Penulis: Nurul Azizah
Sejak bulan Oktober 2021 kenaikan harga minyak goreng sudah kami rasakan. Dari hari ke hari harga tidak turun malah naik secara gila-gilaan.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), secara nasional harga minyak goreng curah pada tanggal 11 Oktober 2021 berada pada angka Rp 15.750, harga itu naik terus sampai tiga bulan kemudian hingga mencapai Rp 18.800. Sedangkan harga minyak kemasan per liter Rp 18.800 hinga Rp 20.000 pada awal tahun 2022.
Harga komoditas minyak goreng terus mengalami kenaikan secara signifikan pada akhir tahun 2021 hingga awal tahun 2022.
Saya biasa beli minyak kemasan 2 liter dengan harga Rp 36.000 hingga Rp 40.000 pada bulan Desember 2021.
Saya hanya berfikir, masih lumayanlah harga mahal dan barang masih tersedia banyak. Saya kira harga naik pada toko tertentu saja, sehingga saya perlu survei di banyak toko, eh ternyata harganya sama. Terus saya pergi ke supermarket yang biasanya harganya lebih murah dibanding dengan harga di toko-toko yang saya kunjungi. Eh sama juga semua mahal untuk komoditi yang satu ini. Ya sudah pasrah saja, tetap beli walau harga mahal.
Ya bagaimana lagi, minyak goreng harus tetap ada di dapur untuk keperluan memasak.
Karena harga minyak terus naik saya membeli minyak kemasan 2 liter sebanyak 4 buah dengan harga Rp 38.000 pada bulan Desember 2021.
Alhamdulillah pada tanggal 19 Januari 2022, pemerintah melalui menteri perdagangan Muhammad Lutfi menetapkan kebijakan satu harga minyak goreng setara Rp 14.000 per liter yang akan dimulai Rabu, 19 Januari 2022 pukul 00.01 WIB.
Pemerintah memutuskan untuk menggelontorkan subsidi agar harga per liter sebesar Rp14.000, ketimbang menekan produsen minyak goreng untuk menurunkan harga sesuai harga eceran tertinggi (HET).
Kabar menurunnya harga minyak goreng disambut bahagia oleh sebagian masyarakat. Banyak warga terutama ibu-ibu memburu minyak dengan harga Rp 14.000 per liter atau 28.000 per 2 liter.
Saya santai saja, di rumah masih ada persediaan. Tidak tertarik untuk membeli minyak banyak-banyak. Membeli hanya sesuai kebutuhan.
Ketika persediaan minyak goreng mulai menipis, saya baru cari minyak di minimarket-minimarket. Eh, lha kok tidak ada, kemaren pas harga Rp 38.000 sampai Rp 40.000 per 2 liter, minyak terjajar rapi di etalase.
Setelah harga menjadi 28.000 per 2 liter, minyak goreng tiba-tiba menghilang entah ke mana. Saya muter-muter di beberapa minimarket tidak ketemu.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk membeli minyak di supermarket, alhamdulillah lumayan banyak minyak goreng yang terjajar disitu.
Cuma ada tulisan terpampang jelas di kertas besar warna kuning dengan tulisan, “Minyak program pemerintah, satu konsumen hanya boleh membeli satu, satu orang satu minyak untuk satu hari.” Artinya saya hanya membeli satu kemasan untuk hari itu. Besuk bisa ke supermarket beli lagi dan seterusnya.
Setiap hari pergi ke supermarket hanya beli minyak? Dan itu tidak saya lakukan, karena pekerjaan di kantor lagi banyak-banyaknya.
Beberapa hari saya tidak membeli minyak, masih ada persediaan. Lumayan untuk memasak dan menggoreng mendoan dan bakwan kesukaan keluarga.
Sesuai dengan aturan, konsumen yang membeli minyak goreng tetap dibatasi jumlahnya. Stok minyak goreng dengan harga Rp 14.000 per liter ternyata tidak banyak. Persediaan menipis. Di minimarket, kosong semua. Sehingga konsumen sudah mulai resah.
Kondisi ini, setiap hari dibuat bahan diskusi kecil oleh ibu-ibu di kantor. Setiap hari selalu ada cerita tentang kelangkaan minyak goreng setelah ditetapkan pemerintah dengan harga Rp14.000 per liter.
Suatu saat saya dapat masukan dari temen saya, yang barusan memborong minyak goreng, saat terjadi kelangkaan di mana-mana.
Caranya cukup masuk akal, satu mobil yang terdiri dari satu keluarga diajak ke supermarket. Lima orang yaitu nenek, ayah, ibu dan dua anak siap untuk memborong minyak goreng.
Mereka semua membeli minyak kemasan 2 liter satu-satu. Jadi satu keluarga ini membawa keranjang sendiri-sendiri menuju kasir. Dapatlah lima orang dalam satu keluarga memperoleh 5 minyak kemasan 2 liter. Katanya, “Lumayan untuk persediaan selama 2 bulan,” wah cara ini ternyata ditiru banyak orang.
Saya pun ikut-ikutan, mengajak anak saya ke supermarket beli minyak. Tapi anak saya membuat perjanjian dengan saya. “Ibu mengajak saya ke supermarket beli minyak, oke keputusan tidak bisa dicabut, dan tidak mungkinlah keranjang belanja diisi hanya satu minyak, tentunya nanti akan saya isi banyak cemilan jajanan, minuman, roti, kue dan aneka buah segar serta aneka barang-barang kesukaan saya,” jawab anakku yang sudah beranjak dewasa.
Sering-seringlah buk, saya diajak belanja dengan keranjang sendiri, yang isinya minyak goreng dan jajanan kesukaanku,” jawabnya menyakinkanku.
Waduh bahaya, bahayanya di sini lho.., iso tombok ki, gara-gara pengen punya minyak yang lebih dari satu, malah pengeluaran super banyak, karena di supermarket tidak hanya beli minyak goreng saja.
Ya sudahlah, beli minyak rame-rame pun dilakoni dengan resiko pengeluaran malah tambah bengkah.
Cuma kali ini saja, kapok saya, ngajak anak-anak ke supermarket dengan keranjang masing-masing. Tapi uangnya dari ibunya. Buat pengalaman saja, ternyata ada sisi lucunya.
Lucunya pengen beli minyak di supermarket dengan harga subsidi dari pemerintah, malah jajanan anak-anak yang tidak direncanakan juga ikut kebeli.
Jadi hati-hati saja, kalau mau ngajak anak ke supermarket, harus membawa fulus yang cukup tidak hanya untuk membayar harga minyak saja, tetapi juga harga barang lain yang ada di catatan si anak.
Minyak-minyak…, mengapa engkau membuat pusing ibu-ibu rumah tangga? Apa sekarang makanan perlu direbus saja ya, tidak usah digoreng.
Atau kalau mau makan kerupuk, bisa makan kerupuk tayamum, atau kerupuk disel. Tayamum karena gorengnya pakai pasir yang sudah dipanaskan atau krupuk disel, karena gorengnya ‘diusel-uselke wedi (pasir).’
Nurul Azizah, penulis Kolom Bunga Rampai
Penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi‘
Minat hubungi penulis atau Sintesanews.com 0858-1022-0132.