Ahli sejarah politik masyarakat Sunda tradisional, DR *Indiana Ngenget* M.Si. mengatakan, “Pengumuman pencalonan Pak Ganjar oleh Ibu Megawati itu punya arti filosofis dan mistis bagi masyarakat Sunda, karena digelar di batu prasasti Batutulis, tempat Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja (1421 – 1482).“
Demikian kata Indiana yang mendapat gelar doktor politik dari Universitas Indonesia tahun 2013 tersebut.
Menurut Indiana yang lahir (1965) dan tinggal di Cinangneng, Kecamatan Situdaun, Bogor barat itu, Bung Karno sangat memahami tentang sejarah politik tradisional masyarakat Sunda.
“Maka Bung Karno menginginkan dimakamkan di wilayah itu, walaupun kemudian oleh Suharto ditetapkan untuk dimakamkan di Blitar, Jawa Timur,” ujar penulis buku “Masyarakat Sunda Tradisional – Kebudayaan, Nalar, dan Konsepsi Kekuasaan Politik (diterbitkan 2021 oleh Penerbit Madani, Malang, Jawa Timur).
Dosen dan peneliti di Prodi Ilmu Politik Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta itu, secara panjang menguraikan terperinci tentang konsepsi pemikiran politik Sunda tradisional yang ditulis dalam bukunya.
“Sifat kekuasaan Sunda tradisional selalu berhubungan dengan hal-hal gaib, adikodrati, mistis dan tidak empirik,” ujar Indiana.
“Saya berharap sekali Ibu Megawati dan Pak Ganjar Pranowo atau Presiden Jokowi, mengerti tentang hal itu. Tapi dugaan saya Megawati mendapat pengertian itu dari Bung Karno,” kata Indiana yang saat ini masih giat mengadakan penelitian tentang tradisi politik kerajaan-kerajaan Jawa masa lalu.
Menurut Ganjar, ia menginap di ruang tempat tidur Bung Karno di Batutulis dan mandi dengan air di mata air di tempat tersebut sebelum dia diumumkan oleh Megawati sebagai calon resmi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada saat menjelang malam Takbiran dan bertepatan dengan perayaan Hari Kartini.
….
Prasasti Batutulis dibuat oleh putra Prabu Siliwangi bernama Surawisesa yang menjadi penguasa Kerajaan Pajajaran 1521 – 1535.
Prasasti ini adalah penunjuk pada eksistensi Kerajaan Pajajaran dan Prabu Siliwangi yang terkenal penuh kisah mitologi supranatural.
Dalam buku “Masyarakat Sunda Tradisional – Kebudyaan, Nalar dan Konsepsi Kekuasaan Politik”, Indiana Ngenget, mengkisahkan seperti berikut.
Pajajaran sebagai kerajaan yang telah sirna, mulai dikenal Belanda sejak 1687. Saat itu Sersan Scipio dengan pasukannya mendatangi daerah Batutulis yang dicatatnya sudah berupa puing-puing yang dikelilingi hutan belantara tua.
Seorang di antara anggota ekspedisi Belanda menderita patah leher karena diterkam harimau di daerah puing-puing peninggalan Pajajaran. Orang Belanda saat itu yang bernama GJ Joanes Camphuijs menulis laporan kepada atasannya di Amsterdam yang berbunyi sperti berikut di bawah ini.
“Dalam Istana, terutama tempat duduk (singasana) raja ‘Jawa’ Pajajaran sekarang (abad ke 17), masih dikerumuni, dijaga dan dirawat oleh sejumlah besar harimau.”
Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2023/04/23/06051521/ganjar-lawu-dan-batu-tulis.