Saya heran dengan kepolisian perairan dan udara Tanjung Priok Jakarta Utara. Senin, 19 Februari 2021 dengan sengaja mengundang ustadz pentolan wahabi Khalid Basalamah untuk mengisi kajian ramadhan sehabis sholat dzuhur bersama di masjid komplek polairud Tanjung Priok Jakarta.
OPINI
POLITIK
Nurul Azizah
Polisi-polisi ini dengan bangga dan antusias mendengarkan pengajian tersebut. Apa mereka tidak tahu tentang bahaya ikut ajaran wahabi atau memang polisi sudah lupa akan komitmen Polri untuk memerangi wahabisme yang meresahkan masyarakat selama ini.
Mereka malah mempromosikan pentolan wahabi ini ke masyarakat secara umum. Ini lho, ada markas polairud Tanjung Priok dengan sengaja dan bangga ikut kajian assunnah milik wahabi salafi.
Ini pun tidak sesuai dengan komitmen Kapolri ketika berkunjung ke kantor PBNU pusat beberapa bulan yang lalu.
Beliau Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sempat melakukan kunjungan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di jalan Kramat Jati Raya Senen Jakarta Pusat, pada Kamis (28/1/2021). Kapolri merupakan warga NU Cabang Nasrani, di mana anak buahnya yang muslim disarankan untuk belajar kitab kuning kepada ulama-ulama NU. Bukan malah belajar assunnah dari ustadz pentholan wahabi.
Apakah jajaran kepolisian tidak paham tentang sejarah kelam berdirinya salafi wahabi dan Arab Saudi. Bahkan pendiri wahabi Muhammad bin Abdul Wahab dikenal sebagai pendiri sekte wahabi.
Perlu diketahui Muhammad bin Abdul Wahab sangat gemar mempelajari sejarah nabi-nabi palsu, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Aswad Al-Ansiy, Tulaihah Al-Asadiy dan lain-lain.
Ingat siapa saja yang belajar wahabi bisa menjadi seorang yang radikal dan intoleransi.
Bahkan bisa menjadi awal mula masuknya faham terorisme.
Seseorang tidak serta merta langsung menjadi teroris. Ada proses step by step, diantaranya truth claim dan intoleran.
Truth claim atau klaim atas kebenaran yaitu apa yang diimani oleh si pemeluk keyakinan apapun (agama) adalah hal yang benar, bahkan menganggap itu satu-satunya kebenaran.
Pola pemikiran wahabi membagi Islam menjadi dua kelompok yaitu ahlu sunnah (wahabi) dan ahlu bid’ah (non wahabi).
Faham-faham kesesatan, tipu daya dan hoax dari ajaran wahabi secara otomatis langsung menanamkan truth claim dan intoleransi. Dua hal ini merupakan step-step menuju terorisme.
Apa jadinya kalau pihak aparat penegak hukum sudah tercemari faham wahabi. Ke depannya malah menganggap terorisme itu hal yang biasa, bahkan seorang polisi pun dengan mudah bisa jadi teroris.
Apakah hal ini terus dipupuk dan didiamkan. Bagaimana dengan komitmen Kapolri beserta jajarannya untuk terus memberantas faham wahabi dan terorisme.
Nurul Azizah, penulis Kolom Bunga Rampai, dan buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi,” minat hub. penulis atau SintesaNews.com 085810220132.