Penulis: AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal, Ketum GBN)
Kalau ditanya kriteria seperti apa yang diinginkan oleh rakyat Indonesia untuk menjadi presidenya, maka hal dasar yang diinginkan oleh rakyat Indonesia yang menjadi pemimpinya adalah harus merakyat.
Merakyat dalam artian peka dan peduli terhadap amanat penderitaan rakyat, juga ikut merasakan nasib rakyat beserta tetek-bengek yang dirasakan, dipakai, dan dialami oleh rakyat.
Karena sejatinya pemimpin baik dari mengepalai RT, RW, Dusun, Kampung, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi hingga Presiden yang mengepalai negara sekalipun adalah menjadi “Pelayan Rakyat”.
Ya, pemimpin adalah melayani, melayani dengan penuh tanggung jawab, memimpin dengan hati, setulus jiwa, “tidak sekedar menjadi simbol dan hanya memerintah serta membuat kebijakan”.
Kerinduan rakyat Indonesia akan hadirnya peminpin yang benar-benar melayani masyarakat dengan setulus hati dan memajukan bangsa selama 7 tahun ini lunas terobati dengan melihatkan kinerja Presiden Jokowi Sejak mulai memimpin bangsa Indonesia sejak 2014.
Rakyat Indonesia terhentak, kaget namun bahagia melihat Presidenya kini juga lebih sering nampak mengenakan sarung yang motifnya sangat sederhana dan biasa saja. Rakyat sangat bangga presidennya ikut mengenakan sarung yang merupakan pakaian sehari-hari rakyat Indonesia.
Sarung yang selama ini menjadi pakaian wajib bagi kalangan masyarakat ekonomi lemah dan menjadi identitas budaya bagi kalangan “santri” (hingga menimbulkan kesimpulan, kaum santri pasti bersarung dan disebut sebagai kaum sarungan).
Ya, selain bekerja dengan hati dalam membangun bangsa Indonesia dengan membangun infrastruktur, membangun kembali “Nasionalisme dan kebangsaan”, apa yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, yang paling besar dari apa yang dilakukan Jokowi adalah pendidikan politik bagi para pemimpin yang ada di negeri ini dari tingkatan RT bahwa menjadi pemimpin adalah untuk melayani dan harus siap menjadi “babu”-nya rakyat.
Sama seperti karakter dan jiwa kaum sarungan (santri) yang harus siap dalam segala kondisi apapun untuk menyebarkan manfaat, cinta kasih dan perdamaian, selain menyebarkan ajaran agama Islam yang rohmatan lil ‘alamin dengan santun nan ramah bukan dengan marah dan menebar kebencian.
Setelah Jokwi yang merakyat dengan terus-menerus membuat kebijakan yang pro rakyat (berpihak kepada kepentingan rakyat), muncul juga figur Ganjar Pranowo yang saat ini menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah telah sukses memikat dan meyakinkan rakyat Indonesia bahwa Ganjar Pranowo-lah harapan pemimpin rakyat di masa depan, pemimpin yang peka dan sangat peduli kepada rakyat bawah.
Kalau Presiden Jokowi sering memakai sarung dalam acara formal dan non formal, maka Ganjar Pranowo sering sekali terlihat sejak lama memakai “Peci Hitam”.
Peci hitam yang dikenakan Ganjar Pranowo dalam berbagai rutinitasnya sebagai Gubernur seolah melengkapi kinerjanya yang pro aktif mendahulukan kesehatan, keselamatan dan kepentingan rakyat Jawa Tengah.
Ganjar Pranowo berpeci hitam bukan karena mendampingi wakilnya yakni Taj Yasin yang merupakan ulama muda.
Namun Ganjar Pranowo berpeci hitam adalah cerminan bahwasanya sebagai seorang pemimpin ia selalu berjuang untuk rakyatnya.
Peci hitam juga adalah topi kebesaran Bung Karno dan menyebutnya sebagai topi bangsa Indonesia yang ketika itu masih dalam cengkeraman imperialis penjajah Belanda. Dari Bung Karnolah peci hitam menjadi salah satu identitas budaya rakyat Indonesia. Terrlebih bagi kaum sarungan dan nasionalis serta rakyat ekonomi lemah.
Sama seperti sarung, peci hitam adalah identitas rakyat Indonesia yang ekonomi lemah dan identitas bagi kaum sarungan, dan terjawab sudah mengapa Presiden Jokowi dan Ganjar Pranowo sering memakai sarung dan peci hitam. Karena beliau berdua sama-sama mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kepentingan rakyat.
Jokowi dan Ganjar Pranowo sama-sama lahir dari rakyat kecil.
Jokowi dan Ganjar Pranowo sama-sama peduli nan peka terhadap penderitaan rakyat serta tetek-bengek yang dirasakan oleh rakyat.
Jokowi dan Ganjar Pranowo sama-sama lahir dan dibesarkan sebagai rakyat, kenyang makan asam kecut pahit-getir menjadi rakyat bawah yang penuh dengan penderitaan dan tekanan di masa lampau.
Well, dari dan oleh rakyat untuk rakyat.
Dengan kinerja kerja nyata untuk rakyat Jokowi dan Ganjar Pranowo dicintai dan didukung penuh oleh Rakyat.
Tetap Bersarung Presiden Jokowi…, Tetap Berpeci Hitam Ganjar Pranowo….
Jokowi di Hati… Ganjar Dinanti…,
Rakyat Indonesia selalu mengharapkan pemimpin bangsa seperti karakter kalian…
Hidup Sarung… Hidup Peci…!
Selama ini banyak yang mencoba merebut hati rakyat Indonesia dengan sesering mungkin memakai sarung dan peci hitam hanya demi mendapatkan suara, dukungan dan hati rakyat Indonesia.
Namun gagal…. Kenapa? Karena mereka tidak peduli dan tidak peka dengan kondisi serta penderitaan rakyat.
Sarung dan Peci Bukan sekedar Identitas Budaya, bukan sebatas Identitas Politik.
Namun Sarung dan Peci Hitam adalah Identitas Sakral Rakyat Indonesia dan Kaum Sarungan.
Siapapun yang mengenakan sarung dan Peci Hitam seyogyanya selalu mendahulukan keselamatan rakyat, selalu mementingkan rakyat dan kesehatan rakyat dan peka nan peduli kepada penderitaan rakyat.
Terima Kasih Presiden Jokowi dan Gubernur Ganjar Pranowo yang telah menjaga marwah nan simbol sarung dan Peci Hitam sebagai Identitas Rakyat Indonesia dan kaum sarungan
Bersama kita dukung dan sukseskan program Vaksinasi Covid 19
Bersama kita kuatkan Ekonomi Desa dengan belanja di warung toko tetangga, belilah produk produk UMKM.
Gerakan Jaga Kampung Desa dari Corona dan Bahaya Laten intoleransi radikalisme terorisme.
GARDA BENTENG NUSANTARA
Bersatu berjuang bergerak berkhidmat bermanfaat untuk negeri.