SintesaNews.com – Barry Simorangkir, Penasehat Senior Smart City Kementerian Komunikasi dan Informatika, memberikan paparannya kepada generasi muda di Kabupaten Toba, Sabtu 8/6/2024. Dalam presentasinya Barry mendorong anak-anak muda di Toba untuk menggunakan smartphone di era teknologi ini agar membuat “etalase digital” untuk kawasan Toba sehingga bisa menjadi destinasi wisata global.
Barry mengakui bahwa hadirnya ia dalam kegiatan Badan Pengurus Cabang GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) Cabang Toba pada hari ini karena undangan saat dia dan keluarganya sedang berlibur di Toba. GMKI menyelenggarakan Dies Natalis II dengan tema “Peran Mahasiswa dalam Menjadikan Danau Toba sebagai Destinasi Pariwisata Internasional”.
Dalam kesempatan itu Barry menyampaikan pesan-pesannya kepada para mahasiswa yang tergabung di GMKI mengenai pentingnya kawasan daerah asal mereka di era digital ini dimana perkembangan teknologi semakin cepat dan maju berkelipatan dari tahun-tahun ke belakang, maka tentu saja anak-anak muda harus cepat beradaptasi dengan teknologi termutakhir.
Barry mengemukakan bahwa teknologi ini jangan hanya digunakan untuk urusan remeh remeh saja melainkan melalui smartphone kita, sangat mungkin kita berkontribusi untuk membangun daerah. Salah satunya melalui teknologi ini kita bisa berkolaborasi dengan pemerintah untuk memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang ada di kawasan.
“Start Small. Saya orang yang percaya bahwa pekerjaan-pekerjaan besar yang berdampak besar di masyarakat itu berawal dari upaya-upaya kecil kita,” ujar Barry.
Hal paling sederhana adalah dengan menggunakan smartphone kita. Dengan begitu indahnya kawasan alam di Toba ini, melalui akun media sosial dan mempublikasikannya, vlog, dan postingan-postingan berbagai platform medsos, dengan hashtag tertentu atau reels yang menjadi viral. Itu semua menjadi apa yang disebut sebagai “etalase digital”.
“Salah satunya adalah saya pernah berkunjung ke sebuah desa. Dan di sana anak-anak muda bertanya apa yang bisa mereka lakukan. Ternyata di sana ada tari-tarian yang menarik, yang tidak semua orang mampu melakukannya, karena harus melalui tata cara adat tertentu seperti bersemedi dan sebagainya. Lalu saya usulkan kepada mereka cobalah untuk membuat videonya lalu diposting. Tentu awalnya tidak bisa langsung sempurna. Namun dengan proses dan ketekunan, setelah setahun kemudian saya kembali ke sana lagi, ternyata daerah tersebut telah ramai dikunjungi oleh para pelancong wisata. Jadi dari vlog-vlog yang dibuat oleh anak-anak muda daerah tersebut menarik perhatian para pengguna internet global,” ungkap Barry.