Penulis: Wandi Ruswannur
SintesaNews.com – Berbicara Maluku Utara tidak bisa dipisahkan dengan eksotisme pariwisata dan sejarahnya. Setelah terpisah dari provinsi Maluku, Maluku Utara dengan ibu kotanya Ternate terus menggeliat dalam berbagai bidang, salah satunya bidang pariwisata.
Adalah Gusti Chairunnysa Kusumayuda yang akrab dipanggil Runny, Puteri Indonesia Maluku Utara 2022 menjelaskan arti penting pariwisata dan sejarah Maluku Utara bagi masyarakat.
“Dengan bekal pendidikan, prestasi dan organisasi yang saya miliki insya Allah mampu mengkampanyekan cantiknya Maluku Utara di kancah Nasional dan Dunia,” ujarnya kepada SintesaNews.com, Senin (14/02/2022).
Hingga saat ini, Runny masih tercatat sebagai mahasiswi aktif jurusan Entrepreneurship dan Leadership at London School of Public Relation. Ia juga pernah mengikuti Kompetisi Fermat Matematika 2018 yang diselenggarakan oleh University of Waterloo, Canada, mengikuti Program Homestay and Student Volunteer di Australia tahun 2015/2016, menampilkan Tarian Saman dalam Bursa Efek Indonesia Awards hingga aktif menjadi Choir Team at LSPR Jakarta, modelling Team at LSPR Jakarta serta TEATRO (Workshop Project) at LSPR Jakarta.
“Menurut Britannica, ada sekitar 400 pulau-pulau kecil dan besar yang memiliki keindahan alam yang luar biasa di Maluku Utara. Keindahan alam yang ada, air laut yang berwarna biru, air yang jernih, terumbu karang yang eksotik dan beragam jenis ikan laut yang besar dan segar,” kata pemilik akun instagram @runny.kusumayuda
Gadis kelahiran Ternate ini mengatakan, selain terkenal akan wisata baharinya, Maluku Utara juga dikenal dengan sebutan Empat kerajaan besar Islam Timur Nusantara yang terdiri dari Kesultanan Bacan, Kesultanan Jailolo, Kesultanan Tidore dan Kesultanan Ternate dengan julukannya Moloku Kie Raha atau Kesultanan Empat Gunung, serta memiliki semboyan Marimoi Ngone Futuru yang artinya bersatu kita teguh, yang menjadikan Maluku Utara sebagai provinsi yang berbeda dari lainnya.
“Tak hanya itu, daerah Maluku Utara pernah jadi rebutan bangsa-bangsa Eropa ratusan tahun lalu, sehingga banyak bukti sejarah masa kejayaan di masa lampau yang masih bisa dilihat hingga saat ini seperti peninggalan benteng-benteng serta benda-benda sejarah masa lampau,” paparnya.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini menyebut Benteng Toloko yang memiliki panorama indah, karena menghadap ke arah Pulau Tidore dengan latar belakang Gunung Gamalama. Pada tahun 1540, Panglima Portugis Francisco Serao membangun Benteng Toloko sebagai pertahanan Portugis dalam menguasai rempah-rempah agar bisa mendominasi di antara bangsa Eropa lainnya. Lalu pada tahun 1610, benteng ini diambil alih oleh Belanda, kemudian direnovasi oleh Pieter Both.
“Adapula beberapa benda peninggalan sejarah pada masa penjajahan Perang Dunia ke-2 yang berada di Morotai, peninggalan tersebut dapat dilihat di Museum Perang Dunia ke II Swadaya dan Museum Perang Dunia ke II Trikora,” imbuhnya.
Gadis yang hobinya travelling dan bernyanyi ini menyebut pemandangan gunung menjadi salah satu daya tarik tersendiri yaitu Gunung Gamalama. Pemerintah Pusat melalui Bank Indonesia mengabadikan dua pulau yang berlokasi di Ternate, yaitu Pulau Maitara dan Pulau Tidore sebagai lukisan di mata uang pecahan seribu rupiah.
“Hasil bumi yang menjadi komoditi utama masyarakat Maluku Utara yakni, Pohon Pala, Cengkih, Kopra, Kopi dan Kelapa. Di Maluku Utara pohon-pohon cengkih tua menjadi saksi hidup kejayaan rempah Nusantara. Cengkih dan Pala yang merupakan tanaman asli Nusantara serta menjadi perburuan komoditi perdagangan dunia pada abad ke 16 ini, tentunya tak bisa dipisahkan dari sejarah dunia. Sejak rempah – rempah terdengar hingga keluar Indonesia, wilayah Timur Indonesia, salah satunya Maluku Utara menjadi ramai dilalui pelayaran dunia demi mendapatkan komoditi rempah ini,” bebernya.
Kebudayaan di Maluku Utara kata Runny, masih sangat kental dan terjaga hingga saat ini hingga terkenal keluar daerah bahkan luar Indonesia yaitu, Kololi Kie, Coka Iba, Legu Gam, dan lain sebagainya yang dilakukan berdasarkan kebudayaan masing – masing kabupaten di Maluku Utara.
“Ritual budaya Kololi Kie atau Keliling Gunung ini juga merupakan tradisi berdamai dengan alam. Perdamaian dengan alam ini terjadi di kalangan masyarakat yang secara berkala dihinggapi bencana,” jelasnya.
Gadis kelahiran tahun 2001 ini menyampaikan, tradisi Coka Iba atau Topeng Setan adalah merupakan tradisi kuno masyarakat Halmahera Tengah yang dilakukan setiap tanggal 12 Robiul Awal, tepatnya saat umat Islam merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut dilakukan masyarakat Halmahera Tengah, Maluku Utara sebagai bentuk kegembiraan.
“Jika berbicara tentang keindahan alam Maluku Utara, juga catatan sejarah yang ada di provinsi ini, rasanya tidak akan cukup jika dituliskan saja. Menggambarkan pesona alam Maluku Utara yang tak bisa terpisahkan dengan cerita sejarahnya, tak akan cukup dengan goresan tinta ataupun rangkaian huruf yang tersusun rapi. Bahkan tangkapan kamera pun, akan usang oleh waktu. Maluku Utara adalah surga mutiara hitam dari ufuk Timur Indonesia, yang berbeda dari lainnya,” paparnya dengan penuh senyuman.
Runny begitu bangga dengan tanah kelahirannya. Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, bahwa alam Maluku Utara sangatlah indah juga lengkap. Sekali menginjakkan kaki, maka tak akan berhenti untuk kembali berkunjung ke Maluku Utara.