Penulis: Ganda Situmorang
Kabar terbaru si Heriyanti, putri Akidi Tio yang heboh dengan sumbangan Rp 2 triliun kini masuk rumah sakit jiwa. Heriyanti terkonfirmasi sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) setelah Polisi melakukan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit jiwa.
Menarik pelajaran dari fenomena kontroversi sumbangan Rp 2 triliun Akidi Tio. Jangan-jangan sekian banyak orang membuat gaduh dan heboh selama ini adalah ODGJ. Namun yang menjadi permasalahannya adalah ODGJ baru bisa terkonfirmasi setelah melalui pemeriksaan kesehatan jiwa yang bersangkutan di rumah sakit. Pemeriksaan itu pun harus dilaksanakan di rumah sakit jiwa.
Rasanya ramai sekali manusia di republik ini yang saban kesempatan selalu menimbulkan kegaduhan publik dan kontroversi bagi publik akal waras.
Mulai dari orang yang mencap dirinya sebagai oposisi dengan filsafat dungu sampai gabener Anies Baswedan kerap melontarkan pernyataan kontradiktif dengan tindakannya.
Kenapa kontradiktif?
Bayangkan pada saat yang sama menikmati fundamental ekonomi yang semakin bagus, infrastruktur kinclong mulai dari waduk – bendungan di desa sampai jalan tol menuju daerah urban. Fasilitas layanan kesehatan Puskesmas dengan BPJS yang semakin baik. Pelbagai jenis Bansos yang terukur dan terarah bagi masyarakat bawah yang benar-benar membutuhkan. Mereka semua menikmati itu seraya di saat yang sama mencaci maki hingga tega membangun fitnah dan hoaks kepada orang yang telah bekerja keras mewujudkannya yaitu pemerintahan Presiden Jokowi.
Lihat pegawai KPK Novel dkk. yang tidak lulus TWK. Dulu koar-koar lebih baik keluar KPK kalau UU penguatan KPK berlaku. Bikin onar ke sana ke mari bawa-bawa Ombudsmasn, Komnas HAM, ICW, Forum Guru Besar, dan gerbong SJW-nya sampai ke MK. Lalu sekarang UU KPK tersebut berlaku malah ngotot ga mau nerima kegagalan ujian TWK. Lalu dengar kabar Novel dkk. mau bikin kantor darurat pemberantasan korupsi, semakin terbuka karakter aslinya memang parasit ganas.
Selain tes TWK, Novel dkk. sepertinya perlu tes kejiwaan juga jangan-jangan mereka ODGJ.
Apalagi dengan gabener Anies?
Pernyataan dan kebijakan selalu bertolakbelakang. Bagaimana dia bicara membangun Jakarta bahagia warganya sementara ngotot menyelenggarakan Formula E seraya bongkar paving dan gundulin pohon di Monas yang notabene hanya akan dinikmati oleh sekelompok elite warga non Jakarta. Kontroversi DP formula E yang mencapai angka triliunan benar-benar sangat bau amis kolusi korupsi melengkapi kontroversi berjilid-jilid sepanjang tahun.
Masih segar ingatan publik ketika Anies lempar handuk penanganan pandemi Covid-19 DKI Jakarta yang meledak tidak terkendali ke pusat.
Praktis sebulan penuh Anies menghilang cussss…. Lalu setelah KL (kementerian dan lembaga, red.) pusat bahu membahu di bawah kendali opung LBP berhasil menurunkan grafik, tiba-tiba gabener Anies muncul lagi ke publik dengan klaim berhasil menurunkan angka Covid-19 di DKI Jakarta. Geblek pisan!
Sepertinya persyaratan sehat jasmani dan rohani melalui pemeriksaan kesehatan jiwa bagi kepala daerah harus dilakukan bukan hanya saat pilkada melainkan setiap tahun. Terlebih bagi pejabat publik yang selalu mengundang kontroversi tindak tanduk dengan pernyataan sehingga terindikasi kuat ODGJ seperti gabener Anies.
Salam Pancasila 🇮🇩
17092021
GS