Citra Gemoy Berantakan dalam 2 Kali Debat

Penulis: La Ode Budi

Debat cawapres, menguak bukti kepribadian Prabowo (dibalik citra). Di depan publik, Prabowo terekam menarik jaket menteri Bahlil (kasar). Gestur yang tidak menghormati, sesama (setara) menteri.

Orang jadi diingatkan tentang kabar Prabowo tempeleng wakil menteri KLHK, terkait food estate (sebelum sidang kabinet).

-Iklan-

Padahal citra lebih rileks, lebih manusiawi adalah citra yang ingin dilekatkan pada Prabowo pada pilpres 2024.

Pada 2024, Prabowo sudah berusia 72 tahun. Banyak yang kuatir (tidak fungsional), karena konon sudah stroke dua kali, dan sudah pakai tongkat. Citra gemoy solusinya.

Gemoy massif dicitrakan sebagai “topeng” pribadi emosional yang melekat padanya (gebrak meja “tak terkendali” pada pilpres 2019).

Tak disangka, pada debat pertama, Prabowo menolak menjawab terkait pelanggaran etik berat MKMK dan dimana kuburan 13 aktivis 1998 yang diculik tim yang dibawah tanggung jawabnya.

Bukan menunjukkan argumentasi, malahan dua pertanyaan ini dianggap keliru. Pertanyaan tidak benar (untuk ditanyakan kepadanya).

Tidak mau diatur etika, menemukan momentumnya pada saat Prabowo berbicara dihadapan kadernya.

Sehingga keluar frasa “ndasmu etik”. Pilihan kata yang sangat kasar.

Prabowo menunjukkan dirinya sebagai pribadi tidak mau dikritik. Otoriter.

Menarik jaket Bahlil, hanya jadi satu bukti saja (aslinya Prabowo. Citra gemoy langsung berantakan. Hancur lebur.

Sebelumnya, asli Prabowo terungkap, ketika dialog tentang program makan gratis dengan para ulama. Dikritik, Probowo emosional dan menolak bersalaman.

Persis jelang debat Pilpres tahun 2014, Prabowo tidak menerima salaman Jokowi.

Kejadian-kejadian di atas, makin meyakinkan Indonesia, 2024 capres yang kokoh nilai-nilai hidupnya dan satunya kata perbuatan, cuma satu: Ganjar Pranowo.

#GanjarMahfud_IndonesiaEmas
#TulusMengabdi_Berprestasi.
#KIBAR_Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here