Penulis: Nurul Azizah
Senin, 11 April 2022 akan menjadi sejarah kelam bagi bangsa Indonesia. Saat itu ada demo mahasiswa yang mengatasnamakan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI). Kalau itu benar-benar dilakukan oleh BEM SI sangatlah memalukan dan mencoreng dunia akademik, mencoreng nama baik almamater (kampus).
Apalagi demo tersebut dilakukan di bulan suci Ramadhan, bulan penuh ampunan dan magfiroh bagi yang mau menjalaninya. Puasa tidak saja menahan lapar dan dahaga tetapi juga menahan hawa nafsu dan amarah.
Demo 11 April yang dipertontonkan saat itu adalah demo yang paling bodoh dan arogan.
Para mahasiswa dikarunia akal pikiran yang sehat dan keilmuan yang mumpuni, tapi tidak bisa berfikir secara jernih. Kalian para cendekia muda harapan bangsa, mengapa saat demo, kalian memusuhi pihak kepolisian dan merusak fasilitas umum, serta meninggalkan sampah di ibukota.
Kalau mahasiswa tidak bisa berfikir secara ilmiah terus siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan bangsa. Kali ini bangsa Indonesia benar-benar kecolongan. Bagaimana tidak kecolongan. Kampus yang selama ini bisa dijadikan bahan rujukan hasil penelitian, penemuan karya inovasi, mencetak kader-kader ilmiah dan kader-kader cendekiawan muda, semua itu tercoreng dengan kelakuan sejumlah oknum mahasiswa. Seharusnya mahasiswa mampu berfikir kritis. Kalau demo di bulan puasa, apa dampaknya, apakah bermanfaat bagi masyarakat, apakah demo kali ini murni dari anggota BEM SI?
Penulis dulu juga pernah aktif di BEM (dulu Senat Mahasiswa). Tetapi bisa memilah dan memilih, mana kegiatan yang menguntungkan dan merugikan bagi kehidupan kampus. Selain aktif di Senat, penulis juga aktif di penerbitan kampus. Semua unek-unek dan kritik kepada pemerintah disampaikan secara santun, bisa datang langsung ke kantor pemerintahan, ke anggota dewan, diskusi kepada para pemegang kebijakan, atau disampaikan secara tertulis. Jadi mahasiswa itu selain kritis, penuh inovasi dan kreasi juga humanis.
Penulis selalu ingat ketika jadi Mahasiswa kemudian jadi alumni. Yang selalu dijunjung tinggi oleh mahasiswa antara lain:
- Senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Menjunjung tinggi kesusilaan, kejujuran, kebenaran dan keadilan
- Menyumbangkan tenaga dan pikiran bagi pembangunan nasional yang berkelanjutan
- Mengembangkan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni
- Menghormati dosen pengajar dan warga civitas akademika, dan lain sebagainya.
Sekali lagi penulis tegaskan, demo 11 April 2022 adalah demo paling anarkis, radikal, intoleransi dan tidak berperikemanusiaan.
Apakah mahasiswa yang berdemo benar-benar umat agama yang senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini bulan Ramadhan, seharusnya siapapun umat di bumi ini menghormati bulan suci ini, paling tidak kalau tidak berpuasa, jangan pernah pamer makan siang bersama di jalan raya. Banyak para mahasiswa yang berdemo memakai jaket almamater tanpa malu makan siang bersama di tengah jalan, sungguh naif sekali.
Kemudian banyak para mahasiswa yang tidak sholat dzuhur dan beberapa ada yang merokok. Mereka para oknum mahasiswa lupa bahwa mereka beragama dan punya Tuhan.
Ada juga kata-kata tertulis di poster yang cenderung norak pada demo mahasiswa kali ini. Mereka berkumpul di jalan Gerbang Pemuda Senayan Jakarta dan melakukan long march menuju gerbang utama DPR RI.
Sejumlah orasi disampaikan para orator di mobil komando yang berjalan, dengan harapan untuk membakar semangat para mahasiswa yang ikut demo.
Poster yang norak diantaranya berbunyi, “mending 3 ronde di ranjang daripada 3 periode.”
“Jangan minta 3 ronde, kalau 2 ronde saja sudah ngos-ngosan, #ADP,” dan masih banyak poster yang norak dan lucu. Tidak sesuai dengan tuntutan mereka.
Awalnya para mahasiswa ingin menuntut Jokowi agar tidak menjadi presiden 3 periode dan penundaan pemilu. Tuntutan itu gagal, tanpa tahu sebabnya. Tuntutan mereka beralih pada 4 permintaan yang ditujukan ke anggota DPR RI, antara lain:
- Mendesak wakil rakyat agar mendengarkan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai
- DPR menjemput aspirasi rakyat yang dilakukan dari tanggal 28 Maret – 11 April 2022
- Wakil rakyat tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen dan menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode
- Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menyampaikan tuntutan mahasiswa kepada presiden.
