Bongkar Cukong-cukong di Belakang Johnny G. Plate

Petral, Surya Paloh, Johny G. Plate.
Perilaku Jahat yang Dipelajari.

(Bagian 2)

Sampai mana kemarin…?
Sampai Rosano Barrack, Bambang Tri Atmojo, dan Murez ya…?

Murez adalah pemain baru yang dimunculkan sejak Petral diambil alih kepemilikan sahamnya oleh Pertamina (99%). Dia yang memegang pemenangan tender, uangnya dari Rosano, dari MRC. Kenapa Murez yang dipakai…? Karena Murez berteman sejak lama dengan Purnomo Yusgiantoro (PY), mantan Menteri Pertambangan dan Energi era SBY itu. Kedekatannya dengan PY inilah yang membuatnya bisa tahu siapa, harganya berapa, dan bisa mengatur tender.

-Iklan-

Di era Jokowi, Petral dibubarkan, karena Jokowi mendapatkan informasi lengkap terkait keseluruhan permainan yang ada. Pemasukan para pihak mendadak hilang, banyak yang menjadi panik tak terkecuali SP. Rupanya SP menganut ajaran “Hold your friend close, and your enemy closer to you…”. Kesempatannya ada karena Nadem yang berbungkus sebagai partai nasionalis itu ada di sisi pemerintah.

Maka SP mencari jalan lain dan berhasil mengatur strategi mencari pemasukan baru melalui ‘jatah menteri’. Saat itulah dia mengajukan JGP. Orang yang dijamin oleh SP ini memang ditempatkan di posisi strategis untuk menghasilkan uang. Bedanya, hasil ‘cuan’ dari BBM adalah selisih harga yang sudah tertata dan sulit dibongkar. Sementara telekomunikasi wujud benda dan rentang ‘cuan’ nya tipis serta wujudnya harus tampak.

Ternyata JGP tidak sepintar yang diperkirakan. Proyek yang dijadikan ‘money generator’ adalah pembangunan BTS. Harusnya JGP membuat proyek ‘system’ dan aplikasi, karena harga pasarannya tidak ada. BTS dihajar. Dengan tenangnya melakukan pengaturan sehingga barang dibeli, tapi tidak digunakan. Harapannya mungkin kalaupun terbongkar akan terbongkar di era setelah Jokowi.

Pertengahan Agustus kasus BTS mulai terendus dan diselidiki. JGP kaget Jokowi bergerak cepat, maka SP segera membuat “Saving Plate Project”. Langkah pertama adalah mempersiapkan pengganti Jokowi. Mau pilih GP atau PS tidak mungkin karena keduanya nasionalis dan dekat dengan Jokowi. Maka pilihan jatuh kepada Anies Baswedan.

Jadi, pencapresan Anies oleh Nasdem yang ditolak oleh banyak kader Nasdem tapi tetap dipaksakan oleh SP sebagai Ketum itu masuk akal. Demi menyelamatkan diri, ipar dan bohir di belakangnya, SP harus memilih Anies Baswedan. Hanya Anies Baswedan saja yang bisa ditungganginya. SP butuh pion, tunggangan, sementara AB butuh ‘threshold’ dan uang.

Jelas sudah alurnya. Diawali dari Petral, lanjut bermain cantik setelah tidak punya saham di Petral dengan menciptakan sistem baru. Petral dibubarkan, SP segera menciptakan mesin uang baru bernama ‘Menkominfo’ karena masih banyak uang yang harus disediakan. Pencapresan, hutang setoran pada Bohir masa lalu, belum lagi uang tutup mulut berbagai pihak.

Begitu JGP ditangkap, semua kacau kecuali JGP mau pasang badan tanpa bawa-bawa AB, SP, atau Nasdem. Maka “Gerakan Bela Koruptor” digelar, supaya JGP mau tutup mulut. Dari proyek 11 Trilyun itu, kabarnya 8,32 Trilyun diserap JGP. Lalu sekarang mulai terdengar sayup-sayup gosip mengenai Rp 2 trloun yang dialirkan ke Nasdem.

Saya teringat ucapan JK kemarin itu, bahwa “Nyapres dan Nyawapres di 2014, beliau keluar uang cuma, alias hanya, Rp 2 triliun saja.”

Masih mau mungkir dan berteriak AB bersih, Nasdem nasionalis, atau JGP korban…?

Belajarnya kurang lama, gurunya kurang hebat, kejahatannya terbongkar, konsekuensinya panjang, malunya bukan kepalang. “Untuk SP, AB, dan Nasdem, Adios Non Amigos.”

Roger P. Silalahi
Kriminolog

Baca sebelumnya:

Tak Ada Petral, Markp Up BTS Rp 8 Triliun Pun Jadi, Membongkar Hubungan Johnny G. Plate dan Riza Chalid

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here