Penulis: Andre Vincent Wenas
Konpers yang aneh. Anies sendiri malah tidak hadir, katanya ia sedang ada acara lain.
Jadinya Bamsoet (sebagai Ketua IMI) dan Alberto Lungo (Formula E Operations/FEO) yang tampil, sementara Dirut Jakpro jadi figuran.
Sebelumnya ada diberitakan bahwa Anies berupaya bertemu dengan Presiden Jokowi untuk membicarakan soal perhelatan Formula E ini. Namun oleh pihak istana belum dikabulkan, bahkan Staf Khusus Menseneg, Faldo Maldini, menegaskan bahwa urusan Fromula E adalah domain Pemprov DKI Jakarta.
Bahkan Faldo meminta agar “permasalahan” (mungkin maksudnya urusannya dengan KPK?) bisa dituntaskan dulu. Baru setelah semua “clear” maka permohonannya untuk menghadap Presiden (mungkin) bisa dipertimbangkan kembali oleh pihak istana.
Kembali ke soal Konpers (konferensi pers)-nya Alberto Lungo dan Bamsoet (Bambang Soesetyo, ia juga seorang politisi senior Partai Golkar).
Oh ya, catatan saja: fraksi Golkar di parlemen Jakarta mendukung Formula E dan yang ikut-ikutan makan malam di rumah dinas Anies untuk kemudian menolak interpelasi yang diinisiasi oleh PSI dan PDIP.
Bamsoet, dalam konpers itu bilang bahwa kawasan Ancol merupakan lokasi yang paling tepat dari empat pilihan lainnya, yakni Jalan Jenderal Sudirman, kawasan Pantai Indah Kapuk, JIEXPO Kemayoran, dan kawasan Jakarta International Stadium.
Kemudian, nah ini yang jadi soal alias perkara alias problem. Untuk menentukan lokasi ini biarlah Presiden yang menentukan. Begini katanya alasan permohonan bertemu Presiden, “Untuk meminta arahan terkait lokasi mana yang paling tepat untuk lokasi sirkuit Formula E mengingat ini adalah event internasional, salahnya di mana?”
Salahnya dimana? Ah masak sih Bamsoet yang juga politisi senior Partai Golkar itu tidak tahu sih? Atau pura-pura blo’on?
Obrolan teman-teman di warung kopi juga bisa bilang kok. Salahnya itu event Formula E ini khan sedang dalam proses penyelidikan KPK.
Kenapa sedang diselidiki oleh KPK? Ah, soal ini emak-emak yang naik motor matik sen ke kiri beloknya ke kanan juga tahu. Gak usah diulang-ulang di sini.
Yang “menggembirakan” dari pernyataan Bamsoet soal persiapan sirkuitnya adalah, bahwa pembangunannya tidak boleh mengganggu struktur yang sudah ada, misalnya mengubah atau memindahkan bangunan yang sudah ada, apalagi sampai memotong pepohonan dan merusak lingkungan.
Hmm… kita belum lupa kok soal struktur con-block Monas yang diaspal serta pohon-pohon Mahoni yang ditebangi. Pohon-pohon Mahoni itu ada dimana sekarang ya Pak? Kalau tidak salah harga per kubik kayu Mahoni itu mahal sekali ya Pak?
Sementara itu Alberto Lungo tampil dengan narasi transparansi. Ia menyinggung soal commitment-fee yang katanya bukan hanya event di Jakarta saja yang pakai commitment-fee segala.
Ini pernyataan yang “telling the truth BUT NOT the whole truth!”, jadinya ya bisa saja menyesatkan penafsiran mereka yang lugu (lucu dan guoblok).
Kenapa Alberto Lungo tidak betul-betul transparan, bilang kota (negara) mana yang pakai commitment-fee dan mana yang tidak. Lalu berapa jumlahnya? Ingat ya, perhelatan ini memakai APBD, dan itu adalah uang rakyat (bukan uang nenek lu) yang mesti dipertanggungjawabkan secara TRANSPARAN.
Oh ya, kenapa pula Alberto Lungo tidak mendemonstrasikan BUKTI TRANSFER commitment-fee-nya di konpers itu? Berapa jumlahnya? Ditransfer oleh siapa? Ini khan demi transparansi penggunaan uang rakyat.
Apakah Alberto Lungo begitu “lugu” dan tidak tahu menahu soal “prahara” perhelatan Formula E yang riuh rendah di wacana publik Indonesia. Apakah team humas FEO tidak memantau pemberitaan seputar event ini di Indonesia? Atau gimana ya?
Soal ketidak hadiran Anies. Katanya ia sedang menerima penghargaan dari Metro-TV, stasiun tv miliknya Surya Paloh (Partai Nasdem). Partai yang juga ikutan makan malamnya Anies dan juga menolak interpelasi.
Padahal konpers ini tentang “rencana” pertemuan dengan Presiden, tentang “narasi transparansi” perhelatan yang de-facto sedang dalam proses penyelidikan oleh KPK. Lagi pula khan event prioritas Anies! (Ada SK Gub-nya tentang program prioritas lho). Kok malah ngeles sih?
Anies via Alberto Lungo dan Bamsoet nampaknya telah berupaya membangun narasi transparansi dengan tidak tangung-tanggung telah “mencatut” nama Jokowi.
Seolah Jokowi disediakan lima alternatif tempat yang bakal dipakai sebagai sirkuit.
Dan manakala umpamanya Jokowi memilih salah satunya, maka otomatis beliau sudah terjerumus dalam perkara Formula-E, sehingga jadinya bisa-bisa ikut bertanggung jawab.
Lantaran narasi yang bakal dibangun mungkin berbunyi begini, “Lha khan itu lokasi sirkuitnya yang pilih adalah Bapak Presiden!”
Alberto Lungo dan Bamsoet, apakah kalian sedang “dikerjain” Anies? Ataukah kalian ikut-ikutan dalam konspirasi untuk “mengerjai” kecerdasan publik?
Transparansi? Hellooowww…
26/11/2021
Andre Vincent Wenas, pemerhati ekonomi-politik.