SintesaNews.com – IPDN ((Institut Pemerintahan Dalam Negeri) mengundang Zannuba Ariffah Chafsoh atau yang dikenal Yenny Wahid selaku Direktur The Wahid Foundation untuk menjadi narasumber dalam acara Studium Generale.
Sebelumnya, media sosial ramai memposting adanya agenda acara di IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) Jatinangor yang mengundang Khalid Basalamah untuk mengisi ceramah di sekolah calon abdi negara tersebut. Acara yang dijadwalkan pada 17 Juni 2022, diselenggarakan oleh Rohis IPDN, akhirnya batal dilakukan.
Selain Yenny Wahid, hadir pula perwakilan dari Detasemen Khusus 88 Anti Teror Kepolisian RI yakni AKBP Mayndra Eka Wardhana selaku Plh. Kasubdit Kontranaratif Ditcegah Densus 88, Islah Bahrawi selaku Tenaga Ahli Pencegahan Radikalisme, Ekstremisme dan Terorisme Mabes Polri dan Sofyan Sauri selaku pengamat terorisme.
Rektor IPDN, Dr. Hadi Prabowo, M.M mengatakan acara ini dilaksanakan untuk memproteksi diri praja IPDN. Agar mereka menjadi tahu apa perbedaan paham radikalisme dan intoleransi serta bagaimana upaya-upaya mengantisipasinya.
“Ketidaktahuan para praja kepada beberapa tokoh yang disinyalir menganut paham-paham tertentu. Menjadi intropeksi kami khususnya bagian yang mengendalikan mahasiswa/praja untuk lebih berhati-hati. Saya pastikan sekali lagi bahwa IPDN steril dari paham-paham radikalisme,” ujarnya.
“Jadi IPDN dipastikan tidak mengikuti atau mengajarkan aliran atau paham yang radikal. Di IPDN tidak benar ada pengajian yang beraliran wahabi atau paham-paham menyimpang lainnya. Kalau sudah lulus jadi ASN itu bukan tanggung jawab IPDN lagi. Karena mereka akan menghadapi kompleksitas dan tekanan kehidupan yang berlainan”, ujarnya.
Pada kesempatan itu Yenny Wahid mengapresiasi tindakan yang dilakukan oleh Rektor IPDN dengan segera melakukan penyisiran ketika ditengarai ada unsur-unsur yang berusaha masuk ke IPDN.
“IPDN adalah tonggak nya Indonesia, kedepannya nanti praja IPDN yang akan menjalankan negara kita. Jadi harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya,” tuturnya.
Senada dengan Yenny Wahid, AKBP Mayndra mengatakan bahwa radikalisme adalah fikiran atau gagasan untuk mengganti ideologi yang sudah berdaulat. Untuk menghindarinya kita harus sama-sama sepakat bahwa Pancasila sebagai satu-satunya falsafah yang harus dijunjung tinggi.
“Sepakat dengan yang dibicarakan oleh Ibu Yenni, bahwa seorang radikalis dan intoleran belum tentu menjadi teroris, tapi teroris sudah pasti orang yang radikal dan intoleran, jadi kita harus hati-hati apabila sudah mulai merasakan intoleran” ujarnya.
Baca artikel menarik:
Yenny Wahid Gak Kaget dengan Perilaku Politik Cak Imin, Gak Berkembang