Cak Imin Mendekat ke FPI Daripada PBNU, Apakah Ini Namanya “KOALISI PERUBAHAN”?

Penulis: Nurul Azizah

Pada malam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di berbagai media sosial beredar sebuah foto Anies Baswedan dan Cak Imin bertemu dengan ketua eks FPI Mohammad Rizieq Shihab (MRS) di Petamburan.

Dalam foto tersebut semua tamu undangan mengenakan baju berwarna putih, demikian juga Anies Baswedan dan Cak Imin. Mereka berdua tampak mesra mendampingi MRS di Petamburan, Jakarta Pusat, Rabu malam (27/9/2023).

-Iklan-

Merapatnya Cak Imin ke mantan ketua eks ormas Front Pembela Islam (FPI) akan menjadi diskusi yang sangat ramai di kalangan nitizen 62. Tentunya ada yang pro dan kontra.

Setelah foto kemesraan antara Anies Baswedan, MRS dan Cak Imin diposting di WhatsApp Group (WAG) atau di Facebook (FB) beragam komentar bermunculan.

Diantaranya : para pengkhianat Gus Dur mulai merapatkan barisan. Ada juga berpendapat, para Imam sudah mulai berkumpul jadi satu, ada Imam Mahdi, Imam eks FPI dan Imam PKB. Ada juga yang berpendapat, Cak Imin dengan PBNU menjauh tapi dengan FPI mendekat, dan komen-komen lainnya yang tak kalah seru.

Dekatnya Anies dan Cak Imin dengan MRS daripada ke PBNU apakah ini yang dinamakan koalisi “Perubahan.” Perubahan yang membawa PKB masuk ke koalisi pendukung Anies Baswedan maju capres untuk tahun 2024.

Warga NU yang cerdas tidak akan berubah pola pikirnya. Warga NU tetap mendukung PBNU, yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Empat pilar kebangsaan ini akan dijaga oleh warga NU dan warga lainnya, karena empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tentram dan bersatu padu mengisi kemerdekaan dengan pembangunan berkelanjutan agar bangsa Indonesia maju dan sejahtera. Demikian juga Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) berjalan selaras dengan empat pilar kebangsaan tersebut.

Sebagai Nahdliyin tetap komitmen pada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang digawangi oleh KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Beliau membuat pernyataan, “NU tidak boleh jadi alat politik PKB, warga NU tidak wajib memilih PKB.”

“Tidak bisa kita biarkan PKB main-main klaim NU untuk dapat suara,” ujar Gus Yahya.
“Kalau mau mendapatkan suara dari warga NU, dia harus bekerja secara rasional dan memberikan maslahat yang nyata bagi masyarakat,” tegas Gus Yahya saat menghadiri acara di Kantor NU Kediri (6/3/2022) silam.

Jadi jelas sekali pernyataan dari Gus Yahya, warga Nahdliyyin bebas menentukan pilihan politiknya. Siapapun termasuk penulis yang nota bene tidak orang PKB dan tidak pula orang NasDem memiliki sikap netral.

Yang menjadi pertanyaan penulis, Cak Imin yang hadir di Petamburan dekat dengan MRS bisa jadi bumerang bagi PKB sendiri. Betapa tidak kedekatan Cak Imin dengan MRS akan terbaca oleh nitizen 62 yang mayoritas warga Nahdlatul Ulama (NU), Cak Imin dekat dengan mantan ketua eks FPI organisasi masyarakat (Ormas) yang secara kelembagaan FPI telah ditetapkan sebagai organisasi terlarang dan dibubarkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 6 Menteri Kementerian/Lembaga sejak 30 Desember 2020. Tentunya dari SKB tersebut berimbas pada segala aktivitas dan pengunaan atribut FPI dilarang.

Penulis ingatkan lagi alasan pembubaran FPI diantaranya : isi anggaran dasar FPI dinyatakan bertentangan dengan pasal 2 Undang-undang Ormas. Keputusan Mendagri No. 01-00-00/010/D.III.4/VI/2014 tanggal 20 Juni 2014 tentang Surat Keterangan Terdaftar (SKT) FPI sebagai Ormas berlaku sampai 20 Juni 2019 dan FPI belum memperpanjang SKT. Tentunya pengurus dan/atau anggota FPI, maupun yang pernah bergabung dengan FPI, berdasarkan data saat pembubaran FPI, sebanyak 35 orang terlibat tindak pidana terorisme. Dari 35 orang ada 29 orang yang sudah dijatuhi pidana (sumber Kompas).

Dari foto-foto yang beredar Rabu malam (27/9) Cak Imin sebagai orang Nahdliyyin mesra dengan pimpinan eks FPI. Biarkan sajalah, kita tidak usah meradang. Cak Imin dan teman-teman yang tergabung dengan PKB punya kalkulasi sendiri. Biarlah mereka yang beropini untuk mensukseskan pilihan capres dan cawapresnya. Mereka yang tergabung dengan PKB tentu mendukung Anies dan Cak Imin. Kalau tidak mendukung otomatis ya keluar dari PKB.

Warga Nahdliyyin jangan terbawa emosi, santai saja. Orang-orang hebat di negeri ini tidak dilahirkan dari PKBnya Cak Imin atau NasDem. Mereka lahir dari PDIP yaitu Presiden RI ke 8 Ir.H Joko Widodo dan Ganjar Pranowo. Mereka berdua warga Nahdliyyin yang menjadi kader PDIP. Jadi sebagai warga Nahdliyyin jangan terkecoh dengan partai politik yang mengusungnya, tapi lihatlah tokohnya.

Kalaupun ada orang atau kelompok tertentu yang tidak suka dengan pak Jokowi dan Pak Ganjar, beliau berdua akan tetap bersinar dan disenangi oleh warga Nahdliyyin yang tidak tergabung dengan partai politik manapun. Warga NU sangat netral dalam menentukan pilihan politiknya.

Pertemuan Anies Baswedan, MRS dan Cak Imin di Petamburan anggap saja pertemuan biasa, jangan dibesar-besarkan apalagi jadi diskusi yang tidak ada ujung pangkalnya.

Warga NU harus punya pandangan siapapun yang akan mengurus negara dan NU sendiri maka mereka akan membawa keberkahan.

Penulis sedikit ingatkan bahwa elit politik itu sukanya haha hihi dengan siapa saja, kalau ada masalah tinggal lobi-lobi, jangan sampai kita warga biasa terprovokasi yang awalnya teman, karena kena provokasi jadi berantem dengan teman sendiri karena beda pandangan politiknya. Tetap jaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI, minat hub 0851-0240-8616.

Buku kedua karya Nurul Azizah. “Muslimat NU Militan untuk NKRI”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here