Gus Wal: Bela Pancasila & Indonesia Raya Jangan Tanggung-tanggung, Jangan Karena Kepepet & Terpaksa
Penulis: AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal)
Jangan pernah Mengaku-ngaku berjiwa Pancasila dan menyerukan untuk menyanyikan Indonesia Raya jika kepepet dan terpaksa saja.
Setelah kita memperingati perayaan hari kelahiran Pancasila 1 Juni lalu (beserta menikmati hari libur tanggal merah), sudahkah bertambah tebal kita mengamalkan nan mengimplementasikan sila dan nilai-nilai Pancasila?
Mencintai, menghayati, mengamalkan nan mengimplementasikan Pancasila jangan tanggung-tanggung, karena Pancasila adalah warisan leluhur kita, para pendiri bangsa, dan para kyai kita.
Sama halnya dengan mengilhami dan menyanyikan Indonesia Raya, menjiwai bendera merah putih harus dengan sungguh sungguh, dari dasar hati, segenap jiwa Indonesia. Karena ketiganya (Pancasila, lagu Indonesia Raya, dan bendera merah putih) adalah merupakan Identitas dan Jatidiri Bangsa.
Sekarang ini banyak sekali yang tiba-tiba mendadak cinta Pancasila atau mendaku pancasilais. Setelah berpuluh puluh tahun mereka seperti “anti pancasila”.
Dahulu kala selama berpuluh-puluh tahun yang lalu hingga medio beberapa tahun terakhir sebelum dibubarkanya HTI FPI, banyak sekali kalangan yang anti Pancasila yang sumber asalnya adalah 2 golongan yang aslinya “bukan berasal” dari suku bangsa yang ada di nusantara ini.
Golongan yang pertama menolak Pancasila karena menganggap Pancasila adalah sebuah ideologi yang sesat menurut mereka, karena dalam pemahaman “gila” mereka Pancasila dianggap bertentangan dengan hukum agama (Al qur’an dan Hadis). Bahkan terang-terangan tokoh atau yang mengaku tokoh dari golongan tersebut dengan kegilaannya berani menghina Pancasila dengan ungkapan makian “Pantatcina dan Pantatgila”.
Hal yang luar biasa gila dan tidak bisa dibenarkan segala ungkapanya.
Berhubung wadah mereka sudah dibubarkan, dilarang melakukan kegiatan beserta larangan penggunaan atributnya, mendadak kini mereka mengaku “Pancasila”.
Mereka yang kemarin juga sempat menolak lagu kebangsaan Indonesia Raya, tetiba juga kembali “mengigau” dengan meminta umatnya yang juga kemarin kemarin anti Pancasila, anti Indonesia Raya, anti hormat bendera merah putih untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, tuluskah mereka kembali menjadi Indonesia sepenuhnya?
Benarkah demikian mereka sudah tobat dari upaya-upaya kudeta atau “bughot”-nya yang merupakan cita-cita dan misi kegilaan mereka yang ingin mengganti ideologi Pancasila dan sistem negara dengan khilafah?!
Sudah benarkah niat mereka? Sudah luruskah hati mereka menjadi Indonesia yang ber-Pancasila?
Yang kedua adalah golongan yang juga sering mengucap “Saya Indonesia, Saya Pancasila” namun dilontarkan jika mereka kepepet ketika “merasa” terdesak ataupun ketakutan dengan eks hti fpi, dan ketika hari-hari besar bangsa Indonesia.
Sudah pantaskah mereka mengaku “Saya Indonesia, saya Pancasila” karena hanya sekedar takut akan fpi hti dan takut menjadi korban seperti kejadian 98?
Ya, mungkin mereka berfikir, dengan mengaku sebagai “Saya Pancasila dan saya Indonesia” mereka bisa selamat. Namun apakah benar mereka berjiwa Pancasila?
Sudah benarkah mereka menjiwai Pancasila dan menjadi Indonesia secara utuh?
Mari kita tunggu mereka mengamalkan nan mengimplementasikan sila ke 5 Pancasila, dimana pada umumnya mereka memegang kendali penuh dalam segi ekonomi selalu hanya dengan sebelah mata memandang pribumi trah asli nusantara ini.
Pancasila adalah Ideologi, Jatidiri dan Identitas Bangsa, Pancasila Juga merupakan dasar negara, dan dalam perkembangannya Pancasila dijadikan pilar negara.
Ini merupakan salah satu betapa “Pancasila adalah Rahmat dan Anugerah” Bagi Bangsa Indonesia dari Tuhan Yang Maha Esa.
Betapa terlihat begitu sakral dan karomahnya Pancasila itu kini, 2 golongan yang awalnya anti pun kini mendadak menjadi berjiwa Pancasila, meskipun berawal dari keterpaksaan ataupun kepura-puraan, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan hidayah dan petunjuk bagi mereka agar seutuhnya menjadi berjiwa Pancasila dengan sebenar-benarnya dan menjadi Indonesia yang seutuhnya.
Namun jika mereka tetap hanya berkamuflase dan tetap melancarkan strategi-strategi busuknya untuk memberrontak “bughot” kepada negeri ini, maka seluruh trah asli suku bangsa nusantara akan antipati dan meluluh-lantakkan 2 golongan tersebut, karena Nusantara menolak takluk oleh bangsa manapun.
Jadi jangan sampai, golongan-golongan pendatang yang kini sudah menjadi WNI dan diterima di nusantara ini untuk berlaku baik dan mengingat kembali sejarah darimana ia berasal.
Semoga tidak ada lagi yang mengaku Pancasila namun ingin mendirikan khilafah.
Semoga tidak ada lagi yang mengaku Pancasila namun ingin merampok dan menguasai nan memonopoli sumber daya alam juga ekonomi negeri ini hanya untuk golongan mereka saja.
Jaga Bangsa, Bela Negara, Lestarikan Pancasila, Merawat Tradisi Budaya Nusantara.
Pancasila Sepanjang Masa
GARDA BENTENG NUSANTARA
bersatu berjuang bergerak berkhidmat bermanfaat untuk negeri