SintesaNews.com – Pandemi Covid-19 telah memukul hampir seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Perekonomian adalah sektor yang mengalami pukulan paling keras, terutama sekali usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Dalam survey yang dilakukan Bank Indonesia pada Maret 2021 lalu, sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, sekitar 93,2 persen di antaranya terdampak negatif di sisi penjualan.
Mengingat begitu besarnya permasalahan yang dialami oleh pelaku UMKM, maka dirasa perlu melakukan penelitian untuk melihat kondisi resiliensi pada orang Indonesia, khususnya pelaku UMKM.
Tim Riset Dies Natalis ke-61 Fakultas Psikologi UI, dalam Webinar bertajuk “Resiliensi Pelaku UMKM di masa Pandemi”, memaparkan hasil penelitiannya dari 277 pelaku UMKM, yang tersebar di 34 provinsi.
Selain pengukuran resiliensi, penelitian ini juga mengukur variabel kepuasan hidup, afek positif dan negatif, kesehatan mental, dan alat ukur gangguan depresi. Hasil penelitian diharapkan dapat membantu para pelaku UMKM untuk menyadari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk lebih resilien dalam menghadapi tantangan pengelolaan diri dan sumber daya manusia dalam konteks usaha mereka.
Dari penelitian, ditemukan:
Tingkat kesehatan mental pelaku UMKM tergolong tinggi dengan kepuasan hidup yang tergolong puas atau cukup baik dan memiliki afek positif yang tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa para wirausahawan menyadari kemampuannya dan cukup dapat menangani stress yang dialami terkait pandemi, khususnya hingga kuartal pertama tahun 2021.
Sementara itu afek negatif yang mereka tampilkan tergolong rendah, yang mengindikasikan mereka cukup mampu mengelola kekhawatirannya.
Secara umum, pelaku UMKM menilai kehidupan mereka saat ini sudah mendekati apa yang mereka cita-citakan, walaupun masih banyak yang belum sesuai dengan harapan mereka.
Kebanyakan pelaku UMKM yang menjadi responden penelitian ini tidak mengalami gangguan depresi, atau hanya mengalami gejala depresi ringan.
Meskipun demikian mereka memiliki kondisi resiliensi yang berkisar antara kategori normal dan rendah. Hal ini menandakan bahwa meskipun mereka mampu mengelola mental secara baik, namun apabila menghadapi situasi yang sulit dan traumatis, mereka cenderung cemas, lebih mudah merasa terbebani dan pesimis dalam memandang masa depan.
Dalam situasi pandemi berkepanjangan ini, maka pelaku UMKM memerlukan dukungan agar lebih mampu beradaptasi dan memiliki kemauan untuk bangkit.
Hasil penelitian ini dipaparkan oleh Rocky A. C. Hatibie, S.Psi, Psikolog dan diperkaya dengan tanggapan dari Bapak Irman Yasin Limpo, SH, Gus Minging D.S., MBA, Psikolog, dan Debora E. Purba, M.Si., Ph.D.
Dalam pemaparannya, Rocky Hatibie yang juga merupakan Ketua Tim Riset, menjelaskan, “Pelaku UMKM diharapkan dapat menciptakan emosi positif lebih banyak. Untuk diri sendiri, untuk pekerjaan maupun dalam kehidupan sosialnya. Dukungan dari lingkungan dan pemerintah pun bisa membuat nilai resiliensi pelaku UMKM bertambah.”
Sebagai Psikolog yang juga berkecimpung dalam dunia wirausaha dan UMKM, Gus Minging menyatakan, “Kita sebagai pengusaha memang perlu memiliki resiliensi yang tinggi, terutama saat menghadapi kondisi pandemi. Fokus pada apa yang bisa kita lakukan dari pada mengeluh tentang apa yang tidak bisa kita lakukan. Kita perlu mendefinisikan ulang arti kepuasan hidup dan mentransformasi bisnis ke digital, serta mencari cara baru dalam proses bisnis guna menjawab kebutuhan pandemi dengan terus berkreasi untuk lentur dan lenting dalam berbisnis. Terus melangkah, bertranformasi dan be resilient!”
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Psikologi UI, Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, M.A. menyampaikan bahwa, “UMKM tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kampus dimana banyak pedagang di sekeliling kampus yang harus berjuang untuk menghadapi situasi pandemi di saat proses belajar mengajar secara daring diterapkan, sehingga mereka tidak bisa berdagang di lingkungan kampus lagi. Mereka harus memikirkan peluang lain yang mungkin selama ini tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Tentunya mereka membutuhkan kemampuan dan resiliensi yang tinggi untuk dapat mengatasi kesulitannya.”