Ganjar Mahfud dan Calon Legislatif Menang Total

Penulis: Ganda Situmorang

Tiga pasangan Capres Cawapres telah resmi mendaftar ke KPU. Mereka adalah Ganjar Mahfud, Prabowo Gibran, dan Anies Muhaimin.

Perolehan suara legislatif dari partai partai pengusung masing masing kontestan Pilpres yang paling besar adalah Prabowo Gibran, disusul Anies Muhaimin dan yang paling kecil adalah Ganjar Mahfud.

-Iklan-

Ganjar Pranowo sebagai capres dengan elektabilitas paling tinggi praktis mendapat persentasi dukungan partai politik minimalis. Kondisi yang mirip pada pilpres 2014 ketika Jokowi si plonga-plongo kurus kerempeng, China PKI manusia kurang gizi menurut sebutan lawannya Prabowo pada masa itu.

Ternyata pilpres tahun 2014 Jokowi menang meskipun dengan dukungan suara minoritas di DPR. Namun kondisi ini sebenarnya ibarat berkah tersembunyi (blessing in disguise) bagi rakyat Indonesia.

Periode pertama Jokowi si plonga-plongo sepanjang lima tahun pertama terus menerus tanpa henti saban hari dicaci maki plonga-plongo anak PKI, bapaknya China dan lain-lain. Dari mana lagi cacian itu kalau bukan residual Pilpres 2014 yang kalah lalu menjadi oposisi dan bahkan jadi pembenci membabi buta.

Caci maki sedemikian rupa kemudian dilengkapi lagi dengan gonggongan bak kumpulan serigala lapar pada setiap RDP Menteri Jokowi di DPR dan media sosial. Di situ ada peran panggung Fadli Zon dan kawan-kawan. Sehingga kondisi ini membuat Jokowi dan kabinetnya benaran bekerja. Tiada waktu untuk berleha-leha.

Kondisi yang berubah sebaliknya pada periode kedua Jokowi. Hampir semua oposisi ditarik ke pemerintahan kecuali Demokrat dan PKS. Bahkan lawannya diangkat jadi menteri sektor strategis yaitu Menteri Pertahanan. Jadilah demokrasi tanpa oposisi sepanjang periode kedua pemerintahan Jokowi. Kondisi yang menggambarkan kekuasaan absolut ketika mayoritas ketua umum partai menjadi bawahan Presiden.

Maka lihat sendiri sampai hari hari ini puncaknya. Sepuluh tahun di Istana Presiden dengan menggenggam suara mayoritas DPR ditambah lagi menjadikan Mahkamah Konstitusi seolah menjadi Mahkamah Keluarga.

Kudeta merangkak Jokowi terhadap PDI Perjuangan membangun dinasti keluarganya sudah terjadi sejak awal periode kedua. Ketika oposisi dibonsai sehingga tidak ada lagi check and balance. Ketika kritik dari anak bangsa oleh penguasa dicap musuh dan tidak punya BIG DATA. Oposisi mati suri maka lahirlah kekuasaan absolut. Hasilnya adalah KKN!

Bagaimana supaya cerita Jokowi tidak berulang lagi? Ada dua faktor yaitu eksternal dan internal partai pengusung Ganjar Mahfud.

Ada sinyalemen bahwa skenario terburuk pihak eksternal, jikalau pun Ganjar Mahfud menang, maka suara di DPR harus direbut mayoritas oposisi.

Maka jika Ganjar Mahfud susah dibendung maka serangan-serangan beralih ke PDI Perjuangan sebagai partainya Ganjar Pranowo.

Maka sebaiknya seluruh calon legislatif partai pengusung Ganjar Mahfud pada pilpres kali ini memastikan startegi kampanye.

Jika pada pilpres tahun 2014 dan tahun 2019 semua atribut partai seolah dihilangkan dari alat peraga kampanye. Maka pada Pilpres tahun 2024, semua partai terutama PDI Perjuangan harus konsisten bahwa Ganjar adalah PDI Perjuangan. Demikian juga dengan seluruh calon legislatif.

Kibarkan panji panji kampanye kalian bergambar Ganjar Mahfud, bergambar caleg dan lambang partai sebagai satu kesatuan supaya rakyat tidak salah pilih.

Ganjar Mahfud menang total, dan DPR juga menang total.

Sabtu, 28 Oktober 2023.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here