Penulis: Dahono Prasetyo
Indonesia Gelap oleh sebagian pengamat dirumorkan jadi aksi perlawanan dari PDI Perjuangan. Menggerakkan mahasiswa, penggiat medsos hingga membiayai buzzer-buzzer untuk melawan pemerintah dituduhkan kepada kubu yang menolak berkoalisi tersebut.
Indonesia baik-baik saja PDIP yang gelap, begitu narasi yang dipahami dalam rangka men-down grade parpol pimpinan Megawati. Setiap kali kader-kader banteng yang kritis dan vokal mengkritik Pemerintahan PraGib, celakanya ada saja kabar buruk yang justru dikirim oleh pemerintah.
Dari pagar laut “milik” lurah Kohod sampai acak adut urusan LPG. Dari korupsi CSR BI hingga yang paling cetar kasus oplosan BBM oleh Pertamina.
Anggap saja semua parpol itu gelap dan korup: Cek ricek rekam jejak kasus parpol korup. Tapi narasi paling mudah adalah mem-bully PDIP yang sedang berseberangan dengan sisi gelap parpol lain yang tergabung dalam kubangan KIM.
Seolah partai moncong putih tersebut pesimis dan tidak menginginkan negara baik-baik saja dipimpin PraGrib. Maka dibuatlah “narasi kekacauan” untuk menurunkan tingkat kepercayaan publik.
Perang post truth yang selama satu dekade menjadi strategi andalan Jokowi, kini diterapkan untuk PDIP. Kesalahan yang diulang-ulang akan berubah menjadi kebenaran membentuk logical fallacy, bahwa biang dari kekacauan ini adalah PDIP.
Dimulai dari mengentaskan tukang kayu dari gorong-gorong ke Istana Bogor, kemudian mencampakkannya karena menolak status petugas partai. Dendam kesumat Jokowi sukses memporak-porandakan trah Soekarno yang sempat menjadi “ideologinya” meskipun belakangan terbukti bohong.
Korupsi yang kini terungkap terjadi di era Jokowi yang sejak periode kedua sudah mulai melakukan pembangkangan pada status sebagai petugas partai. Analoginya: Jokowi membangkang sebagai petugas partai hasilnya aksi korupsi memecahkan rekor.
Menjadi dilema bagi pemerintah Prabowo yang masih belajar menjadi Presiden. Dimentori Jokowi, Prabowo dididik untuk konsisten pada “omon-omon”. Perang sandera korupsi terjadi antara sang mentor dengan parpol yang mencoba melawan skema neo oligarki: Permainan lama dengan pemain baru.
Kasus BBM oplosan seolah menyadarkan esensi yang sedang terjadi di negeri ini: Beli Pertamax isinya Pertalite, pilih Prabowo ternyata isinya Jokowi.
Update terakhir hingga tulisan ini dibuat:
- Kurs Dollar konsisten di atas Rp16 ribu yang otomatis menggerus cadangan devisa.
- PHK massal buruh Sritex yang katanya akan diselamatkan negara. Menyusul rencana PHK industri elektronik dan smelter. Diperkirakan total jumlahnya mencapai 40 ribu tenaga kerja.
- Rp1.279 triliun menguap di Bursa Efek Jakarta, artinya sejumlah itu dana investasi saham cabut dari Indonesia.
Perseteruan para elite menambah runyam problem ekonomi dan sosial yang sudah mengangkang sejak tahun lalu. Danantara yang diilustrasikan bisa menghasilkan dana segar hingga Rp14 ribu triliun menjadi halusinasi pakar keuangan.
Narasi Indonesia gelap dalam hingar bingar party, rapat, haha hihi lobby jelas tak akan bertemu gelapnya. Cobalah di malam hari, sendiri. Indonesia Gelap muncul dalam tiap renungan
–
@Dahono Prasetyo