Penulis: Nurul Azizah
Tulisan ini muncul akibat gencarnya kampanye Anies Baswedan yang ingin mencalonkan Presiden RI untuk tahun 2024. Anies tidak pernah berkaca siapa dia dan siapa pendukung Anies maju ke Pilpres 2024.
Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurrahman Baswedan peranakan Arab Yaman. Para simpatisan Anies harus tahu, kalau Anies itu masih punya darah Yaman bukan orang Jawa.
Onta Yaman tidak akan berubah menjadi onta Jawa walau dilahirkan di bonbin Gembira Loka Jogjakarta. Demikian juga seseorang keturunan Yaman tidak akan berubah menjadi keturunan Jawa, karena hanya dilahirkan di Jawa. Fakta sejarah tidak bisa dipungkiri dan banyak orang sudah tahu itu. Kita cari info saja di google maka akan didapat fakta yang sebenarnya.
Anies Baswedan walau leluhurnya dari Yaman juga berhak mencalonkan diri jadi presiden, dengan catatan ada partai yang mengusungnya dan rakyat Indonesia memilihnya.
Beberapa kali Anies menyatakan kepada pendukungnya kalau dia asli orang Jogja. Hal ini sangat mempengaruhi pola pikir pengikutnya yang rata-rata orang PA’ (Pendek Akal).
Hati-hati saja untuk pendukungnya Anies, kita masih mencintai pemimpin negeri ini yang asli Indonesia. Kalau nanti politik identitas dipakai dalam pemilihan calon presiden, maka bisa jadi asal-usul atau leluhur Anies Baswedan menjadi salah satu hantaman yang cukup keras bagi Anies dari lawan politiknya.
Penulis yakin politik identitas ini akan memukul Anies saat ingin mencalonkan diri sebagai Bakal Calon (Balon) presiden pada tahun 2024. Kasus yang menimpa Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok yang diserang habis-habisan oleh lawan politiknya dengan selalu menjual ayat dan mayat, menggunakan identitas Ahok sebagai orang China dan difitnah sampai akhirnya Ahok harus menerima kenyataan pahit hingga masuk penjara.
Sekarang politik identitas benar-benar terjadi pada diri Anies, apa yang terjadi pada diri Ahok akan dirasakan juga oleh pihak Anies.
Politik identitas kalau Anies keturunan Yaman akan sangat kencang bergulir pada pilpres 2024. Bagi Anies dan pengikutnya politik identitas ini akan sangat kejam, tapi bagaimana lagi, ini benar-benar terjadi dari masyarakat Indonesia sendiri, yang sudah mulai cerdas dalam menentukan pemimpin masa depan NKRI. Hal ini akan sulit dikendalikan karena berasal dari akar rumput.
Yang mendukung Anies, kelompok islam radikal intoleran, yaitu wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS, cs. Kelompok-kelompok yang selalu mendukung pencalonan Anies sebagai ‘balon’ presiden 2024.
Semua proxy yang terhubung dengan negara Amerika Serikat ada di belakang Anies, termasuk ormas islam radikal.
Kedekatan Anies dengan Amerika Serikat bermula sejak Anies SMA dan ada pertukaran pelajar di sana. Lanjut S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM).
Lagi-lagi Anies mendapatkan beasiswa untuk Magister dan Doktornya. Dia menempuh pendidikan S2 di University Of Maryland, School of Public Policy, College Park, Amerika Serikat dan S3-nya di Northern Illinois University, Department of Political Science, DeKalb, Illinois Amerika Serikat.
Pendidikan tinggi sampai doktor kalau dia tidak bisa berfikir logis ya seperti gerombolan kelompok PA’ 212.
Penulis tidak heran, wao Anies pendidikannya luar biasa, oh tidak. Penulis tidak gumunan, pendidikan bukan ukuran kecerdasan, apalagi ketampanan.
Orang kuliah sampai doktoral bukan jaminan bahwa dia sudah bisa menggunakan otaknya dengan benar atau bukan ukuran bahwa ia dapat berfikir dengan benar.
Pendidikan hanya bukti bahwa dia pernah kuliah. Bukan bukti atau ukuran dia menggunakan otaknya dengan benar dan tepat.
Lihat saja program kerja Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta, banyak menyerap dana APBD DKI Jakarta tapi hasilnya tidak maksimal bahkan cenderung kurang bermanfaat bagi masyarakat Jakarta.
Keberadaan Anies tidak begitu direspon masyarakat di DKI sendiri. Beberapa kali Anies berada di tempat-tempat umum di Jakarta ya dicuekin saja oleh warganya. Bahkan hari Sabtu, 30 April 2022, ada video viral yang berdurasi 15 detik. Dalam video tersebut, tampak seorang pria menyatakan sikap penolakan terkait baliho wajah Anies yang disebutnya dipajang di Kota Surabaya. Bahkan dia mengaku tidak mengenali wajah Anies.
“Supaya apa wajah orang Yaman dipasang di Surabaya?” kata pria berbaju kuning itu, Sabtu (30/4/2022).
“Orang Surabaya tidak kenal orang Yaman ini, supaya apa dia dipajang di sini? tambahnya.
“Kalau orang Surabaya mungkinlah dipajang di sini, pemimpin,” tandasnya.
“Ini siapa? Orang tidak kenal, jangan dipajang-pajang di sini,” sebutnya.
Kalau penolakan-penolakan Anies terus dilakukan di berbagai daerah maka dapat dipastikan Anies akan gagal jadi presiden.
Artinya Anies akan gagal menjadi presiden ke-8, menggantikan Presiden ke-7 Ir. H. Joko Widodo.
Kalau Anies getol kampanye dia presiden Indonesia, ya kita doakan saja. Kita dukung kalau Anies Baswedan nanti akan menjadi Presiden ke 2024.
Pasti penulis tidak akan merasakan kepemimpinan presiden ke 2024, sekarang saja Indonesia baru dipimpin oleh presiden ke-7, lha tahun berapa, Indonesia akan dipimpin oleh presiden ke 2024, apakah Anies masih hidup?
Nurul Azizah, penulis buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi“, minat hub. penulis atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.