Penulis: Nurul Azizah
Di medsos saat ini sedang ramai membicarakan Ganjar Pranowo yang tidak diundang dalam acara Pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya, di Panti Marhaen Kota Semarang, Sabtu (22/5/2021).
Dalam acara tersebut hadir ketua DPP PDIP Puan Maharani, dan ketua DPW PDIP Jawa Tengah Bambang “pacul” Wuryanto. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh kepala daerah se-Jateng dari PDIP.
Ganjar Pranowo tidak diundang saat ketua DPP PDIP Puan Maharani memberikan arahan untuk kadernya saat itu.
Bagi saya yang tidak begitu respek dengan kegiatan PDIP di Semarang, sangat-sangat kebangetan sikap Bambang pacul sebagai tuan rumah. Ada apa gerangan dari sikap PDIP?
Apalagi banyak diketahui oleh masyarakat luas, kalau Pak Ganjar itu kader PDIP, kantor dan rumah dinas juga di Semarang.
Banyak orang jadi tahu dan bertanya-tanya politik apalagi yang dimainkan oleh ketua DPP PDIP dan ketua DPD PDIP Jawa Tengah.
Kita simak saja pernyataan Bambang pacul Wuryanto saat selesai acara tersebut.
“Tidak diundang! (Ganjar) Wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, aja keminter (kalau kamu pintar, jangan bersikap sok pintar,)” tegas Bambang.
Masih menurut Bambang, dalam siaran pers tersebut, DPD PDIP mengatakan, “Sikap Ganjar yang terlalu ambisi dengan jabatan presiden itu tidak baik.”
“Dari satu sisi, belum ada instruksi dari Ketua Umum Megawati Soekarno Putri terkait Pilpres 2024. Di sisi lain, sikap Ganjar dinilai tidak baik bagi keharmonisan partai yang wajib tegak lurus pada perintah ketua umum.” (sumber detiknews)
Berita GP dicoret dari DPD PDIP Jateng sontak membuat geger dunia medsos. Tentunya dari kaum nasionalis, banyak yang membela sosok Ganjar Pronowo.
Beliau tokoh Jawa Tengah, menjadi Gubernur Jateng dua periode. Bagus kinerjanya, memberantas korupsi di lingkungan ASN Propinsi Jawa Tengah, dan tentunya banyak prestasi yang lainnya.
Banyak netizen 62 mem-bully Bambang pacul Wuryanto, dan membela Ganjar Pranowo.
Banyak pendapat yang tentunya membela GP, termasuk saya dan teman-teman nasionalis. Gaung pembelaan terhadap GP pun bermunculan, bahkan ada beberapa rekan nasionalis pro GP yang mengajak ketemuan di Semarang, berjumpa dengan GP sebagai bentuk dukungan. OK, saya pun setuju dengan ajakan para rekan-rekan nasionalis.
Terlepas dari pernyataan Bambang pacul yang cenderung “arogan” terhadap kader terbaiknya, saya berfikir apakah PDIP pimpinan bu Mega akan mengulang lagi peristiwa tahun 2014.
Saat itu PDIP memiliki jagoan Jokowi sebagai kader terbaik, malah Megawati pengen maju pilpres. Maka seluruh netizen 62 yang pro Jokowi membela mati-matian. Pak Jokowi sudah memiliki banyak prestasi dan kinerja yang bagus saat jadi wali kota Solo dan Gubernur DKI.
Ketika diadakan polling bakal calon (balon) presiden, Jokowi memiliki urutan teratas disusul Prabowo dan Megawati. Maka langkah selanjutnya Mega mundur dari bursa balon Presiden dan menarik lagi Jokowi untuk maju dalam pilpres 2014 bersama PDIP. Alhamdulillah Jokowi jadi presiden RI untuk dua periode.
Sekarang terulang lagi, PDIP telah mencoret nama GP dari PDIP dan mencalonkan Puan Maharani untuk maju sebagai balon pilpres.
Triknya sudah kebaca oleh netizen 62, itu trik yang biasa terjadi dalam kehidupan berpolitik.
Dua jagoan banteng seakan-akan diadu. Ini hanya settingan dari ibu Mega sebagai pemanasan menuju pilpres 2024.
Tujuannya hanya test drive, tes pasar, ngetes semua kaum nasionalis dan rakyat Indonesia yang pro GP apakah nanti setelah acara di Semarang, banyak yang membela GP.
Menurut saya, Mega juga naikkan popularitas kedua jagoan Banteng baik betinanya maupun pejantannya.
Netizen 62 reaktif, banyak yang pro GP langsung angkat bicara di medsos. Ada pula yang pro Anies Baswedan juga ikut komen yang negatif dengan adanya peristiwa ini. Mereka senang banget kalau PDIP mendepak GP dari bursa pencalonan presiden.
Akhirnya dari pihak “kadrun” dan pro GP pada gemar cakar-cakaran di medsos. Ramai banget sampai semua pemberitaan di dunia maya dipenuhi dengan gambar GP.
Reaksi inilah yang diharapkan oleh partai berlambang banteng dengan moncong putih.
GP itu kader berlian yang dimiliki oleh PDIP, kalaupun saat ini dicoret dari PDIP itu bahasa politik saja. Seperti yang pernah diutarakan oleh GP, “Soal begini jangan dilawan, hadapi dengan sowan,” katanya sambil ngayuh terus sepedanya.
Ayo kita tetap mendukung GP menuju pilpres 2024, beliau kader berliannya PDIP setelah Jokowi.
Tidak mungkinlah kalau kader berlian dibuang begitu saja, ini hanya settingan dari Mak Banteng. Karena saat ini PDIP salah satu partai yang memiliki suara banyak pendukung. Kalau saya pribadi itu selalu mendukung profil calon presidennya bukan profil partainya.