Awalnya aksi demo mahasiswa berjalan tertib dan lancar. Tetapi setelah sore atau asy’ar kondisi mulai memanas. Aksi 11 April tidak murni aksi mahasiswa, tetapi telah ditumpangi para ‘mahasewa’ preman dan pelaku anarkis (kadrun).
Saat aksi demo BEM SI pecah dan anarkis, hadir Ade Armando di tengah-tengah demonstran.
Ketika mendapat kabar Ade Armando dihajar, digebuki dan dilucuti pakaiannya. Penulis tidak percaya, kalau bang Ade itu Dr. Ade Armando, M.Sc seorang pegiat media sosial dan akademikus berkebangsaan Indonesia. Beliau mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Sontak saja penulis kaget, sangat keji dan tidak punya perikemanusian sama sekali. Seorang dosen (guru) dihajar massa demonstran pada acara demo mahasiswa.
Demo Mahasiswa yang jadi korban seorang dosen. Ngeri banget, sampai-sampai penulis tidak ada nafsu makan, mendengar pemberitaan bang Ade Armando babak belur dihajar demonstran. Padahal saat itu waktu berbuka puasa, penulis hanya minum teh panas, kurma dan beberapa cemilan. Sampai malam tidak ada nafsu makan. Memikirkan betapa ngerinya negeri ini kalau para demonstran yang anarkis main hakim sendiri.
Menghajar orang tua, yang usianya 61 tahun karena beda pendapat. Penganiayaan kepada Ade Armando sangat brutal sekali. Ini tampak pada banyak video yang tersebar luas di media sosial. Semua orang mengutuk perbuatan sadis ini. Aksi kekerasan terhadap dosen UI ini dilakukan sejumlah oknum yang tidak bertanggungjawab yang mendompleng pada demo mahasiswa 11 April kali ini.
Kekerasan yang terjadi tidak sejalan dengan apa yang diperjuangkan oleh mahasiswa. Cara mereka menghajar bang Ade tanpa ampun, tidak ada rasa belas kasihan malah justru kesyetanan. Di antara mereka ada yang teriak, “halal darahnya… matiin, matiin…” suara itu bergema bersamaan tangan mereka memukul, kaki mereka menendang. Bang Ade yang sudah tua dihajar tanpa ampun bahkan bajunya dilucuti, ditelanjangi. Sungguh ngeri banget orang tua yang tidak berdaya diamuk massa beramai-ramai, lalu mereka ada yang berteriak takbir, seakan-akan ingin menghabisi nyawa bang Ade.
Bang Ade datang di tengah-tengah Mahasiswa ingin membuktikan apakah yang hadir benar-benar mahasiswa atau mahasewa.
Kasus bang Ade Armando menunjukkan betapa rentannya mahasiswa yang sudah dicuci otaknya. Mereka banyak yang kena virus radikalisme, intoleransi dan anarkis.
Semua komponen anak bangsa dari berbagai simpul baik simpul akademis, religius dan nasionalis mendesak kepada pihak kepolisian agar para pelaku penganiayaan terhadap Ade Armando segera ditangkap dan diinterogasi “siapa dalang dari penganiayaan Ade Armando.”
Penangkapan pelaku anarkis akan memberikan informasi yang jelas apa motif sebenarnya dan siapa aktor utamanya.
Ayo mahasiswa Indonesia, kembalilah ke kampus, amalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang memiliki tiga point utama yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat.
Jangan mau jadi mahasewa, mahasiswa bayaran yang dijadikan corong oleh bohir yang tidak suka pada pemerintahan.
Kasihan orang tua yang membiayai kuliah. Mereka banting tulang, bekerja dengan keras untuk bisa membayar uang kuliah tunggal (UKT) serta biaya-biaya lainnya selama menjadi mahasiswa dan itu jumlahnya besar.
Jadilah insan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi kesusilaan, kejujuran, kebenaran dan keadilan.
Yang tak kalah penting, kalian semua yang ikut demo apakah sudah mendapat restu dari pihak rektorat. Kalian semua membawa nama baik almamater, membawa nama baik kampus dimana kalian digembleng berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan kewirausahaan.
Kembalilah ke kampus, belajarlah dengan baik dan benar. Jadilah kalian insan cendekia yang mampu menyumbangkan tenaga dan pikiran, bagi pembangunan nasional yang berkelanjutan, guna peningkatan kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara serta kebahagiaan umat manusia.
Nurul Azizah, penulis buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi“. Minat hub penulis atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.