Selama Pandemi Covid-19, tak terhitung jumlahnya banyak para ulama’ wafat yang didiagnosa terjangkit positif virus covid-19. Diantaranya adalah KH Madjid Kamil Maimoen (Putra dari KH Maimoen Zubair, salah satu ulama’ besar Indonesia), Juga banyak kyai-kyai besar dan juga kyai-kyai kampung yang wafat akibat terjangkit positif covid 19.
KOLOM
OPINI
AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal)
Kita semua Rakyat Indonesia dan Umat Islam Indonesia sangat bersedih harus banyak ditinggalkan oleh para ulama-ulama’ kita yang notabene adalah “pewaris dakwah perjuangan para nabi”.
Ketika rakyat dan imat Islam Indonesia sedang berduka ditinggalkan oleh para ulama’, gurunya, seorang Muhyiddin Junaidi yang menjabat sebagai Wakil Ketua MUI menyebut “sebaran Covid-19 atau virus corona merupakan teguran dari Allah. Hal itu lantaran masih banyak manusia di wilayah terdampak corona, termasuk Jakarta, masih saja memakan sesuatu yang diharamkan Islam, seperti babi.”
Tentu saja omongan, statement dari seorang Muhyiddin Junaidi sangat melukai rakyat Indonesia terutama Umat Islam Indonesia yang banyak ditinggalkan oleh para ulama’ dan keluarganya karena terjangkit positif covid-19.
Rakyat Indonesia dan Umat Islam Indonesia bertanya-tanya, sebenarnya Muhyiddin Junaidi dan MUI itu sebagai dewan ulama Indonesia itu mewakili Umat Islam yang mana?
Banyak Kyai, Ulama’, dan Umat Islam Indonesia meninggal dunia karena terjangkit covid-19, kok tega-teganya seorang Muhyiddin Junaidi menyatakan corona larena banyak makan babi. Otak dan hati Muhyiddin Junaidi ada di mana?
Apakah ia menuduh para ulama, kyai dan Umat Islam yang meninggal dunia karena memakan babi?
Kalau benar itu yang Muhyiddin Junaidi jadikan dasar untuk menyatakan corona dari makan daging babi maka sungguh sangat keji fitnah yang dikeluarkan oleh Muhyiddin Junaidi dengan memakai embel-embel MUI-nya.
Umat Islam dan Rakyat Indonesia menyimpulkan jika Muhyiddin Junaidi ini dan MUI-nya tidak berguna, tidak memberi manfaat, dan tidak memberikan sumbangsih apapun untuk bangsa, terlebih dalam masa pandemi covid-19 ini. Dan Umat Islam Indonesia dan Rakyat Indonesia ,eminta MUI dibubarkan karena sering tidak mewakili perasaan dan aspirasi Umat Islam Indonesia.
Contoh konkretnya adalah dengan pernyataan Muhyiddin Junaidi yang menyebut corona dari makan babi, jelas itu adalah fitnah besar yang tanpa dasar yang bisa dipertanggungjawabkan dan sangat melukai hati nan perasaan Umat Islam Indonesia. Dan selama pandemi covid-19 ini pun tak ada kebijakan dari MUI yang mementingkan Umat Islam dalam upayanya mencegah penularan virus covid-19.
Ketika banyak Kyai-kyai dan Ulama’ NU serta banyaknya Umat Islam wafat karena terjangkit covid-19, Muhyiddin Junaidi dan MUInya seperti buta, bisu dan tuli, lantas malah mengeluarkan statement fitnah besar yang sangat keji.
Ada apakah sebenarnya?
Atau memang Muhyiddin Junaidi dan MUInya senang jika ada ulama dan kyai NU serta Umat Islam wafat karena covid-19?
Semoga tidak ada lagi Kyai, Ulama, Habib, Umat Islam dan Rakyat Indonesia yang terjangkit virus covid-19 ini.
Mengapa covid-19 hanya menyerang ulama NU dan pancasilais???
Ada apakah ini?
Mengapa covid-19 tidak membunuh para tokoh penyebar hoax, fitnah dan propoganda?
Dan semoga pemerintah lebih memperhatikan dan meningkatkan program Vaksinasi Covid-19 di seluruh penjuru negeri dan terlebih di Pesantren-pesantren yang berfaham Pancasila yang sejak awal berdirinya negara ini memberikan sumbangan nyata untuk kemerdekaan Indonesia.
Dukung Sukseskan PPKM Darurat dan Program Vaksinasi Covid-19 serta tetap menjalankan protokol kesehatan agar keadaan lekas pulih dan normal.
Gerakan Tengok Peduli Tetangga yang sedang kesusahan, kelaparan di saat pandemi covid 19 ini.
Jaga Kampung Desa dari Corona dan Bahaya Laten intoleransi radikalisme komunisme terorisme
AR Waluyo Wasis Nugroho
Garda Benteng Nusantara
bersatu berjuang bergerak berkhidmat bermanfaat untuk negeri.