Penulis: Azas Tigor Nainggolan
Semalam dalam dialog tentang “Gugatan Banjir Jakarta, Politik atau Hukum” di acara Rosi Kompas TV, ada kelucuan sekaligus kedunguan. Pasalnya adalah Muslim Muin yang ahli Hidrodinamika dari ITB mengatakan bahwa tidak ada masalah peringatan dini ketika terjadi banjir Jakarta 1 Januari 2020. Saya tanyakan, kok sekarang Gubernur Jakarta Anies Baswedan malah bikin proyek, tuh pasang Toa 6 tiang seharga Rp 4 milyar, katanya untuk persiapan alat peringatan dini banjir?
“Oh, itu bukan untuk peringatan dini toanya,” sangkal Muslim Muin, PhD. anggota Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Jakarta, Anies Baswedan. Membuka dialog, Rosi bertanya ke Muslim Muin, “Bagaimana tanggapan Bapak dengan adanya gugatan banjir oleh tim Advokasi Banjir Jakarta?”
“Orang berprestasi seperti Pak Anies kok malah digugat? Harusnya BMKG dan pemerintah pusat dipertanyakan, apa kerjanya. BMKG saja tidak memberikan informasi jelas tentang curah hujan. BMKG hanya siarkan perkiraan hujan kecil, sedang dan besar tanpa data angka yang jelas,” Muslim Muin menjawab pertanyaan Rosi.
Waduh jelas tidak nyambung jawaban Muslim Muin dan melempar kesalahan ke pemerintah pusat.
Terlihat dungu tapi Muslim Muin bisa mempolitisir bahwa banjir Jakarta 1 Januari 2020 itu kesalahan dan tanggung jawab pemerintah pusat. Padahal inti gugatan saya dan teman-teman adalah saat sebelum banjir terjadi pada 1 Januari 2020, pemprov Jakarta dalam hal ini gubernur Jakarta Anies Baswedan tidak melakukan persiapan dengan memberikan informasi dini (early warning system) dan bantuan darurat (emergency respons) yang memadai. Akibatnya warga Jakarta tidak tahu dan tidak punya kesempatan bersiap sebelum banjir dan tidak bisa evakuasi dengan baik saat banjir terjadi.
“Lalu untuk apa toa itu?” tanya Rudi S. Kamri, narasumber lainnya ke pada Muin.
“Early Warning System itu harusnya datang dari BMKG, bukan dari gubernur. Jadi toa itu bukan untuk early warning system,” Muslim Muin coba menjelaskan.
“Iya untuk apa toa itu sekarang baru mau dipasang?” tanya saya tidak sabar.
Lalu Rudi S Kamri menjelaskan dengan referensi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah bahwa toa itu dipasang untuk menjawab kebutuhan early warning system jika akan terjadi banjir pasca banjir 1 Januari 2020 lalu.
“Memangnya mau main toa tiga hari?” Muslim Muin menyanggah menolak pertanyaan Rudi S Kamri dan saya.
Jawaban Muslim Muin tentang “main toa tiga hari” itu spontan disambut gelak tawa semua narasumber juga Rosiana Silalahi si pembawa acara Rosi Kompas TV semalam.
Ada lagi jawaban lucu sekaligus dungu dilontarkan Muslim Muin si anggota TGUPP Anies Baswedan. Saya bertanya kepada Haji Lulung dan Muslim Muin, “apa rencana gubernur Jakarta Anies Baswedan untuk mempersiapkan banjir mendatang?”
“Salah satu yang dibuat adalah membuat 1 juta lobang biopori untuk menangkap air dan masuk ke dalam tanah,” Haji Lulung menjelaskan pertanyaan saya.
Spontan Muslim Muin, memotong dan mengatakan, “Bukan, bukan itu. Biopori itu bukan untuk menangkap air. Air itu dari hulu dan ditangkap di bukunya, dikendalikan baru dikirim ke hilir.”
Haji Lulung yang dipotong jawabannya dan mendengar jawaban Muslim Muin terlihat kesal dan diam. Lagi-lagi jawan Muslim Muin membuat semua orang yang hadir di studi 1 Kompas TV tertawa.
Ketika acara selesai, saya jalan bersebelahan dengan Haji Lulung, dan berkata, “Kacau itu Muslim Muin. Harusnya kan dia bersama saya satu kubu. Tapi kok jawabannya bertentangan dengan saya? Wah, dia bisa kena marah sama gubernur tuh.”
Melihat kualitas Muslim Muin Anggota TGUPP Anies Baswedan itu saya menarik nafas panjang dan geleng-geleng kepala. Sambil bertanya dalam hati, “Kok ahli dan dosen di ITB seperti ini kualitasnya? Menjawab pertanyaan siapa pun di acara Rosi Kompas TV tidak bisa. Apakah seperti ini memang kualitas anggota TGUPP?” Saya sudah dua kali satu forum salam dialog di televisi dan memang selalu seperti inilah Muslim Muin, selalu tidak nyambung jawabannya dan data dalam penjelasannya tidak konsisten. Pantas kalo saya akhirnya mengatakan bahwa TGUPP adalah Tim Gubernur Untuk Pembodohan Publik. Anies Baswedan memilih dan memasang orang-orang di TGUPP uang bisa dan lancar membodohi publik. Sekali-sekali gak nyambung seperti Muslim Muin. Gitu aja sih.
Jakarta, 17 Januari 2020
Azas Tigor Nainggolan
Advokat dan Ketua Forum Warga Kota Jakarta (FAKTA)