SintesaNews.com – Dilansir dari deliknews.com, Kepala Biro Humas Setdaprov Sumbar, Jasman Rizal mengatakan bahwa pemerintah provinsi Sumatera Barat dalam hal apapun tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tak langsung, ataupun mengutus perwakilannya ke ajang PPI (Pemilihan Puteri Indonesia).
Hal ini ditegaskan Jasman dalam isi pers rilisnya yang di-broadcast di Whatsapp Group Warga Berita Online, Sabtu, 7/3/2020.
Dalam isi per rilis tersebut dikatakan bahwa Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebenarnya sangat mendukung apapun bentuk kegiatan yang kreatif dan positif sepanjang tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku di Indonesia.
Namun katanya PPI tahun ini yang berlangsung 6 Maret 2020, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat tidak pernah dilibatkan, baik langsung maupun tak langsung, sehingga tidak mengutus perwakilannya ke ajang PPI 2020.
Penyelenggaraan PPI tahun 2020 dilakukan sepenuhnya oleh Yayasan Puteri Indonesia dengan melakukan proses rekruitmen tersendiri melalui beberapa kampus di Indonesia.
Sehingga proses penetapan peserta yang mewakili Sumatera Barat, pihak pemprov tidak mengetahuinya sama sekali, dilaporkan dan atau diberitahu oleh Yayasan.
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengaku tidak pernah memberikan rekomendasi ataupun izin kepada seseorang ataupun lembaga untuk mewakili Provinsi Sumatera Barat dalam ajang PPI tahun 2020.
Jasman Rizal menegaskan, “Kita harapkan ke depan, siapapun yang hendak memakai nama Provinsi Sumatera Barat dalam even dan ajang apapun, haruslah meminta izin atau rekomendasi resmi kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat.”
Sebelumnya, prestasi Kalista adalah sebagai lima besar Puteri Batik Nusantara 2018 di Jakarta, dan meraih penghargaan Miss Congeniality (Miss Persahabatan). Lalu menempati posisi puncak dalam pemilihan Puteri Indonesia untuk Provinsi Sumatera Barat, namun sayangnya ia gagal di Top 6 Grand Final Puteri Indonesia 2020.
Kalista Iskandar merupakan blasteran Indonesia-Amerika. Ia lahir di Bukittingi pada 15 Juli 1998, sebagai anak bungsu dari orang tua yang bernama Egbert D. Iskandar Lam dan Deborah Escarani Wilson.