatan pangan. Jadi jelas dalam strategi perang China, siapa yang menguasai logistik pangan dan energi akan keluar sebagai pemenang. Karena untuk melengkapi kedaulatan pangan, China sudah mengambil langkah strategis menjamin kedaulatan energi dengan mengamankan minyak dan gas bersama Rusia.

Bagaimana Posisi Indonesia?

Indonesia memiliki sekurangnya dua komoditas pangan dan energi yang bisa mempengaruhi (game changer) ekonomi dunia yaitu minyak sawit dan nikel. Dan di sini Presiden Jokowi dengan kebijakannya sudah berada di jalur yang benar.

Pembenahan rantai pasokan kelapa sawit terus dijalankan terutama untuk peremajaan dan hilirisasi kebun sawit rakyat.

Begitu pula dengan nikel dan bahan tambang lainnya sejak jauh hari sudah dilarang ekspor dalam bentuk mentah sehingga pembangunan smelter beserta ekosistem industri turunannya sedang berlari kencang.

Jadi paham kan sekarang kenapa selalu ada saja gerombolan anjing Barat selalu teriak anti China, tegakkan khilafah hingga Islamophobia. Hayoo kira-kira siapa sih dalang dengan tangan tak terlihat yang menyuapi mereka dengan nasi bungkus?

4 Agustus 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here