SintesaNews.com – Anis Hidayah, aktivis HAM pendiri Migrant Care, lembaga pembela hak-hak BMI (Buruh Migran Indonesia) geram dengan ulah banyak pengguna Whatsapp dan media, dikarenakan data-data pribadi dan kesehatan pasien terjangkit virus corona tersebar secara massif di banyak Whatsapp Group. Begini kegeraman Anis.
Hari yang Mengejutkan.
Sangat terkejut dan agak berat melalui hari kemarin. Sekitar jam 12.30an saat keluar dari ruang sidang di Mahkamah Konstitusi dan mengambil HP di locker. Ketika membuka HP ada banyak miscall dan WA terutama dari warga, tetangga di perumahan studio alam indah. Dua warga di perumahan kami dinyatakan positif corona dan diumumkan oleh presiden langsung.
Yang membuat marah adalah data pribadi pasien tetiba viral di berbagai group WAG. Detail banget, nama inisial, usia, alamat dan sejarah pengobatannya. Saya tidak habis pikir siapa yang menyebarkannya. Di WAG perumahan kami tetiba gaduh, panik menanyakan kebenarannya. Saya linglung sesaat, pikiran langsung tertuju pada ibu dan anak yang baru saja diumumkan presiden. Mereka tetangga dekat saya, teman diskusi, teman ngobrol, teman bertanam organik yang sudah seperti keluarga dan sahabat. Sedih banget, pingin marah, tapi kepada siapa?
Saya mencoba meredakan WAG ibu-ibu perumahan untuk tidak terus menyebarkan data pasien dan mendoakan yang terbaik bagi pasien agar tertangani dengan segera. Tak bisa dipungkiri, kepanikan itu wajar karena kami semua terkejut. Kami tahu bahwa 2 tetangga kami memang sedang sakit typus dan beberapa warga sudah menjenguknya di RS. Beliau sudah mulai membaik, katanya minggu sudah pulang, jadi nggak usah dibezuk katanya. Tradisi di perumahan kami yang sudah berlangsung lama adalah menjenguk rame-rame tetangga yang sedang sakit. Rencananya ibu-ibu perumahan akan menjenguk pada hari minggu sore setelah acara pasar sahabat bumi. Dan rencana untul bezuk sudah diumumkan ke WAG. Jadi tidak benar statement walikota yang mengatakan bahwa warga di perumahan kami eksklusif dan saling tidak kenal. Karena kami saling kenal, akrab dan saling peduli. Kami terhubung dalam banyak ruang, ada arisan, pengajian dan komunitas bertanam organik.
Diskusi di WAG kami makin dinamis. Dari MK saya memutuskan untuk menjemput suami saya di perpusnas karena ada diskusi disana. Suami saya nampak panik dan banyak ditelpon warga karena kebetulan dia ketua RT di perumahan kami. Saat saya nyamperin dia di perpusnas, dia sedang menelpon seorang ibu yang menurut berita dinyatakan positif corona, yang adalah tetangga dekat kami. Dari perbincangan melalui telpon siang itu, kita tahu bahwa ibu/pasien bahkan tahu bahwa beliau positif corona dari berita yang diumumkan langsung oleh presiden. Tidak ada informasi resmi kepada beliau tentang hal itu. Kata beliau, pemberitaan yang beredar di media jauh lebih menyakitkan daripada sakit yang sedang beliau alami. Dari suara yang kami dengar di ujung telpon, kami merasakan kondisinya membaik dan katanya sudah ada penanganan yang memadai dan diisolasi di sebuah RS. Pada minggu pagi, ibunya memang sempat WA ke suami saya katanya beliau dan anaknya dipindah ke RSPI dan diobservasi corona. Menurut beliau, putrinya telah demam dan batuk seminggu dan divonis bronchopneunomia. Observasi dilakukan pasca putri beliau melapor kepada petugas medis di mana mereka dirawat dan menginfokan bahwa ada telpon yang mengabarkan bahwa ada warga Jepang yang positif corona per 26 Feb dimna yang bersangkutan datang ke acara di Jakarta dimana putrinya menjadi host pada 14 dan 15 Feb. WA yang diterima suami saya tentu tidak disampaikan ke warga, kami hanya menyampaikan bahwa tetangga kami/ibu dan anak yang sedang dirawat pindah RS dan belum bisa dijenguk.
Setelah ada kabar langsung dari yang bersangkutan, suami saya lalu membuat WA untuk diedarkan ke warga. Begini bunyi WA nya:
Salam. Bapak/Ibu semua. Terkait dengan berita yang sedang beredar, benar adanya itu warga kita, bu M dan mba S. Saya sudah berkomunikasi dengan Beliau, dan insyallah sudah mendapat penanganan dengan baik. Tapi berita yang beredar tanpa konfirmasi dari beliau bisa jadi menambah beban pikiran.
