Penulis: Nano Buana
SintesaNews.com – Bicara soal generasi milenial ini sungguh menarik, generasi yang hidup dijaman yang serba cepat dan tanpa batas, generasi yang hidup di era digital ini sungguh berbeda dari generasi-generasi sebelumnya.
Era perubahan dari analog ke digital otomatis membuat cara berpikir dan perilaku generasi milenial menjadi berbeda jauh, dimana informasi sangat mudah didapat. Dahulu generasi sebelumnya harus ke toko buku demi mencari informasi, kini cukup dengan googling semua informasi siap sedia. Namun ada sisi-sisi yang entah disadari atau tidak, akan menjadi bom waktu yang dahsyat jika tidak disikapi secara bijaksana.
Kehidupan yang serba mudah dan cepat ini akhirnya menggiring generasi muda untuk mendapatkan secara instan, tanpa berpikir segala resikonya. Gaya hidup hedonis dan serba materialistis memotivasi kebanyakan kaum muda yang masih senang mencari jati diri untuk terjerumus pada hal-hal negatif.
Media sosial sering memamerkan gaya hidup kaum selebgram dan artis-artis terkenal dengan kesehariannya yang serba wah mendorong anak-anak muda ingin mengikuti gaya hidup mereka. Berlomba-lomba membuat konten yang terkadang kebablasan. Bahkan informasi yang terlalu bebas tanpa batas ini justru jadi media subur terjadinya hal-hal negatif, termasuk prostitusi secara online.
Harapan mendapatkan uang cepat demi meraih gaya hidup hedon inilah yang saat ini kian marak.
Hasil telusuran kami dalam mencermati perilaku generasi milenial ini sungguh memprihatinkan, bahkan hanya karena malas disuruh kuliah, seorang gadis remaja usia 18 tahun membuka jasa “open BO”.
Dituntut orang tua untuk mandiri, mereka kost di suatu tempat yang jauh dari pantauan orang tua dan diam-diam menggunakan aplikasi tertentu membuka jasa ini.
Fenomena ini sungguh miris, karena kebanyakan pelakunya adalah anak-anak muda berkisar antara 16 hingga 21 tahun, setelah itu mereka bisa melanjutkan ke jenjang profesional dengan bekerja sebagai Lady Companion (LC) atau tetap melanjutkan freelance sambil mencari “sugar daddy” untuk masa depannya.
Bagi yang berparas cantik dan cerdas, mereka dapat menjadi artis atau model, tanpa meninggalkan profesinya, maka tak heran ada yang sudah terlanjur terikat dengan agensi meskipun sudah mendapat nama di dunia entertainment. Tertangkapnya beberapa artis yang “nyambi” open BO menjadi peringatan kepada orang tua agar lebih memahami perubahan zaman ini.
Keadaan ini pun diperparah dengan munculnya sindikat-sindikat yang memanfaatkan generasi milenial untuk dijerumuskan ke dunia hitam prostitusi, sambil mereka memanfaatkan peluang untuk memeras pengguna jasa prostitusi itu dengan membobol data pribadi pelanggannya. Jika mereka beruntung, maka orang-orang yang takut ketahuan istrinya atau keluarganya akan menuruti ancaman para sindikat ini.
Dengan adanya para sindikat ini, tentu saja membuat trafficking semakin sulit dideteksi. Penjualan wanita lintas batas semakin meningkat. Kejahatan seksual terhadap anak-anak juga semakin memprihatinkan. Maka bagi orang tua yang memiliki anak perempuan, sudah saatnya kita rangkul mereka. Sudah bukan zamannya lagi mendidik anak dengan otoriter, tapi berusaha menjadi sahabat tempat mereka bertanya jika tidak ingin kalah bersaing dengan Google.
Berdiskusi dengan mereka, memahami perubahan gaya hidup dan perubahan pola pikir sudah menjadi keniscayaan. Kita selaku orang tua justru harus banyak belajar dari mereka agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan jaman yang tidak bisa dibendung lagi.