Penulis: Ganda Situmorang
Mengikuti pembelajaran Mencari Pemimpin Baru (MPB) yang diselenggarakan oleh BTP Foundation, penulis semakin memahami bahwa ternyata menjadi pemimpin bersih, transparan dan profesional (BTP) ternyata tidak sesulit yang dibayangkan namun tidak semudah membalik telapak tangan.
Tidak sesulit yang dibayangkan maksudnya jika melihat rekam jejak seorang BTP, sesungguhnya apa yang dilakukan oleh seorang BTP sesungguhnya biasa-biasa saja. Berdiskusi di warung kopi bersama komunitas warga sekitar, menyapa ibu-ibu di pasar kaki lima, menghadiri undangan pertemuan biasa dari kampung seberang pulau, dan lain-lain.
Hal yang membuat hal biasa tersebut menjadi luar biasa adalah bahwa masyarakat merasakan seorang BTP hadir untuk mendengar permasalahan dan keinginan mereka secara langsung. Dengan demikian pemimpin BTP bisa mengetahui kebutuhan masyarakat secara langsung dan akurat.
Di atas itu semua, masyarakat melihat seorang pemimpin BTP membawa angin segar perubahan (Transformational Leadership). Bahwa dia datang dan turun ke akar rumput bukan membawa lauk siap disantap ataupun uang segepok. BTP memang menjumpai masyarakat dengan tangan kosong namun hati yang terbuka sehingga masyarakat yang awalnya kaget dan marah kemudian menjadi sadar bahwa seorang pemimpin BTP adalah pelayan masyarakat yang pas mantap untuk 5 tahun ke depan jika mereka memilihnya. Sebuah antitesa, bahwa pemimpin adalah sinterklas yang membawa banyak program musiman dadakan (top down) dan ‘hepeng’ (fresh money) di saat musim kampanye.
Masyarakat sadar bahwa pemimpin BTP hadir untuk menyelamatkan APBD supaya dipergunakan untuk sebaik-baiknya kepentingan umum.
Namun kehadiran pemimpin BTP tidak serta merta diterima oleh masyarakat seketika itu. Ada tahapan proses penyadaran dan penerimaan yang membutuhkan waktu tidak sebentar.
Ada saat ketika masyarakat justru meminta uang tunai lima ratus ribu semasa kampanye karena belum sadar bahwa taruhan yang mereka berikan adalah sebuah cek kosong sebesar APBD lima tahun ke depan.
Sehingga memang,
membangun komunitas akar rumput yang kuat dalam arti sadar dan paham bahwa masyarakat adalah pemilik APBD.
Sedangkan pemimpin adalah pelayan untuk mengelola APBD sebesar-sebesarnya untuk kepentingan masyarakat.
Model kerja pemimpin BTP yang demikian dengan didukung platform digital Goodkind.id akan semakin memperbesar kemungkinan lahirnya pemimpin-pemimpin BTP ke depannya.
Secara khusus, penulis menitikberatkan fokus pada isu-isu lingkungan hidup di Kota Balikpapan. Sehingga kemudian terbentuknya komunitas Kelompok Sadar Lingkungan (POKDARLING) di Kota Balikpapan adalah salah tujuan terukur untuk lima tahun ke depan. POKDARLING ini akan melahirkan agen-agen di tiap lingkungan baik tempat kerja maupun RT/RW sebagai agen pembawa perubahan yang diharapkan dapat menjadi katalis bagi masyarakat luas dan birokrasi. Komunitas POKDARLING sekurangnya menjadi sukarelawan untuk secara berkala dan berkesinambungan melakukan kegiatan membersihkan sampah di sepanjang pantai di Teluk Balikpapan. Tentunya ke depan, fokus isu yang dikerjakan oleh POKDARLING akan berkembang ke sektor APBD lainnya.
Tujuan terukur lainnya dalam lima tahun ke depan adalah tersedianya desain besar (grand design) sistem pengelolaan sampah secara terpadu dan berkelanjutan di Kota Balikpapan melalui tersedianya satu payung hukum. Payung hukum yang memuat desain besar tersebut disusun berdasarkan kajian akademis dan berbasis data (evidence base policy) dengan tata kelola yang kuat.
Lingkungan yang bersih adalah prasyarat bagi warga untuk hidup sehat dan semakin produktif.
Balikpapan, 17 September 17, 2022
Ganda Situmorang