Penulis: Erri Subakti
Densus 88 semakin gencar memburu jaringan terorisme. Ratusan terduga teroris sudah dicokok Densus 88, bahkan ada yang menyerahkan diri ke polisi, atau dilaporkan oleh orang tuanya sendiri.
Baca: Terduga Teroris Terima Bansos, Dilaporkan Orang Tuanya Sendiri ke Polisi
Di balik kecolongan Polri dari aksi bom di depan Katedral Makassar dan penyerangan lone wolf di Mabes Polri, Densus 88 sudah membuat jaringan terorisme semakin tersudut.
Baca: Aksi Densus 88 Sisir Terduga Teroris dari Yogya, Tuban Hingga Surabaya
Presiden Jokowi juga telah memerintahkan TNI dan BIN turun tangan saling berkoordinasi dengan Polri untuk memberantas terorisme di NKRI. Tidak ada tempat bagi terorsme di negeri ini.
Baca: Jokowi Perintahkan Panglima TNI dan BIN Turun Tangan Basmi Teroris
Sementara itu Kementerian Pertahanan dipercaya Presiden Jokowi untuk mengembangkan komoditi strategis seperti singkong untuk program Food Estate atau lumbung pangan.
Jokowi mencanangkan program pengembangan lumbung pangan sebagai cadangan logistik strategis pertahanan negara. Program itu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan ketersediaan suplai pangan, terlebih dalam masa pandemi COVID-19 saat ini.
Food estate merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan bahkan peternakan di suatu kawasan. Food estate atau dapat disebut sebagai lumbung pangan dengan skala besar yang peruntukannya adalah menjaga ketahanan pangan secara nasional.
Menteri Pertahanan Prabowo mengungkapkan bahwa inisiasi pencanangan lumbung pangan ini berangkat dari perspektif pertahanan. Ditandai dengan penunjukkan Kemhan sebagai leading sector. Sementara kebijakan umum pertahanan negara ada di tangan Presiden dan dapat menetapkan orientasi kebijakan politik pertahanan negara.
“Ada sinyalemen bahwa Presiden ingin mengembangkan pertahanan yang kuat berdimensi holistik melalui penguatan pertahanan militer dan non-militer sekaligus,” kata Prabowo, Januari lalu.
Ibarat kesebelesan sepakbola, komposisi tugas dan fungsi antara Polri, TNI, BIN dan Kemhan seperti pembagian tugas antara striker, gelandang serang, dan penjaga gawang. Dimana perburuan jaringan teroris, yang menjadi striker (penyerang)-nya adalah Densus 88 Polri, sementara TNI memperkuat sebagai gelandang untuk mem-back up penyerangan, dan BIN memberikan supply umpan lambung berupa info intelijen, sementara Kemhan bertugas menjaga gawang, dan memastikan konsumsi para pemain aman.
Namun Kemhan tak cuma menjaga gawang saja, dengan anggaran 131 triliun (dipangkas jadi menjadi Rp122 triliun karena pandemi) Kemhan berencana membeli berbagai alutsista TNI AD, AU, dan AL, dari mulai persenjataan modern hingga jet tempur.
Siap!
Cuma di era Presiden Jokowi, Menhan punya tugas dari beli jet tempur sampai membangun kebun pertanian bawang, singkong, dan tanaman pangan lainnya.
Sa ae…. Pakde….