SintesaNews.com – Tanggal 15 Januari 1998 adalah hari dimana Indonesia menelan malu, kalah di tangan pilar ekonomi liberal dunia, International Monetary Fund alias IMF.
Saat itu krisis makin memburuk, Presiden Soeharto dipaksa menerima bantuan dari IMF, yang makin menjerumuskan Indonesia karena IMF jadi bisa mendikte ekonomi Indonesia.
Bos IMF Michael Camdessus menyaksikan momen penandatanganan itu sambil menyilangkan kedua lengan di dada. Sementara Soeharto membungkuk untuk menandatangani Letter of Intent (LoI).
Bos IMF itu terlihat pongah, media nasional dan internasional memuatnya pada keesokan harinya.
“Soeharto tunduk pada IMF, salah satu pilar kapitalisme global” tulis Kantor Berita Antara.
Itu dulu….
Kini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandaitan dengan tegas mengatakan pada IMF, “We are great country. Jadi kalian jangan pernah macam-macam sama kami.”
“Mungkin 20 tahun 10 tahun yang lalu kalian bisa lihat kami atau you guys look down Indonesia, today you can not do it‘,” kata Luhut menceritakan pertemuannya dengan IMF Jumat lalu.
Hal itu dia sampaikan dalam agenda Digital Government Award SPBE Summit 2023 yang dihelat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Senin (20/3/2023).
“Kemarin hari Jumat lalu (17 Maret 2023), dari IMF datang ke kantor saya. Mempertanyakan mengenai kenapa kita larang apa namanya ekspor raw material itu atau critical mineral. Itu saya sampaikan kepada mereka ‘eh lihat saya bilang, kalian di negara-negara maju itu selalu melihat negara berkembang itu seperti di bawah saja lah’,” ujarnya.
“Kalau kami tidak mempunyai nilai tambah ini kapan kami nikmatin (hasil sumberdaya alam)? Kapan rakyat kami, rakyat Indonesia di pedesaan itu di Indonesia Timur akan ada seperti sekarang ini (sejahtera) setelah tujuh tahun, delapan tahun setelah hilirisasi,” sambung Luhut.
Luhut menekankan kepada IMF agar tidak memandang remeh Indonesia. Sebab Indonesia adalah negara besar yang kaya dengan sumber daya alam (SDA).
“Saya jelaskan panjang lebar sama tim IMF itu, mereka akhirnya mengatakan paham bahwa negara Indonesia ini bukan negara ecek-ecek,” ucap Luhut.
Editor: Erri Subakti