Penulis: Erri Subhakti
SintesaNews.com – Ini dia 10 perusahaan penyedia jasa Test PCR di masa pandemi covid-19. Dari grup bisnis Bossowa hingga Dompet Dhuafa memiliki puluhan lab untuk test PCR ini.
Dilihat dari daftar di atas grup Bossowa milik Erwin Aksa, keponakan Jusuf Kalla memiliki 33 lab. Sedangkan Dompet Dhuafa dan Bumame Farmasi masing-masing memiliki 40 lab.
Intilab memiliki 35 lab, dan Quick test memiliki 28 lab. Smart lab memiliki 21 cabang, Speed lab memiliki 14 cabang dan Klinik memilikk 4 cabang
Kalbe Group hanya memiliki 8 lab. Sedangkan PT GSI yang andil sahamnya ada dari Indika dan Toba Sejahtra hanya memiliki 5.
Baca: Ini Penjelasan Luhut Binsar Pandjaitan Soal Tuduhan Ambil Untung dari PCR Test
Dalam catatan Katadata.co.id, ada dua perusahaan besar yang menjalankan bisnis melalui skema kerja sama dengan pemerintah, yakni PT Daya Dinamika Sarana Medika (Dompet Dhuafa) dan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI). Adapun perusahaan-perusahaan besar tes PCR yang menyasar kalangan umum di antaranya Bumame Farmasi yang dikelola PT Budimanmaju Megah Farmasi, SwabAja, dan Quicktest.
Menurut pengakuan Direktur Business Development DDSM Wahyu Prabowo kepada katadata.co.id, DDSM semula dimiliki oleh Yayasan Dompet Dhuafa, tetapi mereka kemudian membuat entitas bisnis sendiri. Sejak awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020, DDSM diminta pemerintah untuk membantu dalam test sampel Covid-19. Katanya hingga kini DDSM memiliki tujuh laboratorium.
“Bagi kami mengambil untung Rp 45 ribu juga sudah alhamdulilah. Kuota kami besar, jadi tetap untung,” ujar Wahyu.
Selain DSDM, perusahaan tes PCR yang kerap bekerja sama dengan pemerintah adalah PT GSI. GSI tengah ramai diperbincangkan karena kedekatannya dengan dua pejabat pemerintah yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir, yang keduanya (Luhut maupun Erick) sudah membantah keras jika mereka mengambil keuntungan melalui bisnis tes PCR.
Baca juga: Test PCR, GSI, dan Keterkaitan Pak Luhut, Begini Awal Ceritanya
PT GSI diinisiasi oleh perusahaan yang terkait dengan mereka yakni PT Adaro Energy dan PT Toba Bumi Energi.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga memaparkan dari jumlah total tes PCR yang mencapai 28,4 juta, PT GSI hanya melakukan tes sebanyak 700 ribu.
“Jadi kalau dikatakan bermain, kan lucu ya, 2,5% gitu. Kalau mencapai 30%, 50% itu oke lah bisa dikatakan bahwa GSI ini ada bermain-main,” ujarnya.
Arya mengatakan, Yayasan Adaro yang dikaitkan dengan Erick Thohir hanya memegang saham 6% di GSI. Menurutnya, sangat minim perannya di tes PCR. Arya juga bilang, sejak jadi menteri, Erick Thohir tidak lagi aktif di urusan bisnis dan yayasan itu.
Sementara itu, perusahaan tes PCR lain menyasar konsumen dari kalangan masyarakat umum, adalah SwabAja yang didirikan oleh Erwin Aksa. Saat ini Swab Aja memiliki 33 outlet yang tersebar mulai dari Jakarta, Makassar, Batam, Bali, Yogyakarta, Surabaya, hingga Semarang.
Erwin Aksa mengatakan berdirinya Swab Aja dilatarbelakangi kebutuhan tes internal Grup Bosowa yang dimiliki ayahnya, Aksa Mahmud.
“Kami memiliki ribuan karyawan yang tersebar di berbagai daerah. Kami membutuhkan screening tes PCR karyawan itu tiap minggu,” kata Erwin kepada Katadata.co.id.
Kemudian, Erwin melihat ada peluang bisnis dari tes PCR karena ketika itu jumlah pemeriksaan dan fasilitasnya masih minim.
Maka jika memang PCR test disebut sebagai bisnis, bukan layanan jasa dalam mengatasi pandemi covid-19, sudah bisa terlihat siapa pemain kuatnya.
kayak gini disebut “news”? ini mah cuman caption medsos..