Berdamai dengan Keadaan

Penulis: EmilyWu

Pada suatu persekutuan doa virtual, seorang ibu berkisah tentang bagaimana dia menyikapi penyakit yang diderita putrinya.

Sebut saja nama ibu tersebut ibu Maria.

-Iklan-

Bu Maria punya seorang putri yang sejak kecil menderita suatu penyakit yang susah (atau bahkan bisa dibilang tidak bisa) disembuhkan.

Sejak awal bu Maria tahu penyakit putrinya sampai putrinya berusia sekitar 17 tahun, berapa banyak airmata tertumpah, betapa sering doa dipanjatkan tanpa lelah, beragam upaya untuk kesembuhan putrinya diupayakan.

Ada yang memberi saran minum rebusan daun ini.., dicoba, makan tumbuhan ini.., dicoba, datang ke berbagai Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), yang katanya pendetanya punya “anugerah” mampu menyembuhkan…, yang katanya kalau pendetanya tumpang tangan, lalu yang ditumpangi tangan jatuh terkulai, artinya kesembuhan bakal diterima…, tapi walaupun ketika ditumpang tangan putrinya jatuh terkulai…, pulangnya kesembuhan itu tetap tidak diterimanya. Dan entah berapa pendeta dan berapa KKR telah dia dan putrinya ikuti, tapi kesembuhan yang dinanti tak kunjung dimiliki.

Putri bu Maria tetap harus minum obat setiap hari untuk meringankan sakit yang dideritanya. Kesimpulannya tak kurang-kurang doa, upaya, usaha telah dilakukan, namun semua seolah sia-sia….

Hingga pada suatu hari, saat bu Maria berdoa…, dia seperti berada di bawah lampu yang sangat terang dan seperti ada yang membisikinya. “Jangan ada airmata lagi untuk penyakit putrimu.”

Apakah setelah peristiwa itu putri bu Maria sembuh?

Jawabnya adalah TIDAK, tapi sejak hari itu bu Maria ‘mampu’ berdamai dengan keadaan, bisa menghadapi penyakit putrinya dengan lebih realistis bahwa penyakit ini ada pada putriku, mustahil sembuh, jadi sekarang bagaimana aku mengajak putriku untuk ‘menerima’ kondisi ini, dan tidak berusaha lagi untuk ‘menyangkalnya.’

Pelajaran yang dapat saya petik dari kesaksian bu Maria adalah bahwa, terkadang ada sesuatu yang diusahakan, diupayakan, didoakan dengan sungguh-sungguh, tidak bisa ‘didapatkan’.

  1. Adakalanya manusia harus berdamai dengan keadaan…, menerima kenyataan, karena:
    Bagi sebagian orang penyakit itu bisa dikendalikan dengan rajin berolahraga dan menjaga pola makan, namun bagi sebagian lagi penyakit itu seperti ‘misteri’…, sudah rajin olah raga, menjaga pola makan tetap sakit juga, sedangkan yang makan sembarang, malas olahraga, sehat walafiat
  2. Bagi sebagian orang cita-cita, harapan dan impian bisa diraih dengan kerja keras, tanpa mengenal lelah, sebagian lagi sudah kerja keras, doa rajin, tapi impian tak kesampaian, sebagian lagi nggak pakai kerja keras, nggak harus usaha ngos-ngosan, doa kalau ingat, tapi bisa meraih impian, mewujudkan harapan, menggapai cita-cita
  3. Bagi sebagian orang masalah bisa dikendalikan, dihindari dan diselesaikan, bagi sebagian lagi bergumul dengan masalah yang sama seolah tak pernah bisa diselesaikan, padahal berbagai cara untuk mengatasi masalah telah dicoba, berbagai saran dilaksanakan…, doa tak putus dipanjatkan, namun hasilnya nihil.

Mungkin begitulah hidup ini…, ada yang bisa dipikirkan dengan logika, ada yang tak bisa dipahami pakai logika….

Namun demikian jangan lelah berusaha, jangan menyerah tanpa upaya…, biar Sang Pemberi Hidup yang menentukan hasil apa yang harus diterima.

EmilyWu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here