Penulis: La Ode Budi
Istilah ini lazim di kalangan perpajakan. Berburu di kebon binatang, artinya memajaki (wajib pajak) “itu lagi, itu lagi” (intensifikasi).
Berburu di luar kebon binatang artinya, menarik pajak di luar sasaran
pajak biasanya (ekstensifikasi).
Saat ini rasio pajak Indonesia 10,5%. Prabowo Gibran menargetkan menjadi 23%.
Hal inilah yang memungkinkan makan siang anak sekolah, senilai Rp 400 triliun/tahun dan program afirmatif lainnya.
Tanpa penambahan pendapatan pajak, Rp 400 triliun akan diambil dari dana pendidikan sebesar 20% dari APBN (misalnya: Rp 3.500 triliun = Rp 700 triliun), maka akan banyak program pemerintah harus dipangkas (diganti makan siang).
Bisa jadi dana BOS sekolah akan hilang, PIP akan hilang atau dana riset akan berkurang.
Alternatif lain, Rp 400 triliun diambil dari dana pembangunan atau dana desa dikurangi atau dihilangkan (dana desa = sekitaran Rp 75 tiliun/tahun). Bendungan dan jalan, dikurangi.
Langkah Gibran: Rasio pajak capai 23% (“Bukan naikkan pajak, Prof”, sanggahan Gibran ke Prof Mahfud).
Boom! Gibran naik daun di debat cawapres.
CEK FAKTA. Rasio pajak naik 1% nilainya Rp 160 triliun. Naik 12,5% artinya Prabowo-Gibran akan menarik tambahan pajak dari rakyat (dunia usaha), sebesar Rp 2.000 triliun.
Hal yang mustahil. Walaupun akan dibuat badan khusus. Naik satu persen saja, sudah kerja luar biasa, apalagi naik sampai 12,5%.
Gibran perlu ditanya sektor apa yang akan dipajaki?
CEK FAKTA. PAD di Solo tahun 2023 malahan turun. Per 23 Desember 2023, baru tercapai 66,87% (Rp 548,8 miliar dari target Rp 820 miliar).
APBD Perubahan 2023, Gibran ajukan ke DPRD Solo minta diturunkan. Item anggaran (terpaksa) dipangkas.
KESIMPULAN. Kepemimpinan tingkat negara untuk Indonesia, PERLU KOMPETENSI DAN REKAM JEJAK MEMADAI. Pengalaman panjang. Sudah membuktikan (apa yang disampaikan). Jangan (citra) menjudikan nasib 270 manusia Indonesia.
#PemilihKritis_Bersuara
#KibarIndonesia
