Penulis: Dahono Prasetyo
Mengakhiri tahun 2024 dengan “prestasi” nominator Presiden terkorup.
Lalu mengawali tahun 2025 dengan kesibukan melayani penjilat Supermul yang panik junjungannya difitnah dari luar planet.
Kalau dihujat dan dihina dari dalam planet sudah kebal dan cenderung ketagihan, tapi downgrade dari “Presiden Terbaik” menjadi Presiden Terkorup itu sakitnya di dada dan kepala lalu muncrat ke mulut.
OCCRP cuma jeli melihat perbedaan melihat seorang Mulyono dengan Rezim Jokowi. Corrupt dan korupsi itu berbeda, makanya Jokowi juga bingung sampai bilang: “Apa yang dikorupsi, buktikan saja”
Dia tidak korupsi menjarah uangnya. Dia bersih by saldo rekening. Tapi kebijakan Rezim Jokowi yang CORRUPT dan itu fakta bukan Fitnah.
Kereta cepat napsu dibangun tanpa APBN dengan Perpres No. 107 tahun 2015, lalu diralat dengan Perpres No.93 tahun 2021 yang menyedot 7,5 triliun itu kebijakan corrupt bukan korupsi.
IKN yang sudah terlanjur menyedot APBN 93,2 triliun hingga hari ini belum bisa dipergunakan selain upacara bendera dan terancam diboikot investor luar negeri, itu juga kebijakan corrupt yang bukan korupsi.
Pimpinan KPK baru yang dibentuk Jokowi itu corrupt karena melanggar putusan MK Nomor 112/PUU-XX/2022 yang seharusnya diseleksi dan ditentukan oleh Presiden dan DPR 2024-2029
Cukup 3 saja dulu bukti corrupt-nya Rezim Jokowi. Masih ada corrupt putusan MK 90 yang meloloskan “Samsul Bsc” jadi Wapres atas kebaikan adik ipar sambung Jokowi.
Media lokal yang kompak memuat hasil nominasi OCCRP pada akhirnya menjadi alarm kaki tangan Supermul gagal mengantisipasi informasi sensitif yang telak di ulu hati. Meski kemudian diklarifikasi sebagai fitnah, namun publik terlanjur menyematkan stempel Presiden terkorup.
Perang opini akhirnya lebih seru bertarung. Kelompok oposisi seperti mendapat kartu As untuk mengusut sang mantan. Namun sayang permainan sudah bukan lagi poker atau kartu remi tapi berganti ular tangga dan monopoli. Kartu As tidak terpakai.
Supermul akan baik-baik saja selama “alat-alat pemukul” masih dalam kendali remote-nya. Secara hukum masih aman, dia cuma keberisikan dan tidak nyaman harga dirinya jadi semurah itu.
Berisiknya netizen untuk kesekian kalinya menjadi perlawanan Demokrasi yang sedang lumpuh dikebiri.
Lanjutkan berisik.
Dahono Prasetyo
Baca juga:
Siapa dan Apa Sih OCCRP yang Sebut Jokowi Termasuk Tokoh Terkorup 2024?