Mari kita bersama-sama menjaga kesehatan dengan meningkatkan daya imun kita dengan banyak mengonsumsi vitamin, madu, dan lainnya. Tidak lupa kita selalu berdoa kepada Tuhan agar terhindar dari segala keburukan. Terima kasih. Teguh Prawiro
Setelah mengirimkan WA itu, kami memutuskan untuk pulang ke Depok. Kami langsung menuju pemkot Depok, tujuannya adalah dinas kesehatan untuk mendapatkan gambaran informasi yang utuh dan langkah-langkah yang bisa kami lakukan. Kami langsung ke balaikota Depok dan berkomunikasi dengan dua warga perumahan kami yang kebetulan bekerja di sana. Tak mudah untuk menemui kadis yang kami maksud karena sedang rapat dengan walikota, dimana menkes dan Gubernur Jabar katanya akan berkunjung ke depok. Meski tidak bertemu secara langsung, kami disambungkan melalui telpon dengan Kadiskominfo Depok. Dari perbincangan itu, suami saya kemudian kembali membuat WA blast untuk warga sebagai berikut:
Informasi dari Kepala Dinas Kesehatan Depok:
1. Sementara tidak banyak aktivitas di luar rumah.
2. Banyak mengonsumsi vitamin c.
3. Makan makanan yang sehat dan bergizi.
4. Tidak merokok
5. Akan dilaksanakan penyemprotan disinfektan.
5. Petugas dari dinas kesehatan akan datang.
6. Berdoa.
Setelah mendapat informasi dan mengirimkan informasi ke warga, kami langsung pulang. Sepanjang perjalanan dari Balaikota Depok menuju rumah, supir grab yang kami naiki bertanya terus tentang perumahan kami yang ada pasien corona.
Sampai di perumahan sekitar jam 15.30, media sudah penuh di sekitar rumah kami hingga rumah pasien. Jarak rumah pasien dengan rumah kami memang tidak jauh, di blok yang sama, mungkin hanya 100 M. Situasi perumahan tidak nampak ada warga yang di luar rumah karena masih jam kerja. Tapi kami juga menerima WA dari beberapa warga yang diminta pulang cepat oleh kantornya. Kami khawatir bahwa rumah pasien menjadi obyek pemberitaan dan memang benar, sungguh sangat sedih, tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan di depan rumah pasien, dipasangin police line yang katanya untuk membatasi agar media biar tidak terlalu dalam meliput rumah pasien. Police line akhinya diambil setelah diprotes oleh anak pasien yang melihat pemberitaan di TV. Suami saya juga sempat diwawancarai beberapa media dan menekankan pentingnya informasi yang akurat, dukungan untuk pasien dan menghimbau warga agar tidak panik.
Jam 17.12, petugas kesehatan dari puskesmas bersama lurah dan Camat Sukmajaya datang. Kedatangan mereka khusus untuk memeriksa beberapa warga yang sempat menjenguk pasien. Sejak siang kami sengaja membuat group WA kecil untuk mereka yang pernah menjeguk untuk saling info dan berkabar tentang apa yang harus dilakukan. Sengaja kami lokalisir di group kecil ini. Saya turut mendampingi dalam pemeriksaan tersebut. Alhamdulilillah semuanya sehat dan dapat pencerahan dari dokter tentang virus corona yang tidak mudah penularannya. Sehingga kita dihimbau untuk tenang. Kami merasa lebih tenang.
Jam 18.05 pihak dari Polsek Sukmajaya datang ke rumah dan menginfokan bahwa malam jam 21.00 ada tim gegana brimob yang akan menyemprotkan disinfektan di rumah pasien. Atas informasi itu, suami saya kembali membuat WA blast untuk warga: Bapak/Ibu semua. Malam ini pukul 21.00, akan dilaksanakan penyemprotan disinfektan di perumahan kita. Mohon semua nanti berada di dalam rumah. Terima kasih.
WAG di group perumahan sudah lebih tenang, apalagi pasien sempat menjawab doa dan dukungan dari seluruh warga. “Terima kasih atas doanya, kami masih diisolasi”. Sontak WAG ramai dengan ucapan doa, emoticon bunga dan love. Alhamdulillah kami saling dukung dan apa yang kami rasakan mungkin berbeda dengan narasi media yang berkembang bahwa perumahan kami mencekam. Kami waspada, iya, tapi tidak mencekam.
Jam 18.30, anak kami yang besar tiba-tiba menangis agak histeris, katanya sedih dengan keadaan yang ada dan tidak kuat membaca pemberitaan dan sosmed. Ada berita online katanya sekolah akan diliburkan, warga kami akan diisolasi dll. Kami serumah saling menguatkan, karena kami juga harus menguatkan yang lain.
Jam 20.08, Kadiskominfo Depok ke rumah. Sharing informasi tentang apa yang terjadi hari ini. Suami saya meminta agar Pemkot Depok membuat forum resmi untuk warga untuk menyapaikan info-info penting dari pemerintah secara resmi. Dan itu disetujui. Suami saya kembali membuat WA blast utk warga: Bapak/Ibu semua. Malam ini pukul 21.00, akan dilaksanakan penyemprotan disinfektan di perumahan kita. Mohon semua nanti berada di dalam rumah. Terima kasih.
Diskusi dengan kadiskominfo berlanjut hingga pukul 22.00 dan berhenti saat kami mendengar sirine mobil gegana datang untuk penyemprotan disinfektan. Penyemprotan baru selesai hingga pukul 00.03.
Hari Senin kemarin benar-benar hari yang mengejutkan. Peluk erat untuk ibu M dan mba S dari seluruh warga perumahan, doa-doa dan dukungan terus kami kirimkan. Terima kasih tak terhingga kepada banyak teman yang hari ini kirim WA dan telpon untuk mendoakan kami dan mendukung. Terima kasih atas segala perhatiannya. Terima kasih juga untuk Pak Teguh, suami saya, pak RT yang Hari Senin kemarin berjibaku dalam stress. Untuk pemerintah, ada banyak catatan dalam penanganan kasus ini, terutama keteledoran atas tersebarluasnya data pribadi pasien, statement para otoritas yang meresahkan. Kami berharap teman-teman media sudah tidak membanjiri perumahan kami lagi utk meliput rumah pasien, cukup!!! Kami warga di sini juga punya hak atas rasa aman dan nyaman di tempat tinggal kami.
Depok, 3 Maret 2020, 00.23
Anis Hidayah