SintesaNews.com – EDITORIAL
Penulis: Erri Subakti
Terus diangkatnya isu dimundurkannya pemilu 2024, terindikasi didorong oleh 3 kelompok.
Pertama, politisi dan partai yang membutuhkan waktu untuk akumulasi logistik dan menaikkan elektabilitas kandidatnya.
Kedua, kelompok kepentingan yang ingin memastikan alokasi proyek yang didapat, khususnya IKN bisa diselesaikan sebelum pemilu.
Ketiga, oposisi yang akan menjadikan isu ini untuk mem-framing bahwa Jokowi otoriter dan haus kekuasaan.
Anggaran Komunikasi Besar untuk Gulirkan Isu Jokowi 3 Periode
Yang pasti menggulirkan isu-isu seperti “Jokowi 3 periode, Penambahan masa jabatan, penundaan Pemilu”, itu dibuat dengan biaya mahal.
Saya bisa amati, isu-isu di atas digulirkan dengan meng-hire konsultan komunikasi handal, ahli propaganda, dan spin doctor. Dan tentu aja ada budget untuk “media placement“.
Isu dibuat secara strategis dan terkonsep.
Pemain pertama dalam isu di atas, adalah M. Qodari dengan lembaga survei Indobarometer. Akhir tahun 2020 mengeluarkan hasil survei, yang kesimpulannya, publik masih menginginkan Jokowi, puas dengan kinerjanya sebagai presiden.
Setelah itu digulirkan hampir tiap bulan berikutnya oleh Qodari, muncul di media.
Jokowi telah menolak keras soal isu tersebut pun gak ngaruh. Terus ditabuh genderang “Jokowi 3 periode”.
Qodari (dan pemodalnya) jalan terus dengan membentuk Jokpro (Jokowi-Prabowo) untuk 2024. Bahkan saya sudah lihat mobil-mobil Jokpro dengan gambar Jokowi dan Prabowo dicat di mobil-mobil mereka. Modal banget. Pemilu masih jauh.
Setahun berlalu, Jokpro gak laku.
Isu digeser, soal penundaan pemilu. Penambahan masa jabatan Jokowi, dengan alasan pandemi yang berlangsung 2 tahun.
Politikus Parpol sudah terang-terangan muncul bersuara. Cak Imin Ketum PKB, Zulhas Ketum PAN, dan AH Ketum Golkar. Ditambah sebelumnya Bahlil sempet curi panggung dengan isu ini, mengatasnamakan pengusaha ingin Jokowi menambah masa jabatan.
Baca: Cak Imin dan PAN Jangan Ngadi-ngadi Deh Perpanjang Jabatan Presiden, Jokowi Tetap Patuhi Konstitusi
Di medsos, dan diramaikan media, mereka-mereka yang bersuara menolak Jokowi 3 periode, penambahan masa jabatan, dan penundaan pemilu sudah jelas terlihat: Partai Demokrat (Cikeas), begundal-begundal Cendana (species PA212 dan sejenisnya), dan…, JK.
Sudah 2 tahun kok jawaban Jokowi jelas. Dari Jokowi sendiri, melalui KSP, atau melalui setneg.
Tapi akhir-akhir ini jawaban-jawaban Jokowi itu masih bisa dipelintir dan di-framing.
Gilanya, cnnindonesia milik CT menayangkan berita bahwa isu penundaan pemilu, atau penambahan masa jabatan Jokowi, berasal dari LBP. Sumber cnn: “dirahasikan”, menurut berita mereka.
Isu mengarahkan telunjuk menuding LBP tidak mempan.
Mereka makin gila, Tempo, Kompas, dan buzzer medsos dikerahkan untuk membuat framing “Jokowi rakus kekuasaan, Jokowi otoriter.” Koran Tempo bahkan dengan parahnya membuat karikatur Jokowi sedang makan periode 1, kedua dan mengintip piring ketiga. Gila framing-nya. Jahat!
Seakan-akan jawaban-jawaban Jokowi, pihak istana, gak juga membuat mereka diam. Malah makin gila membuat framing keji.
Relawan Jokowi sudah mendeklarasikan diri, “tunggu arahan Jokowi”, yang pasti jangan sampai kita menari dengan tabuhan genderang irama dari 3C. Sedikitpun… jangan pernah.
Erri Subakti