Bahasa Alkitab

Penulis: Ramadhan Syukur

(Renungan Minggu)

GUE iseng nanya ke bokap, “Kalau kita sebagai orang Minang menganut falsafah adat bersendikan syarak (hukum) syarak bersendikan kitabullah (Al Quran) berarti orang Minang 100% beragama Islam dong ya.”

-Iklan-

Bapak gue gak mengangguk juga gak menggeleng. Cuma senyam-senyum khas bapak Minang yang gerak-geriknya banyak arti dan si anak harus mengerti.

Sampai di kemudian hari gue menemukan fakta seberapa kecil pun prosentasenya dari jumlah penduduk, ternyata orang Minang ada yang beragama Kristen.

Dalam sejarah pergerakan Indonesia, pastilah anda kenal tokoh pergerakan Islam asal Minang bernama Haji Agus Salim. Lelaki yang dijuluki The Grand Old Man ini di kemudian hari baru gue tahu ternyata punya adik kandung beragama Kristen. Namanya Chalid Salim

Sebelum memilih Katolik, Chalid Salim pernah juga jadi seorang Atheis. Dia lalu ditangkap dan dibuang ke Digoel. Di penjara dia kemudian tertarik masuk Kristen setelah berkenalan dengan Soekardjo Prawirojoedo, pelaku pemberontakan Zeven Provincien. Lalu Chalid dibaptis dengan nama Ignatius Franciscus Michael Chalid Salim.

Apa komentar Agus Salim setelah tahu adiknya memutuskan memilih Kristen.

“Aku bersyukur bahwa Anda akhirnya percaya pula kepada Tuhan. Dan pilihanmu tentu sudah menjadi takdir Illahi,” tulis Chalid Salim dalam autobiografinya “Dari Subuh hingga Malam: Perjalanan Seorang Putra Minang Mencari Jalan Kebenaran” (2011).

Siapa yang gak kenal Buya Hamka? Ulama panutan bapak gue. Sastrawan yang karyanya jadi bahan skripsi sarjana sastra gue. Ternyata adiknya yang bernama Abdul Wadud Karim Amrullah, juga beralih ke agama Kristen. Tapi dia dibaptis dua tahun setelah Buya Hamka meninggal, lalu menjadi pendeta dengan nama Willy Amrull.

Pendeta asal Minang kedua yang pernah gue dengar dan baca empat tahun lalu yaitu, bernama Akmal Sani. Asal Koto Baru Pangkalan, Kabupaten Limo Puluah Koto.

Setelah sekian lama terlupakan, tahu-tahu nama ini melintas lagi di benak gue setelah heboh Gubernur Sumatera Barat minta Menkominfo menghapus aplikasi Alkitab berbahasa Minang.

Pendeta Akmal Sani inilah, yang juga ketua PKSB (Persekutuan Kristen Sumatera Barat) adalah orang pertama yang mengawali penulisan Alkitab berbahasa Minang.

Dan karena kemajuan teknologi gadget, apa salah dan dosanya juga kalo Alkitab itu kemudian dibuat dan masuk aplikasi PlayStore?

Jawabannya baru beberapa hari ini gue tahu, lewat tulisan dan berbagai komen keras, ternyata orang Minang gak rela ada orang Minang yang sudah berpindah agama masih ngaku-ngaku orang Minang. Dengan alasan mereka dianggap sudah keluar dari falsafah Minang, “adat bersendikan sarak (hukum) sarak bersendikan kitabullah (Al Quran)” itu.

Entah kesepakatan dari mana dan apa dasar hukumnya, gue juga gak tahu kalau segala atribut berbau Minang baik budaya dan bahasa pun harus dilepaskan jika seorang Minang gak lagi menganut Islam. Termasuk melarang penggunaan simbol-simbol budaya Minang di dalam di gereja. Baik dalam bentuk rumah adat atau pakaian, seperti yang dilakukan Jemaat Gereja Kristen Nazarene Rantau Jakarta.

Gue gak habis pikir kok bisa begitu. Bukankah sebelum Islam masuk ke Sumatera Barat bahasa Minang itu sudah ada. Kenapa harus dipermasalahkan? Kenapa sampai ada gugatan keberatan bahasa Minang gak boleh jadi bahasa Alkitab.

Menurut gue, adalah wajar jika kitab suci diterjemahkan ke bahasa pengikutnya. Karena itulah cara terbaik pemeluknya memahami agama yang dianutnya dan jadi pilihan hidupnya.

Kitab suci yang gue anut, Al Quran, kalo gak ada terjemahan bahasa Indonesianya, karena bukan anak pesantren, gue juga gak paham apa isinya. Tulisan berbahasa Arab di dalamnya gak lebih hanya sederetan sistem lambang atau simbol bunyi asing yang hanya dipahami pemakai dan penutur aslinya.

Jangankan yang gak tahu bahasa aslinya, yang menguasai bahasa aslinya saja belum tentu paham isinya. Dan yang parah, yang paham isinya pun belum tentu sanggup menjalani.

Kemarin gue iseng nyari Alkitab berbahasa Minang itu di PlayStore. Lah, sudah hilang. Yang ketemu malah Bahasa Manado.

Ramadhan Syukur

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here